Siang itu hal tak terduga aku alami. Entah itu aku mendapatkan penglihatan atau aku yang mencoba melihatnya dengan kekuatanku, aku tak tahu. Aku tercengang, terdiam dan tak tahu harus berbuat apa di hadapan kedua temanku. Rasanya aku ingin berlari dari tempat dudukku sekarang dan menjauh dari hadapan teman-temanku tapi aku tak bisa. Kakiku rasanya sangat berat hingga tak dapat aku gerakkan. Karin maupun Claudi beberapa kali mencoba menyadarkanku tapi aku tak dapat meresponnya. Aku hanya terdiam melihat ke arah depan, bagi mereka aku seperti melihat dengan tatapan kosong. Namun tidak bagiku, aku sedang seperti menonton suatu kejadian di tempat lain dengan sangat detail dan terasa sangat nyata. Aku melihat dari belakang terdapat seorang pria yang bisa di bilang sudah tak muda lagi, namun juga tak terlalu tua di umurnya, dengan tinggi perawakannya kurang lebih 180cm dan menggunakan setelan jas rapi berwarna coklat beige berjalan bersama dengan seorang wanita muda. Wanita itu memiliki tinggi badan kurang lebih 170cm dan juga menggunakan pakaian blazer kerja berwana merah terang. Ia juga menggunakan tas dengan lambang LV yang melingkar di lengannya, serta menggunakan sepatu high heels kurang lebih 7cm dengan branded yang sama dengan tas yang ia pakai. Terlihat dari belakang pasangan ini sangat serasi dan tak senggan memamerkan kemesraan di depan umum. Mereka terus berjalan menyusuri setiap pertokoan di dalam sebuah mall. Tampak terlihat jelas wanita itu memeluk erat lengan pria yang berjalan dengannya, namun ada yang sangat mengganjal dengan wanita itu, entah kenapa aura wanita itu terasa berbeda dan bercampur degan aura lain. Aku mencoba mendekati pelan-pelan mereka dan di saat bersamaan, pria itu menoleh ke salah satu toko perhiasan dan hendak memasuki toko itu. Aku sangat terkejut melihat wajah dari pria tersebut.
"I-i-itu kan om Bimo? Papinya Karin? Tapi siapa wanita itu?" Gumamku.
Ketika mereka memasuki toko perhiasan di salah satu counter, terdapat sosok menggunakan baju adat jawa berwarna hijau yang mengikuti wanita tersebut dari belakang. Sosok itu menggunakan selendang berwarna kuning dan selalu mengibas-kibaskan jika ada orang yang berada di dekat wanita yang ia ikuti. Parasnya memang sangat cantik, bak seorang dewi dari khayangan. Aku ingin mengikuti mereka lebih jauh, namun seketika juga aku kembali ke dalam tubuhku dan aku merasa di bawah hidung ku terasa sangat panas dan tercium aroma minyak kayu putih. Aku tersadar dari alam bawah sadarku dan melihat kedua temanku yang sedang panik memandangiku.
"Kalian kenapa wajahnya kaya gitu semua?" Tanyaku keheranan.
"Hah?? Kenapa katamu?? Ya kamu itu yang kenapa?! Kok malah balik tanya kita! Kita yang khawatirin kamu malah kaya orang bego gini!" Ucap Karin yang terlihat kesal akan pertanyaanku.
"Hah? Emangnya aku tadi kenapa?" Tanyaku sekali lagi.
"Elu tadi bengong, diem gitu. Lu gue goyang-goyangin tapi lu nggak ngerespon. Gue kira lu pingsan atau kenapa. Sampe gue kasih minyak kayu putih banyak-banyak tuh di hidung lu biar sadar." Jawab Claudi.
Mendengar penjelasan dari kedua temanku aku jadi tambah bingung mau bicara seperti apa. Apakah mereka nanti akan percaya pada ucapanku jika aku menceritakan semuanya. Apa aku harus bicara empat mata dengan Karin masalah ini atau gimana? Aku sempat bingung dengan keputusan yang harus aku ambil. Ketika aku sedang berpikir Claudi menepuk pipiku hingga aku terkejut.
"Hei Ndra! Lu malah ngelamun lagi! Jawab dong!"
"Ah sori-sori abis masih shock aja gara-gara tadi." Ucapku.
"Emang lu kenapa tadi?"
"Rasanya aku tadi kaya abis kesambet deh. Aku juga gak tahu. Makanya aku bingung sampe bengong gini. Makasi kalian tadi sudah buat aku sadar, kalau nggak ya aku nggak tahu harus gimana."
"Heh!! Lu jangan ngaco deh Ndra kalau sama kita itu! Apalagi bawa-bawa hal mistis kaya gitu di sini! Gue jadi takut nih sama elu!" Ucap Claudi.
"Iya maaf ya Di sudah buat kamu jadi takut. Maaf.. Ya udah yuk balik ke kelas aja yuk. Rin kamu balik kelas dulu ya... nanti aku temenin ke rumahmu." Ucapku sambil mengajak kedua temanku pergi dan kembali ke kelas.
"He'em" Jawab Karin yang terdiam sejak tadi.
Disaat kami berjalan menuju kelas, tiba-tiba ponsel yang aku taruh di saku rok seragamku bergetar dan langsung saja aku merogoh saku rokku untuk memeriksanya.
"Hah kak Andrew? Tumben?" Gumamku pelan.
"Ndraaaa!! Ayooo! Ngapain sih lu!!" Teriak Claudi yang sudah jalan di depanku bersama Karin.
"Iyaaa bentar kalian jalan aja dulu! Aku juga jalan di belakang kalian kok!" Teriakku.
11.45 AM ["Hoi Ndra! Lu ngapain di depan lab kosong? Mojok kok di depan lab kosong. Wkwkwkwkw."]
11.46 AM ["Kok kakak tahu sih? Emang kakak tadi lewat dekat sini? Atau kakak ngikutin aku ya?"]
11.48 AM ["Ya tahu lah aku bisa cari kamu lewat mata batinku. Aku juga bisa tahu kamu sedang ngapain, dimana kapanpun aku mau. Hahahahaha.."]
11.50 AM ["Hiyyy kok ngeri sih kamu tuh kak! Udah lah aku nggak mau kenal kamu kalau kaya gitu!"]
11.51 AM ["Yeeee...ni bocil ngambek. Hahahahaha.. Jangan ngambek laahh nooonn.. nanti nggak imut lagi lho!]"
11.53 AM ["Adduuhh ini orang kenapa lagi sih? Terlalu lama menjomblo ya anda sampai ngerayu kaya gini? Nggak mempan tahu!"]
11.54 AM ["Waddduuuuhhh nggak mempan katanya. Ayolah non jangan ngambek teruuusss.. yuk sini yuk non ke kantin yaaa.. Tak belikan permen dehhh.."]
11.55 AM ["Idiiihh nyogok nih sekarang? Udah deh... Ada apa kak? Mau ngobrol ta? Atau gimana?"]
11.56 AM ["Iya mau ketemu kamu non. Hahahaha.. Sini ke kantin ngobrol."]
Selesai membaca pesan kak Andrew, aku akhirnya keluar kelas untuk menemui kak Andrew di kantin. Sesampainya di kantin aku kira kak Andrew sendirian tetapi ada kak Bayu dan kak Johan yang duduk di sebelahnya sambil bermain game di ponsel mereka. Aku yang tadinya hendak ingin menemui kak Andrew, langsung saja aku mengurungkan niatku dan berpura-pura membeli sesuatu di kantin lalu mengeluarkan ponselku dari sakuku untuk mengirim pesan pada kak Andrew.
12.00 PM ["Terus maksudnya apa nih kak? Kamu aku suruh ke kantin tapi kakak ada kak Bayu sama kak Johan?"]
[Drrrrtt-drrrrrttt] Suara pesan singkat dari ponselku berbunyi dan aku segera membuka pesan tersebut.
12.03 PM ["Ya tadinya aku sendirian di sini, eh tiba-tiba dua cecunguk ini muncul buat ajakin main. Tunggu dulu ya non.. mau ngomongin sesuatu sama kamu emang e ini. Bentar-bentar."]
12.04 PM ["Di tunggu di mana? Nggak mungkin aku tunggu di kantin juga kaaann??"
12.06 PM ["Tunggu di kelasmu aja dulu nanti aku SMS lagi oke?"]
12.07 PM ["Ya udah lah."]
Setelah aku membeli dua bungkus snack lidi pedas aku kembali ke kelas seakan-akan tak terjadi sesuatu sebelumnya. Disaat aku sedang berjalan dan melewati ketiga owok tersebut kak Bayu yang melihatku langsung menyapaku dan mengajakku untuk duduk bersama dengan mereka di sana.
"Hey Andra! Habis beli apa? Sini duduk sama kami lho!" Ucapnya basa-basi.
"Halo kak.. Oh ini abis beli snack lidi pedas hehehe.. Ini mau langsung balik kelas aja deh. Ntar aku di kira apaan sama temen kak Bayu, adik kelas duduk bareng sama tiga anak cowok kakak tingkatnya. Nanti ada yang cemburu aku repot lagi." Ucapku sambil tersenyum simpul.
"Huahahahahaha.. Ngakak aku brooo!! Bener banget lu Ndra! Jangan mau kalau di ajak sama si Bayu ini. Orang mesum dan playboy macam dia tuh harus di hindari dan hati-hati. Tania aja kena pe-ha-pe kok apalagi sama adik kelas kaya kamu gini. Hahahaha.. Yang sabar ya bro!" Ucap kak Johan yang terus tertawa sambil memengang perutnya.
" S*al*an lu John! Nggak pren lagi ah lu sama gue." Ucapnya dengan nada kesal.
Aku tersenyum mendengar jawaban dari kak Johan, lalu melihat kak Andrew yang juga ikut tetawa mendengar ucapan temannya itu yang sedang membully kak Bayu. Melihat kak Andrew tertawa seketika jantungku terasa berdebar, dan aku jadi kehilangan fokusku sesaat. Yaahhh.. aku akui kak Andrew memiliki senyum yang sangat menawan sehingga orang yang melihatnya langsung tertarik dan mungkin bisa saja jatuh hati padanya. Tapi apakah aku yang baru berdebar melihat senyumnya bisa di bilang aku jatuh hati padanya? Hmmm.. Entahlah. Lebih baik aku pergi dari tempat ini secepatnya sebelum aku kehilangan fokusku lagi. Aku berpamitan dengan kak Bayu dan yang lainnya sebelum aku berjalan kembali ke kelas. Sesampainya di kelas...
"Lu abis dari mana Ndra?" Tanya Claudi.
"Nih, ambil satu gih. Abis dari kantin lagi pengen yang pedes-pedes tadi." Jawabku.
"Kok lu nggak ajak-ajak siiihhh!!! Kan gue juga mau ikut kalau tahu lu mau ke kantin."
"Ya kan tadi kamu sibuk main sama anak-anak Di.. ya udah aku ke kantin aja.."
"Hmmm.. iya juga sih.. ya udah deh.. tapi makasi yaaaa.. Muach-muach-muach.." Ucapnya sambil menyambar snack lidi pedas yang aku taruh di meja.
Tak lama setelah setelah itu ponselku bergetar kembali dan ku lihat ada pesan masuk dari kak Andrew. Akupun langsung membacanya, ia mengirimkan pesan untuk menyuruhku menemui di lorong dekat laborat kosong, tampat yang sama ketika aku bersama Karin tadi untuk menyendiri. Di saat yang bersamaan, terlihat Karin yang keluar dari toilet dan hendak kembali ke kelasnya. Ia melihatku terlebih dahulu sebelum aku menyapanya dan Karin langsung menghampiriku.
"Andraaaa!!! Mau kemana?" Tanyanya.
"Oh, mau ketemu kak Andrew."
"Ngapain?"
"Nggak tahu, katanya mau ketemu aja sih. Kenapa? Kamu mau nemenin?" Tanyaku. Aku yang sebenarnya ragu menanyakan hal itu padanya tapi aku tak bisa menolaknya untuk tak mengikuti ku.
"Emang boleh ta?" Tanyanya padaku.
"Ya boleh lah. Emang kenapa nggak boleh?" Tanyaku sambil tersenyum.
"Ow ya rin, sekalian nanti aku ceritain masalahmu ke kak Andrew boleh? Yang masalah papi mu itu. Dia bisa nolong kamu mungkin." Ucapku memutuskan sendiri sebelum bertanya pada kak Andrew.
Akhirnya aku berjalan bersama Karin untuk menemui kak Andrew, tapi kenapa perasaanku nggak enak ya? Seakan apa yang sekarang aku lakukan ini salah. Tapi aku harus gimana lagi? Aku terus berjalan bersama Karin dengan menahan seluruh perasaan yang nggak enak ini tanpa memberi tahunya hingga akhirnya aku bertemu dengan kak Andrew.
Disaat bertemu dengan kak Andrew, benar saja ekspresinya langsung tak suka dan juga kaget aku membawa Karin bersama menemuinya. Aku merasa bersalah melihatnya yang sedikit bingung dan tatapannya melihat kebawah setelah itu, namun aku juga tak tahu jika ada hal seperti akan terjadi. Aku mencoba memberanikan diri untuk menjelaskan pada kak Andrew kenapa aku bisa bersama Karin saat itu dan akhirnya kak Andrew memahami kami. Ia juga mau membantu Karin agar papinya terlepas dari wanita yang menggunakan pelet pada papinya. Kak Andrew menjelaskan banyak hal yang papinya alami dan cara untuk melepaskannya. Karin yang baru pertamakali mendengarkan penjelasan kak Andrew sempat tak percaya hingga akhirnya kak Andrew meminta ijin ke Karin untuk menunjukkan papinya bersama wanita itu. Sama denganku waktu kak Andrew mengajakku untuk melihat ke 'dunianya', ia mulai menggandeng kedua tangan Karin lalu ia memejamkan matanya. Beberapa saat aku mengawasi mereka agar tak di ganggu oleh makhluk halus yang menginginkan tubuh kak Andrew. Di sisi lain, mereka sudah melihat banyak hal lalu segera mereka kembali ke alam sadarnya. Karin menahan tangisannya setelah melihat papinya namun ia tak dapat melakukan apapun. Ia hanya terdiam lalu meminta ijin pada kami untuk kembali ke kelasnya. Ia masih nggak bisa mencerna apa yang telah ia lihat bersama kak Andrew barusan. Ia mencoba mendinginkan kepalanya sendiri, hingga akupun ditolaknya untuk menemaninya saat itu. Karena aku nggak tega dengan Karin yang shock dengan kondisinya, akhirnya aku menjemput Karin dan meninggalkan kak Andrew saat itu.