webnovel

The Hidden Smile

Nadia menghembuskan napasnya, lalu berjalan melewati Intan. "Gue denger, lo anak adopsi, ya?" tanya Intan tiba-tiba membuat Nadia seketika terhenti. "Harusnya lo tuh jadi cewek baik-baik! Udah anak adopsi, nggak tau diri pula!" kecamnya lagi. Apakah fakta tentang Nadia yang adalah anak adopsi membuat Intan semakin bersemangat untuk mengecam gadis itu, hari ini? "So, you figured it out, huh?" jawab Nadia ringan sambil memperhatikan raut wajah Intan. "Jadi, itu bener?" tanya Intan menantang. ------------------------------------- Nadia adalah seorang gadis SMA biasa yang mencoba menjalani kehidupannya yang normal dengan menjaga rahasianya dari seluruh dunia. Nadia takut bahwa jika rahasianya terkuak, hal itu akan menyakiti keluarganya, maka itu yang membuatnya dingin pada semua orang. Namun tidak setiap hari semua orang dapat menjalani kehidupan yang mereka mau. Rahasianya sedikit demi sedikit mulai terbongkar oleh orang-orang yang membencinya. Bagaimana Nadia dapat menerima situasi tersebut? -------------------------- Disclaimer : Ini adalah cerita asli tulisan sendiri dan bukan terjemahan.

Weird_Unicorn · วัยรุ่น
เรตติ้งไม่พอ
97 Chs

Alex #12

Keduanya sampai di depan restoran dan mobil keluarga Nadia masih ada di sana. Pak Agus segera keluar dari mobil saat melihat Nadia turun dari motor dan mendekati mobil.

"Mama di mana, pak?" tanyanya tak sabar.

"Masih di dalam." Jawab Pak Agus bingung.

"Lo tunggu di sini. Jangan masuk!" katanya serius lalu bergegas menemui Elisabeth di dalam.

Nadia mencari mamanya yang ternyata sedang duduk bersama Ibu-Ibu yang lain tak jauh darinya. Nadia segera mengenali mamanya dan bergegas mendekati wanita itu. Elisabeth terkejut melihat putrinya dengan seragam dan berada di restoran yang sama dengannya, namun Nadia segera menarik mamanya berdiri.

"Mama ngapain di sini?" bisik Nadia.

"Mama lagi ikut pertemuan sayang. Mama lagi mengusahakan perbaikan hubungan." Jawab Elisabeth pelan.

"Mama nggak butuh mereka, mama nggak butuh berhubungan sama orang-orang yang bisanya cuman ngomongin mama dan bikin hati mama sakit." Katanya tajam. "Ayo pulang." Lanjutnya lalu menarik Elisabeth pergi diiringi dengan tatapan sinis dari para Ibu yang sedari tadi tidak menghiraukan keberadaan Elisabeth sejak wanita itu datang.

Keduanya sampai di luar dan Elisabeth hanya menggenggam tangan Nadia. Gadis itu membawa mamanya ke mobil. Elisabeth melihat Alex yang sedang tersenyum sambil memandangi mereka berdua. Wanita itu segera melirik jam tangannya. "Harusnya kamu masuk sekarang. Kenapa malah di sini? Ngajak Alex pula." Kata Elisabeth bingung.

"Aduh, ma! Itu nggak penting. Keberadaan mama di sini yang penting. Lagian mama ngapain ke sini kalo tante Rossari bahkan nggak datang?" Nadia balas bertanya.

"Kan tadi mama udah bilang,-"

"Kan tadi Nadia juga udah bilang…" potong Nadia cepat.

"Pak, pulang aja sekarang." Kata Nadia lalu menyuruh mamanya masuk ke mobil. "Ayo pulang ma, Nadia mo balik ke sekolah." Katanya dingin. Elizabeth segera melepaskan genggaman tangan Nadia, lalu masuk ke mobil, dan tak lama mobil itu akhirnya pergi.

Alex hanya memperhatikan kejadian itu tanpa mengatakan apapun. "So we're done, here?" tanyanya akhirnya.

"Not yet. Wait a second! Jangan ikutin gue!" katanya serius lalu masuk menemui Para Ibu tadi.

Nadia datang dan berdiri menghadap mereka semua yang sedang ramai berbisik saat gadis itu muncul di hadapan mereka. Nadia menatap sinis mereka semua dan semakin memikirkan bagaimana mereka telah menyakiti mamanya.

"Mama saya nggak bakal lagi datang ke pertemuan ini dan nggak bakal lagi mencoba untuk memperbaiki hubungan. Lagi pula pertemuan ini hanya untuk ngobrol dan makan-makan, kan." Katanya tajam.

"Oh! Harusnya jeng Elis bangga ya, bisa dibelain sama anak angkatnya." Sahut salah seorang Ibu dan mereka kembali berbisik-bisik.

"Harusnya kamu biarin aja mama kamu datang. Toh, dia bisa jadi sosialita di sini sama kami. Dia juga bisa pamer uangnya waktu ikutan bakti sosial." Kata seorang Ibu lainnya.

Nadia menelan ludahnya. Ternyata mulut Ibu-Ibu lebih tajam dari pada pisau dapur. Ia tidak menyangka akan mendapatkan jawaban-jawaban seperti ini. Ini bahkan lebih menantang dari pada berdebat dengan Daniel dan Heny.

"Mama saya nggak butuh jadi sosialita. Nggak penting!" katanya dingin. "Dan mama saya bukannya mau pamer uang untuk bakti sosial. Mama saya ikhlas ikutan bakti sosial karena fakta tante-tante di sini nggak bakal ikhlas ngeluarin uang untuk hal-hal kayak gitu. Mungkin karena nggak pernah punya anak angkat." Lanjutnya lagi dan membuat para Ibu tidak lagi berbisik-bisik melainkan menatapnya sinis.

"Fakta kalo pertemuan kayak gini nggak ada gunanya cuman untuk makan-makan dan bergosip, harusnya dibubarin secepatnya." Katanya kemudian.

"Jangan coba-coba deket sama anak kami! Atau kami akan buat kamu dikeluarkan dari sekolah." Ancam seorang Ibu.

Nadia tersenyum. "nggak usah khawatir, Tante. Saya nggak tertarik punya temen yang mamanya rempong. Awas aja kalo mereka yang coba temenan sama saya!" jawabnya tajam. "tapi untuk ngeluarin saya itu cukup sulit. Kalaupun bisa, malah lebih baik lagi." Lanjutnya.

"Saya harap, tante-tante di sini nggak bakal lagi nyari masalah sama mama saya. Karena, siapa yang tau anak tante bisa saya jadiin sosis di sekolah?" katanya santai lalu tersenyum sinis dan pergi meninggalkan para Ibu yang mulai merasakan denyut jantung mereka yang tidak stabil karena emosi.

Nadia segera menemui Alex di luar. Ia lalu mengenakan helmnya dan diikuti dengan Alex yang melakukan hal yang sama tanpa bertanya.

"Ayo, cepetan! Gue laper." Kata Nadia singkat. Ia lalu naik ke motor dan berpegangan pada Alex yang segera membawa mereka kembali ke sekolah sebelum jam pelajaran selanjutnya mulai.

Like it? You may want to add this book to your library!

If you have some idea about my story,

please be free to comment it and let me know.

Creation is hard, so cheer me up!

*ps: your power stone will be refill every 24 hours,

so spare me one of them, please.

Thank You xoxo.

Weird_Unicorncreators' thoughts