Waktu yang Gina tunggu akhirnya tiba, setelah seharian memikirkan cara untuk bisa masuk ke rumah keluarga sang ayah akhirnya Gina menemukan sebuah jalan keluar dengan menyamar sebagai salah satu pelayan event organizer ya mengatur jalannya acara pertunangan Diego Alvarez dan kekasihnya.
Menggunakan pakaian hitam putih dan dasi kupu-kupu bak seorang pelayan pria Gina membawa nampan berisi gelas wine yang akan diedarkan pada seluruh tamu, beruntung Gina memilih untuk tetap dalam penyamarannya menjadi laki-laki. Pasalnya beberapa pelayan wanita yang lain nampak mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan dari para tamu yang hadir, bokong yang diremas dan paha yang dibelai. Sungguh tindakan rendahan yang dilakukan oleh para tamu undangan yang rata-rata adalah orang terhormat, Gina bahkan sudah hampir murka saat salah satu pelayan wanita yang mendapatkan pelecehan seperti itu menangis di depan matanya.
Pelayan wanita itu menangis sampai sesegukan saat menceritakan bagaimana sebelumnya seorang tamu berusaha mendudukkannya di atas paha tamu itu, Gina benar-benar sudah sangat muak berada di tempat menjijikkan seperti ini. Namun karena tujuannya belum tercapai akhirnya Gina berusaha untuk tetap tenang dan tidak membuat masalah, meskipun ia sudah ingin sekali mematahkan tangan tangan pria yang sudah berbuat kurang ajar itu.
Semua orang yang hadir di di halaman rumah yang disulap menjadi tempat pesta itu langsung hening seketika, saat Diego memasukkan cincin ke jari manis sang kekasih begitu pula dengan sebaliknya. Suara tepuk tangan pun terdengar sangat jelas ketika keduanya sudah selesai bertugas cincin, kedua mata Gina berkaca-kaca saat melihat sosok sang ayah kandung yang belum pernah dia lihat seumur hidupnya, Julian Sanders berbicara di depan semua orang dan menceritakan betapa bangganya ia memiliki Diego.
Ada rasa sesak di dalam dada Gina saat mendengar semua kata-kata pujian itu terlontar dari bibir Julian Sanders, Gina merasa sakit sekali saat ayah kandungnya membangga-banggakan seorang anak yang bukan berasal dari benihnya di hadapan semua tamu yang hadir. Sementara dirinya yang terlahir dari sebuah pernikahan sah antara sang ayah dan ibu 18 tahun yang lalu yg tak dianggap, Gina benar-benar terluka. Tanpa Gina sadari air matanya menetes membasahi wajahnya. Rasa kecewa, benci, rindu dan terluka semuanya menjadi satu.
Karena tak kuat mendengar perkataan ayahnya yang terus menguji Diego di panggung Gina pun memutuskan untuk pergi dari tempat itu, Gina pergi ke toilet untuk menyeka air matanya. Tepat pada saat Gina pergi ke toilet suara tepuk tangan kembali terdengar keras ketika Vanessa Sanders diundang oleh suaminya untuk ikut bergabung dengannya di atas panggung.
"Kalau anda bosan kita bisa pulang sekarang, Tuan."
"Jangan dulu, aku ingin melihat betapa cantik calon istriku terlebih dahulu dan…"
Bruk
Gina yang sedang terburu-buru tak sengaja menabrak pria yang sedang berbicara dengan seorang pria lainnya.
"Matamu dimana?! Kenapa tak lihat-lihat, dasar pelayan rendahan menjijikkan!!"hardik seorang pria dengan keras, dua detik kemudian tampak seorang pria berbadan besar sudah meraih lengan Gina dan memaksanya bangun dari tanah.
Karena tempat mereka berada saat ini di tempat yang cukup gelap alhasil Gina tak bisa melihat dengan jelas orang-orang yang berada di hadapannya saat ini, begitu juga dengan sekumpulan orang itu yang tak bisa melihat wajah dan ekspresi kesakitan Gina yang tangannya saat ini dicengkram kuat oleh seorang pria.
"Maaf, saya tidak sengaja,"ucap Gina pelan menahan sakit di lengannya, ia yakin sekali pria yang mencengkram tangannya saat ini bukan pria sembarangan.
Bruk
Secara tiba-tiba Gina kembali dilempar oleh orang yang sebelumnya memaksanya untuk bangun, dilempar secara kasar membuat Gina kesakitan karena tidak siap.
"Dasar manusia tidak berguna,"ucap seorang pria lainnya menghina Gina.
"Sudah, jangan diteruskan. Dia hanya pelayan kecil, lebih baik kita pergi dari tempat ini,"sahut seorang pria dengan suara bariton yang khas tiba-tiba berbicara.
"Baik Tuan."
"Siap Tuan, kami mengerti."
Setelah berkata seperti itu mereka semua kemudian pergi, meninggalkan Gina yang masih duduk di lantai yang masih kesakitan akibat tangannya tergores. Gina sebenarnya bisa melawan mereka namun karena tujuannya belum tercapai akhirnya Gina berusaha untuk tetap tenang dan membiarkan orang-orang yang sudah memperlakukannya dengan kasar pergi begitu saja.
"It's ok Gina, it's ok...kau kuat,"ucap Gina dalam hati menguatkan dirinya sambil menatap tangan kirinya yang sudah mengeluarkan darah.
Dengan menahan perih Gina membasuh tangannya menggunakan air mengalir supaya tidak terjadi infeksi di wastafel, karena tak mau membuang waktu lagi Gina pun memutuskan untuk segera menghampiri sang ayah kandung untuk memberikan hadiah kecil untuknya yang sudah ia persiapkan sejak tadi malam.
Ketika Gina keluar dari toilet acara semakin ramai, banyak pria dan wanita berdansa dengan iringan lagu romantis. Beberapa orang lainnya nampak berdiri mengelilingi meja minuman keras, suara gelak tawa terdengar di hampir semua tempat. Gina pun harus berusaha ekstra lebih keras untuk mencari sang ayah, apalagi saat ini tangannya terluka. Benar-benar penuh perjuangan sekali untuk Gina kali ini.
"Kau benar-benar hebat Julian, setelah ini aku yakin keluargamu makin disegani oleh seluruh warga Barcelona."
"Julian Sanders benar-benar pintar mencari menantu untuk putranya, sepertinya kita harus mencoba cara Julian."
Julian terkekeh mendengar pujian dari beberapa rekan bisnisnya yang hadir dalam acara pertunangan Diego. "Kalian jangan seperti ini, jangan terus memujiku. Nanti aku bisa terbang ke Titan haha."
"Tapi yang dikatakan mereka benar, keluarga calon menantumu benar-benar luar biasa, Julian,"sahut seorang pria lainnya merespon perkataan Julian.
Beberapa orang pria yang tengah memegang gelas wine nampak mengelilingi Julian dan memujinya atas kesuksesan acara malam ini, Julian sendiri pun tertawa ringan mendengar pujian rekan-rekannya itu. Ia tak menyadari kalau tak jauh dari tempatnya berdiri ada anak pertamanya yang ia telantarkan sejak lahir, tengah menatapnya tanpa berkedip.
Karena tak mau membuang waktu Gina pun memberanikan dirinya mendekati sang ayah, di tangannya sudah terdapat hadiah untuk Julian Sanders. Begitu mendapatkan kesempatan Gina langsung meraih tangannya dan menyelipkan hadiahnya dengan cepat, secepat gerakannya yang langsung pergi dari hadapan Julian.
"Hei, tunggu…"
Ucapan Julian terhenti saat menyadari benda yang baru saja diberikan oleh seorang pelayan padanya, liontin dengan inisial huruf S dan J yang bergabung itu sukses membuat Julian hampir pingsan. Liontin kalung yang ia buat sendiri untuk wanita yang ia cintai, Sandra Garcia. Seluruh tubuh Julian bergetar hebat ketika menggenggam liontin kalung yang bercampur dengan sehelai kertas di tangannya, sementara itu kedua matanya menatap nanar ke arah ratusan orang yang berpesta di hadapannya untuk mencari pelayan pria yang memberikan liontin dan kertas yang ada di tangannya itu.
Bersambung