webnovel

THE GIANT IS MINE

youshouldbe22 · LGBT+
เรตติ้งไม่พอ
15 Chs

A Good Giant

Edgar berjalan didepan Olivier, tak ada sepatah katapun yang terucap dari bibir kedua pria yang memiliki postur tubuh yang jauh berbeda itu, mereka berdua sudah jauh meninggalkan Erei. Edgar teringat kedua orang tuanya, ia bahkan tak sempat mengucapkan salam perpisahan. Edgar memikirkan keadaan Ayah dan Ibunya, entahlah apa yang terjadi dengan kedua orang tua Edgar, didalam pikiran Edgar  mungkin saat ini Ibunya tengah menangisi keadaan nasib yang menimpa Edgar.

Olivier terus memperhatikan Edgar dari belakang, Ia tersenyum. Ia salut dengan keberanian dan pengorbanan Edgar, lambat laun mereka hampir sampai di kawasan hutan Bullwyn. Olivier berhenti, membuat Edgar tertarik kebelakang karena tali yang mengikat tangannya tertahan, Edgar hampir saja terjerembab kebelakang, namun dengan sigap Olivier menangkap tubuh Edgar yang mungil bagi Olivier hanya dengan satu tangan. Edgar berpandangan dengan Olivier, mata bertemu mata, menusuk jauh didalam bola mata masing masing. Mata Olivier berwarna Biru, wajahnya tampan, rahangnya kokoh, hanya saja ketampanan Olivier tertutup oleh postur tubuh raksasanya, sehingga orang orang yang melihat Olivier sudah pasti akan merasa ketakutan daripada mengagumi.

"Kau tidak apa apa?" Tanya Olivier masih merengkuh tubuh Edgar, Jari jari Olivier yang besar penuh dipunggung Edgar.

"terima kasih, tapi tidak bisakah kau bicara terlebih dahulu jika ingin berhenti berjalan, Giant"

"Namaku Olivier"

"Aku sama sekali tidak tertarik berkenalan" Edgar memperbaiki posisi tubuhnya yang masih direngkuh Olivier.

"Kenapa kau berhenti?" Tanya edgar mengatur nafas, sejujurnya ia sangat kelelahan, perjalanan dari Erei menuju hutan Bullwyn memakan waktu yang cukup lama, mereka meninggalkan Erei pagi hari, sedangkan saat ini Matahari sudah menampakkan sinarnya diatas kepala mereka, Baju lengan panjang yang dipakai edgar terlihat basah oleh keringat.

"Apa kau tidak butuh istirahat?" Tanya Olivier menatap Edgar

"Aku tidak lelah"

"Aku yang lelah" Jawab Olivier berbohong.

Mata Edgar menyorot Olivier dari atas hingga bawah, Olivier hanya mengenakan Celana panjang dengan pedang besar dan sebuah botol minuman yang berada di ikat pinggangnya, sedangkan bagian atas Olivier terbuka, memperlihatkan otot perut yang indah, otot bicep dan tricep yang 5 bahkan 10 kali lipat lebih besar dibanding otot lengan Edgar, dada Olivier membusung dengan perkasa, bagian pentilnya terpampang, seukuran kepalan tangan edgar, tenggorokan edgar meneguk ludah. Ia mengagumi tubuh raksasa yang ada didepannya, perasaan berbeda yang ia pendam sejak dulu, perasaan yang berusaha ia tepis.

Edgar memaki dirinya sendiri, bisa bisanya ia tertarik dengan pria, ia menyalahkan desanya yang tidak membiarkan wanita hidup, hingga ia harus melihat para pria muda bersenggama untuk melepaskan hasrat mereka, pemandangan yang biasa Edgar lihat di wilayah Erei, Edgar mendongak karena matanya tepat berhadapan dengan sesuatu yang membusung dibagian selangkangan Olivier, bahkan bagian itu membusung sangat besar, sebesar kepala Edgar, Mata Edgar kembali bertemu dengan mata Olivier, Edgar mengalihkan pandangan, Ia tak ingin Olivier mengetahui jika ia berhasrat kepada Olivier.

"bagaimana bisa kau kelelahan, bahkan tubuh besarmu sama sekali tidak berkeringat" Edgar menyindir.

Olivier tersenyum, ia berusaha tenang untuk menutupi kebohongannya, Olivier memang sama sekali tidak letih, namun Olivier melihat Edgar beberapa kali mengusap keringat di wajah menggunakan lengan baju, rasa kasihan muncul dihati Olivier, oleh sebab itu dia ingin Edgar beristirahat.

Olivier merapatkan tangannya, Ia mengambil botol minuman yang tergantung di ikat pinggang, sontak saja membuat tali itu kembali menarik Edgar merapat, tubuh Edgar menabrak paha Olivier, sedangkan kepala Edgar berbenturan dengan Perut Olivier, tak sengaja tangan Edgar menyentuh bagian selangkangan Olivier. Buru buru Edgar menghindar, jarinya masih merasakan denyutan bagian selangkangan olivier, wajah Edgar memerah.

"Bisakah kau melepaskan benda sialan ini, aku bukan hewan yang harus diikat seperti ini" Maki Edgar, Olivier tak bereaksi apa apa.

"Ini untukmu" Ujar Olivier memberikan botol minumannya, Edgar mendengus kesal, "Kau jangan khawatir, ini aman, tidak beracun" Tambah Olivier

Edgar masih diam saja, ia tak mengambil botol yang disodorkan Olivier.

"Aku akan melepaskan ikatan tali ini jika kau meminumnya" Ujar Olivier lagi

Edgar tergiur dengan tawaran Olivier, selain itu Edgar juga sangat haus, ia menginginkan air didalam botol itu, Edgar sudah membayangkan kesegaran yang akan dirasakan tenggorokannya, namun ia gengsi mengambil botol milik Olivier, tapi pertahanan gengsinya kalah, Ia segera mengambil botol milik Olivier, botol yang sangat besar, Edgar bahkan memegang botol dengan kedua tangannya, jauh berbeda saat Olivier yang memegang hanya dengan satu tangan, kepala botol itu sangat lebar, mulut Edgar masuk secara keseluruhan kedalam lubang yang ia gunakan untuk minum, sebagian air tumpah membasahi dada bidangnya, Olivier tertawa pelan, pelan bagi olivier tapi tidak pelan bagi Edgar, ia merasakan hembusan tawa kecil itu menyapu kepalanya bagai tiupan angin.

Edgar memberikan kembali botol minuman milik Olivier, Olivier ikut meminum tepat dibagian Edgar yang sempat menyentuh pinggiran botol dengan bibir Edgar, Olivier kembali memasukkan botol kedalam tempat yang masih menggantung di ikat pinggangnya.

"kau merepotkan, lebih baik kugendong saja" Ucap Olivier

Olivier menurunkan pandangannya melihat Edgar yang masih berdiri mendongak keatas, Edgar tampak kesulitan jika harus berbicara dengan Olivier, leher Edgar sedikit kaku, sehingga membuatnya menggerakkan lehernya kekanan dan kekiri untuk mengurangi sedikit rasa pegal.

"tidak, kau sudah berjanji akan melepaskan tali sialan ini, aku tahu kau seorang ksatria, ksatria tak mungkin mengingkari janji"

Olivier tersenyum, ia mengeluarkan pisau belati didalam saku celana bagian depannya, dengan segera ia memotong tali yang mengikat di tangan mereka berdua, Edgar menggoyangkan pergelangan tangan, jari-jarinya ia tekan hingga membuat bunyi di bagian otot-otot tulangnya.

"huuuuh, lega sekali rasanya, akhirnya darah ditanganku bisa mengalir lebih optimal" Ujar Edgar kegirangan.

"Tenang Giant, aku tidak akan melarikan diri, aku akan memimpin perjalanan menuju kematianku" Tambah Edgar lagi, ia tersenyum memamerkan giginya, Olivier menggelengkan kepala, tak habis pikir ada yang kegirangan menghadapi kematian.

Edgar dengan penuh semangat melanjutkan langkah memasuki hutan Bullwyn, disusul Olivier dibelakangnya, sesekali Edgar bersiul siul melalui jalan setapak yang kiri kanannya tumbuh pohon pinus yang sangat besar, Dedaunan menutupi bagian atas mereka, namun dari balik celah matahari menembus hingga kebawah, cukup untuk membantu penerangan bagi mereka berdua.

"Giant, apa kau pernah mengantarkan ficer lain sebelum aku?" Tanya Edgar tanpa menoleh ke Olivier yang berjalan dibelakangnya, langkah Olivier sedikit mengguncangkan tanah.

"Ini pertama kali aku ditugaskan" Jawab Olivier yang memandang tubuh mungil Edgar dari belakang.

"oh yaa? aku pikir kau telah berpengalaman, kau Giant yang beruntung bisa membunuhku, Edgar si pemburu terkenal di Erei, hampir tak ada hewan yang tak bisa kutangkap, hehehe" Edgar membanggakan diri dengan penuh sukacita, lagi lagi membuat Olivier menggelengkan kepalanya.

"Bukan kau yang seharusnya menjadi Ficer" jawab Olivier mengalihkan pembicaraan.

"Giant, Apa kau mempunyai keluarga?"

"Tidak ada yang tersisa, semua gugur di peperangan 3 tahun yang lalu"

"Bagaimana perasaanmu kehilangan mereka?" Tanya Edgar lagi

"apa kau pikir manusia sepertiku mempunyai perasaan yang berbeda dengan manusia seperti kalian?" Olivier balik bertanya.

"Aku tidak bermaksud seperti itu, hanya saja apa kau merasa kehilangan, kesedihan, atau perasaan semacamnya?" Edgar kembali mengulik Olivier

"Tentu saja, Aku dan seluruh Penduduk Muscula juga merasakan perasaan sedih, bahagia dan juga cinta, sama seperti kalian"

Edgar berhenti melangkah, ia menatap Olivier, ia mengumpat lagi didalam hati, kenapa tingginya hanya sebatas perut Olivier, tentu saja saat mensejajarkan pandangan, yang pertama kali ia lihat adalah bungkusan diselangkangan celana Olivier. Gundukan macam apa itu, bahkan sepertinya lebih besar dibanding kepalan tangan Edgar, Edgar mendongakkan kepala melihat wajah Olivier.

"itu juga yang kurasakan jika adikku yang dijadikan ficer" Ujar Edgar, ia memamerkan senyum tipisnya.

Edgar kembali melangkah, jalanan sedikit menanjak. Edgar tak menyadari didepannya ada akar akar pohon yang berlumut dan muncul dari dalam tanah, sehingga sepatunya menginjak bagian licin dari akar pohon tersebut, membuat Edgar kehilangan keseimbangan, tubuhnya terjerembab kebelakang, lagi lagi Olivier menangkap tubuh Edgar, namun karena tidak siap, Olivier ikut jatuh terduduk, tanah yang ia duduki sedikit terguncang, Tangan Olivier menopang tubuhnya dibelakang, pahanya terbuka cukup lebar.

Edgar tepat terjatuh di antara kedua paha Olivier, kepalanya membentur perut Olivier yang keras, Edgar mengaduh kesakitan, namun ia merasakan sesuatu benda yang panas dipunggungnya, benda itu terasa cukup kenyal, Edgar segera berdiri dibantu kedua paha besar Olivier yang menggapitnya, wajah Edgar memerah, ia baru saja menempel pada selangkangan Olivier, dan ia yakin benda yang membuat gerakan di punggungnya adalah sesuatu dibalik Celana Olivier, sesuatu yang masih tertidur tapi ukurannya tampak terasa seperti lengan Edgar sendiri.

"Kau tidak apa apa?" Tanya Olivier

"tidak masalah, hanya saja aku tidak mungkin bisa membantumu bangkit"

Olivier berdiri sendiri, menepukkan tangannya membersihkan tanah yang menempel ditelapak tangannya dan juga di area belakang celananya.

Mereka berdua melanjutkan perjalanan, kini jalanan sudah mulai datar, otak Edgar tidak bisa beralih dari kejadian yang baru saja terjadi, otaknya masih memikirkan benda kenyal yang menyentuh punggungnya tadi, pikiran kotornya membayangkan seberapa besar dan panjang benda itu, apakah sebesar dirinya sendiri, Edgar menepis pikiran joroknya, tidak seharusnya ia memikirkan hal hal yang jorok disaat tinggal menghitung hari hingga Edgar benar benar mati.

"Aku tak menyangka, minggu ini adalah sisa sisa terakhir didalam hidupku" Ujar Edgar didalam hati.

"Tuan Edgar, apa Kau mempercayai pengorbanan yang Fikseidon lakukan selama ini sebagai bentuk keselamatan?" suara Olivier bertanya dibelakang Edgar.

"Tentu saja, ini adalah adat yang turun temurun kita lakukan untuk menciptakan kedamaian di Kerajaan Fikseidon"

"Kenapa kau menanyakan hal itu padaku?" Edgar gantian bertanya.

"ah, tidak apa apa tuan, hanya saja aku sedikit aneh, kau tampak bahagia, tidak merasakan kesedihan sama sekali"

"untuk apa aku bersedih, giant, lagipula kematianku akan menciptakan kedamaian di negeri ini, itu artinya aku tidak mati dalam keadaan sia sia, aku berkorban untuk kepentingan Fikseidon"

"Tuan Edgar, sebelum kematianmu, apakah kau tidak mempunyai permintaan?"

Edgar menghentikan langkahnya lagi, dia memandang langit yang sudah mulai sore, tampak warna jingga terselip dari celah dedaunan rimbun diatas sana, suasana didalam hutan mulai gelap.

"Bisa kita istirahat Giant, tenagaku habis, aku sudah tidak kuat lagi"

"Apa itu sebuah permintaan?"

"tidak..tidak.. Aku hanya lelah"

"Baiklah, permintaan pertamamu aku kabulkan, kita beristirahat dan melanjutkan perjalanan esok pagi" Olivier langsung merebahkan tubuhnya.

"aaah, baiklah, anggap saja itu permintaanku sebelum menghadap kematian"

Olivier bersandar ke sebuah pohon dengan Bagian bawah dipangkal akar yang berbentuk melebar, pangkal pohon itu membentuk sebuah cekungan, Olivier mensejajarkan kakinya, Gundukan di selangkangannya semakin jelas terbentuk, tangannya ia lipat kebelakang kepalanya, bulu ketiak berwarna hitam pekat terpampang, sangat rimbun, Edgar kembali menelah ludah, tenggorokannya terasa gatal dan kering sehingga beberapa kali ia meneguk ludah, itu terlihat dari jakunnya yang naik turun.

"Tuan Edgar, kau bisa duduk disampingku jika kau mau" ujar Olivier menepuk tanah disampingnya.