Sejak saat itu, Shen Ying hidup sebagai alien di dunia yang cukup asing baginya.
Bertahan hidup di dunia baru sangat sulit, dan dia harus melewati berbagai rintangan yang mencoba menghalangi dirinya menuju puncak.
Seperti; adanya kebencian beruntun yang datang menargetkannya. Hanya karena dia membunuh tuan muda acak yang mencoba mengacau dengannya, dia dikejar oleh ayah bahkan kakeknya.
Belum selesai sampai disitu, kekuatan yang mendukung dibelakangnya menganggap Shen Ying sebagai pengganggu karena telah mengacaukan rencananya saat dia membunuh kekuatan tuan muda yang telah dibunuhnya itu, dan dengan demikian menganggapnya sebagai ancaman.
Sekali lagi, dia dikejar di bagian dunia manapun dengan tidak ada orang yang mau menemaninya. Itu karena dia telah menyinggung banyak kekuatan besar di dunia itu, dan dia harus bertahan hidup dengan tidak mempercayai siapapun.
Kemudian, dia harus mencari peluang di setiap tempat yang dia kunjungi. Untungnya, keberuntungannya sangat besar karena sejak dia bertransmigrasi di dunia lain, sepertinya dewi keberuntungan sering tersenyum padanya, tapi sebagai gantinya dia akan menghadapi banyak musuh yang akan mengejarnya dengan tidak masuk akal.
Jika diringkas dari semua kisah itu, intinya Shen Ying menjalani kehidupan seorang protagonis.
Bahkan saat dia sudah mencapai ranah Kaisar dan menjadi yang terkuat di dimensi itu, ternyata banyak makhluk kuat di luar dimensi yang masih menargetkannya, yaitu Outer God.
Tapi berkat itu semua, dia bisa sampai di ketinggian ini. Namun yang terpenting, dia masih bisa hidup karena ampunan yang telah dilakukan Asheel padanya dengan mengirimnya ke dunia lain.
Terkadang, dia bersyukur Asheel telah menghancurkan dimensi asalnya dengan mengirimnya ke dunia lain, tapi pikiran batin muncul yang mengumpamakan jika pria misterius itulah yang selalu menempatkannya dalam situasi sulit, tapi bahkan setelah dia menjadi salah satu makhluk terkuat di High Abyss, dia masih belum bertemu lagi dengan Asheel.
Apakah dia masih tidak layak untuk bertemu dengannya?
Tidak, pria itu telah melupakannya.
Bagaimana mungkin seseorang berpikir jika bocah acak yang dia ampuni saat itu telah menjadi salah satu makhluk terkuat di Abyss?
Itulah pemikirannya tentang Asheel, tapi dia tidak tahu bahwa Chaos Beast yang akan dia lawan ternyata adalah pria itu sendiri...
...
BAM! BAM! BAM!
Gemuruh menakutkan menggema di seluruh Britannia.
Suara retakan terdengar seperti lonceng yang dipukul hingga hancur. Semua makhluk di Britannia, bahkan yang masih tidur terbangun dan menatap langit.
Saat itulah teror melanda manusia, peri, raksasa, bahkan iblis.
Sebuah retakan muncul di langit, dan diikuti suara berderit, retakan seperti kaca itu menyebar dengan cepat dan dalam sekejap sudah memenuhi ruang satu mil jauhnya.
Akibat retakan itu, keseimbangan ruang dan waktu Britannia terguncang, lalu gempa ruang terjadi di mana-mana. Di beberapa tempat di Britannia, sebuah lubang ruang muncul dan menghancurkan semua yang disentuhnya.
Lubang itu mirip black hole, menyerap segala sesuatu di radiusnya, dan menghancurkan apapun yang masuk ke dalamnya.
Segera, Britannia berada dalam kekacauan.
"Itukah yang kau sebut persiapan? Fufu, semuanya kacau dimana-mana." Sera terkekeh sambil menyesap teh yang dia buat sendiri.
Asheel masih tidur di kamarnya, dan dia bahkan belum bangun saat dunia mendekati masa kehancuran.
Sera beranjak dari kursinya dan berjalan menuju kamar Asheel. Dia mendekati pria itu dan menatap wajah tidurnya dengan penuh semangat.
'Imut.' Pikirannya secara otomatis mengatakan itu.
Dia mengulurkan tangannya untuk menyentuh pipinya, membelai lehernya, dan turun ke dadanya yang telanjang.
Pria itu belum bangun.
Sera tersenyum, "Baru siang ini kau bangun dari hibernasi, tapi sudah tidur lagi. Ternyata kau belum kehilangan semua kemanusiaanmu, fufu."
Dia kemudian memutuskan untuk berbaring di dekatnya. Sebelum itu, dia menanggalkan semua pakaiannya sampai benar-benar telanjang, lalu menyusup ke selimutnya dan mendekam seperti kucing di sebelah Asheel.
"Lupakan masalah di luar, biarkan para fana itu sedikit menderita. Biarlah Asheel istirahat dulu, kemudian dunia ini akan lebih menyembahnya."
Satu menit kemudian.
Asheel membuka matanya dan menemukan benda kenyal sedang menindih dadanya.
Itu adalah payudara Sera, dan sepertinya dia menggunakan tubuhnya sebagai bantal untuk tidur. Asheel membelai rambutnya tanpa sadar.
"Lima menit lagi."
Dengan itu, Asheel menutup matanya lagi.
...
Istana Liones.
Bartra dan para Ksatria Suci dengan gugup menyaksikan ruang yang perlahan-lahan berlubang dan menampakkan kehampaan di baliknya.
Kekacauan dan kepanikan yang terjadi pada seluruh warga Liones sudah tidak bisa lagi diselamatkan. Semuanya ricuh, bahkan beberapa memberontak dan berniat kabur.
Akibatnya, kekacauan tumbuh menjadi lebih besar lagi. Bahkan beberapa Ksatria Suci juga melakukannya.
Mereka menodai nama ksatria dengan kabur meninggalkan rajanya.
Tapi di situasi yang tidak diketahui seperti ini, sudah diharapkan jika beberapa penakut di Ksatria Suci akan mengungkapkan wajah asli mereka.
Tapi sepertinya, tidak ada Ksatria Suci Camelot yang melarikan diri meninggalkan rajanya, Arthur-ou!
"Sebenarnya, apa yang dilakukan bajingan itu sekarang? Tidur?" Merlin mengumpat saat tidak melihat keberadaan Asheel di manapun.
Mungkin ini bukan situasi yang gawat bagi Asheel, tapi Merlin masihlah fana dan bisa terbunuh kapan saja. Dia benar-benar takut mati!
Kemudian dia menghubungi Galla lewat telepati dan menemukan ... Asheel benar-benar tidur...
Apa apaan?!
Sekarang, yang bisa dia harapkan hanyalah Ophis. Dia kemudian mengaktifkan tato di pahanya dan dalam sekejap Ophis sudah berada di sisinya.
"Apa?" Ophis membuka mulutnya setelah tiba.
"Apakah Asheel tidak akan bergerak?"
Ophis menggelengkan kepalanya, "Tidak tahu. Kedua orang itu sedang berpelukan."
"....." Sekarang Merlin meragukan apakah Asheel benar-benar peduli dengan dunia ini. Dia akan bertanya lagi tapi Ophis sudah menghilang.
"Bagaimana, Merlin? Apakah kamu bisa menghubunginya?" Meliodas mendekatinya dan bertanya.
"Um, dia sedang melakukan sesuatu di tempat lain."
Berpelukan.
Tentu saja Merlin tidak akan mengatakan itu, tapi dia harus berbohong dalam masalah ini. Kemampuannya dalam mengatakan omong kosong cukup hebat karena dia bahkan bisa mengatakan kebohongan itu dengan wajah serius.
"Aku benci mengakuinya, tapi hanya dialah yang paling bisa diandalkan saat ini." Ban berkomentar dengan wajah cemberut dan serius.
Bartra mendekatinya, "Setidaknya, akankah Tujuh Dosa Mematikan bisa mengatasi masalah ini?" Dia menanyakan itu dengan wajah yang sama sekali tidak memiliki harapan pada kelompok mereka.
Dia mengatakan itu hanya untuk menghibur dirinya sendiri.
"Kami tidak bisa, tapi Yang Mulia bisa."
"Aku?" Bartra menunjuk dirinya sendiri sambil menatap Merlin dengan bingung.
"Bukan, itu adalah Raja Arthur Pendragon!"
...
Retakan terjadi tepat di langit Danau Calisbury. Tubuh Raja Iblis yang digunakan sebagai wadah masih terabadikan di tempat itu, tapi karena gempa ruang sebelumnya, gunung aneh itu runtuh dalam sekejap.
Tyar!
Lubang kehampaan semakin besar, menampakkan sisi lain lubang berupa kaledoskop tak berujung.
Itu adalah celah Abyss!
Sebenarnya, dimensi ini sudah dilindungi oleh penghalang tak terlihat, dan bentuk penghalang itu menyerupai gelembung yang membungkus seluruh Britannia.
Itu adalah penghalang yang Asheel pasang.
Jika tidak ada penghalang, benda-benda yang mengundang bencana dari celah Abyss akan mendarat di Britannia, yang pada akhirnya akan menghancurkannya.
Asheel tidak akan membiarkan Britannia hancur karena alasan konyol itu.
Terlebih lagi, penghalang itu memiliki kegunaan lain, yaitu memisahkan pengaruh Abyss.
Letak dimensi ini berada di ujung Abyss, dan berbatasan dengan Alam Kekacauan. Dengan aura acak yang keluar dari alam itu sudah bisa menghancurkan dimensi ini dalam sekejap, yang bahkan serpihan aura itu bisa membunuh Ophis dengan mudah.
Jika bukan karena penghalang yang dipasang Supreme One, dimensi ini sudah lenyap sejak lama. Tidak, sebenarnya dimensi ini sudah hancur.
Asheel sengaja membiarkan dimensi ini hancur dan hanya menyisakan bagian Britannia saja. Dengan begitu, proses integrasi dengan dimensi miliknya akan jauh lebih mudah.
Benar-benar; membunuh dua burung dengan satu batu.
Penghalang yang Asheel pasang sebenarnya memiliki kegunaan lain, dan itu malah yang paling penting...
Tapi tiba-tiba sebelum fungsi tambahan itu bisa dijelaskan, sebuah tangan kolosal merogoh lubang di kehampaan dan memaksanya meregang.
Karena itu, lubang kehampaan meluas.
Makhluk kolosal itu keluar dari sisi lain lubang. Hanya dengan melihat tangannya yang menakutkan saja sudah bisa membuat seluruh rasa bahaya di Britannia gelisah.
Tangan itu gelap, bersisik, dan terlihat menyeramkan.
Makhluk itu menampakkan diri sepenuhnya, berdiri dengan dua kaki menginjak Britannia.
Siluetnya terlihat sepenuhnya!
Sayap besar tumbuh di punggungnya, matanya berwarna emas buas, dan giginya tajam tampak mengintimidasi.
Itu adalah naga hitam yang berdiri dengan dua kaki!
Mulutnya menggeram dari waktu ke waktu, air liur yang jatuh langsung melenyapkan tanah dengan sekejap.
Tapi tiba-tiba, bayangan yang lebih besar muncul di depannya.
Crauk!
Sebelum naga hitam bisa mengamuk di Britannia, tubuhnya sudab tercabik-cabik di dalam mulut kucing.
"Lezat~"
Kucing kolosal dengan kulit berwarna putih-merah-biru itu meneguk tubuh kolosal naga hitam sekaligus.
"Aku ingin lebih~!"
Cath Palug, sudah berevolusi!