webnovel

The Kingdom of NETERLIANDIS

NETERLIANDIS sebuah kerajaan yang melibatkan bentuk mata dan fantalis sihir dalam penentuan kasta dari takdir seseorang. Hingga pada suatu ketika, lahirlah seorang bayi yang akan merangkai takdirnya sendiri. Seorang bayi pemilik fantalis berbeda yang akan mencoba menciptakan perubahan di kerajaan Neterliandis. Percintaan, pemberontak, penghianatan serta ribuan rahasia akan terungkap dalam perjalanannya membentuk keadilan. Akankah keadilan benar-benar tercipta di tangan seorang bayi yang akan menjadi dewasa nantinya? Atau malah kehancuran yang akan di dapat oleh kerajaan Neterliandis. Note: Cerita ini belum direvisi, bisakah kalian membantu saya untuk mencari paragraf yang mana typo dan sebagainya dalam cerita ini? jika iya kalian hanya perlu memberi komentar pada paragraf yang sebaiknya perlu saya revisi. 07 Oktober 2021

Aksara_Gelap · แฟนตาซี
เรตติ้งไม่พอ
40 Chs

Jadilah Temanku

Suasana kerajaan terlihat begitu sibuk, banyak prajurit dan para pelayan tengah mempersiapkan arena untuk seleksi tahap pertama pemilihan putra mahkota kerajaan Neterliandis.

Di sebagian tempat posko pendaftaran telah penuh dengan para ksatria dan pangeran yang mendaftarkan dirinya pada seleksi ini. Mereka sangat antusias dan bersemangat untuk menjadi putra mahkota kerajaan. Berbagai senjata telah mereka bawah untuk seleksi fisik yang akan dilakukan akhir pekan ini, mulai dari Pedang, Kris, Parang, Pana dan lainnya.

"Dimana Dinata? Apakah dia sudah mendaftar untuk seleksi ini?" Tanya Raja Indra pada Ratu Diana yang tampak sibuk dengan pakaiannya.

"Entahlah, tanyakan saja pada kepala pelayan Sekar," jawab Ratu Diana terlihat tak peduli dan masih sibuk dengan gaun-gaunnya.

Sifat Ratu Diana sangat buruk bila hanya bersama Raja Indra, beda 180 derajat dengan dirinya bila berada di forum umum bersama para Bangsawan lain.

Ia hanya berfikir akan perhiasan dan penampilannya saja, harus menjadi Ratu paling cantik di Neterliandis. Ratu Diana Kusuma adalah putri dari kerajaan Swilian, ia menikah dengan Raja Indra hanya kerena kerajaannya mengalami paceklik. Sehingga ayahnya menjodohkan dirinya untuk Raja Indra yang telah kehilangan istrinya. Dengan bantuan dari kerajaan Neterliandis yang terkenal akan kekayaannya sumber daya alam yang dimiliki, kerajaan Swilian dapat kembali berjaya.

"Ya sudah, saya pergi dulu. Jangan lupa akhir pekan kau harus ikut dalam pembukaan seleksi putra mahkota."

Raja Indra kemudian meninggalkan kediaman permainsuri dan pergi mencari Bibi Sekar di dapur istana untuk menanyakan keberadaan Pangeran Dinata.

Ketika telah sampai di dapur, tak ia temui Bibi Sekar yang biasanya meracik bumbu makanan. Raja Indra kemudian bertanya pada salah seorang pelayan di sana tentang keberadaan Bibi Sekar. Pelayan itu menjelaskan bahwa Kepala Pelayan Sekar di panggil oleh Pangeran Dinata untuk menemaninya pergi ke suatu tempat. Namun ia kurang tahu jelas di mana itu.

Raja Indra sontak berpikir tempat yang dimaksud pastilah makam Ratu Nias Kusuma atau Hutan Pinus tempat ia pertama bertemu dengan Nias Kusuma. Kedua tempat itulah yang paling pasti di kunjungi oleh Dinata bila mengajak Kepala Pelayan Sekar.

***

"Apakah di sini, Bi tempat ibu sering berlatih mengendalikan sihirnya?"

"Iya, kata Ratu Nias di hutan Pinus ini banyak sekali energi positif yang dapat di serap. Energi ini akan membuat syaraf-syaraf pada tubuh kita rileks dan fasilitas yang kita punya akan terkendala, tapi butuh waktu untuk menyatukan energi alam dengan energi fantalis sihir."

"Saya juga merasakan energi positif ini mulai masuk bersama tarikan nafas," Dinata memejamkan matanya supaya lebih dapat merasakan energi yang masuk.

"Pangeran, saya mau pergi sebentar nanti jika Pangeran Dinata sudah selesai saya akan tunggu di bawah pohon Pinus kembar yang menghadap ke arah matahari terbenam."

"Iya, Bi. Saya akan mencoba mengeluarkan sihir saya supaya lebih dapat mengendalikannya."

Bibi Sekar telah berjalan pergi mejauh ke arah barat hutan Pinus, ia membayangkan melihat sosok sahabatnya Nias Kusuma yang sedang menggandeng tangannya untuk melihat pemandangan indah di balik hutan ini.

Sementara itu Dinata sudah mulai mengeluarkan sihir kristal esnya ke udara, ia tampak berusaha agar fantalisnya dapat terkendali dan tidak menyerang bara kristal merah serta tubuhnya.

Beberapa kali ia menghentikan latihan akibat sihir yang sebagian keluar melalui tangan kirinya dan membuat redup bara kristal merah. Ia kembali menarik napas dalam agar energi positif dapat menguasai fantalis yang tak terkendali ini.

Sebuah sihir api tiba-tiba menyerang pohon Pinus di hadapan Dinata. Ia sontak kaget melangkah mundur melihat api yang membesar membakar pohon dengan lahap.

"Apa yang terjadi, dimana asal datangnya api ini?" Dinata dengan teliti mencari orang yang mungkin pemilik dari sihir api ini, tapi tak ia temukan satu orangpun di sana. Sihir api tiba-tiba datang lagi dari arah jam dua tapi sekarang tujuannya mengarah kepada Pangeran Dinata yang tengah sibuk mencari asal api tadi.

Pangeran Dinata yang melihat sihir api ini tak mampu mengendalikan fantalis sihirnya untuk keluar spontan melindunginya.

Ctrghhhh.....

Sihir api tadi tertahan oleh sebuah benteng es yang ada di hadapan Pangeran Dinata, benteng es yang cukup tebal ini adalah fantalis sihir spontan Pangeran Dinata yang tercipta.

"Benda apa itu?" Suara yang terdengar berasal dari tempat sihir api tadi.

"Siapa di sana?, Keluarlah!!" Teriak Pangeran Dinata pada sosok lelaki yang berlahan mencul dari balik pohon Pinus besar, "Pangeran Antoni?"

"Jenis sihir apa yang kamu pakai, Pangeran Dinata? Ini begitu aneh apakah ini kristal es?" Tanya lelaki yang sudah menyerangnya dengan sihir api tadi.

"I...ini sulit untuk dijelaskan," Pangeran Dinata sangat gugup ia berusaha mengalikan pembicaraan ini, "mengapa kamu menyerang saya, Pangeran Antoni? Ada masalah apa kamu dengan saya?"

"Jangan mengalikan pembicaraan Pangeran Dinata, jawab pertanyaan saya!!. Untuk hal tadi saya hanya mengetes kemampuan sihirmu dengan bola api kecil tidak akan melukaimu," Antoni tampak paham bahwa Pangeran Dinata ingin mengalikan pembicaraan atas pertanyaannya tadi.

"Sihir ini me... ARGHhhh," teriak Pangeran Dinata yang merasakan deguk jantung dan aliran darahnya hampir membeku. Bara kristal merah hampir benar-benar padam karena fantalis sihir pembeku yang keluar secara mendadak dari seluruh bagian tubuhnya.

Antoni tampak kebingungan dan cemas dengan situasi yang terjadi, ia terus bertanya pada Pangeran Dinata tentang apa yang membuatnya kesakitan. Belum ada jawaban apapun selain rintihan dari bibir Pangeran Dinata.

"Apa yang terjadi, Pangeran Dinata? Apakah serangan tadi mengenai anda?" Tanya Antoni sambil memegangi tubuh Pangeran Dinata yang dingin supaya tak terjatuh langsung ke tanah, "Apa yang harus saya lakukan? Suhu tubuhmu dingin sekali. Apakah ada prajuritmu di sekitar sini?" Ribuan pertanyaan terucap dengan raut wajah cemasnya.

"Pangeran Antoni, bisakah kau membakar tangan kiriku dengan fantalis sihirmu?" Suara dari Pangeran Dinata sayup-sayup terdengar di telinga Antoni.

"Membakar tangan kirimu? Apakah kamu mau membuat saya menjadi pembunuh?"

"Kau tidak akan menjadi pembunuh, tolong cepat lakukan saja!!"

Dengan penuh kehawatiran Antoni akhirnya membakar tangan kiri Pangeran Dinata, pikirannya terus terbayang apa yang akan terjadi nanti semua atas keinginan Dinata sendiri. Tak ada cara lain selain mengikuti apa yang Pangeran Dinata pinta.

Ringkihan dari Pangeran Dinata cukup keras seiring dengan suhu tubuh yang kembali hangat. Hembusan napas lega dari Pangeran Antoni seakan tak percaya hal aneh ini bisa membuat Dinata kembali membaik.

Cahaya terang dari tangan kiri Pangeran Dinata, sontak membuat Antoni mengakhiri sihirnya karena kaget, 'hal aneh apalagi ini' batinnya terus bertanya-tanya.

"Sudah cukup, terima kasih banyak atas bantuan anda, Pangeran Antoni. Saya sudah jauh merasa membaik keren sihir apimu," Pangeran Dinata tampak memperbaiki posisi tubuhnya agar terasa nyaman saat berbincang dengan Pangeran Antoni, "hal ini pasti mengagetkan kamu bukan?"

"Tentu, bisa anda jelaskan sekarang apa saja yang terjadi ini, saya sungguh tak mengerti."

"Baiklah, bisakah kau berjanji sebelumnya untuk tidak memberitahu siapapun tentang apa yang kamu dengar dan lihat sekarang?" Tanya Dinata sebelum memulai ceritanya.

Antoni cukup lama berpikir sampai akhirnya ia setuju untuk merahasiakan semuanya pada siapapun.

Senyum terulas di bibir Dinata setelah mendengar jawaban Pangeran Antoni, ia mulai menceritakan tentang dirinya yang memiliki fantalis sihir kristal es. Tentang tangan kirinya yang bercahaya karena ditanami bara kristal merah. Tentang ibunya yang memiliki fantalis sama dan berkorban demi kehidupan dirinya sekarang. Semua ia ceritakan pada Pangeran Antoni dengan runtun.

Pangeran Antoni hampir tak percaya mendengar cerita aneh ini langsung dari mulut Pangeran Dinata sendiri, semua serasa sulit untuk dipikirkan.

"Jadi Raja Indra mengambil resiko sebesar itu untuk menyelamatkan kamu?"

"Iya, sungguh banyak pengorbanan dari orang-orang yang saya cintai hanya karena saya lahir seperti ini," wajah Dinata tampak sedih saat mengingat semua resiko yang mereka ambil.

"Oh iya, kamu orang pertama yang mendengarkan cerita tentang kehidupan saya. Apakah kita bisa menjadi teman baik?" Tanya Dinata penuh harap pada Antoni yang kaget mendengar ucapannya.

"Ah, tentang hal itu akan saya pikirkan," Antoni tampak bangkit dan berjalan pergi meninggalkan pembicaraan yang cukup lama ini. "Satu hal lagi," ia kembali menoleh ke belakang, "saya kekasihnya Liliana."

"Iya, saya tahu," jawab Dinata dengan santainya, "Putri Liliana tanpa sengaja sudah mengatakannya padaku, lagipula aku sudah memberitahu ayah untuk membatalkan perjodohan ini."

"Ah, kalau begitu tak ada alasan untuk saya tidak menjadi sahabatmu, Pangeran Dinata,"