webnovel

The Envoy of Darkness For The New Beginning

Empat pahlawan yang tadinya adalah teman Arzlan, sekarang harus melawannya. Arzlan memiliki kekuatan yang mengerikan hingga dia layak disandingkan sebagai saingan Raja Iblis. Dua konflik yang sedang terjadi yaitu pihak kerajaan yang begitu sadis memperlakukan ras lain, serta pergerakan pasukan iblis yang akan menghancurkan seluruh negeri. Di sana Arzlan menjadi penengah, bukan sebagai seorang pahlawan naif, namun sebagai seorang makhluk yang akan memberikan penghakiman bagi dunia yang sudah melampaui batas. Seluruh makhluk menjadi takut saat mendengar namanya, namun beberapa makhluk menganggap dirinya sebagai penyelamat. Semua itu tidak berarti, bagi Arzlan. Dia siap untuk menjadi makhluk lebih kejam daripada iblis, atau menjadi makhluk penyelamat. Tujuannya hanya satu keadilan akan ditegakkan demi menuju dunia tanpa penindasan.

Reluctant_Guardian · แฟนตาซี
Not enough ratings
398 Chs

Dia Utusan Dari Kegelapan : Sang Malaikat maut

Tepat di depan mata, semua wanita. Para prajurit bajingan itu, dimakan oleh energi kegelapan milik Arzlan.

Suara renyah, daging yang dimakan dengan cipratan darah, terdengar di telinga mereka. Pemandangan mengerikan itu, tidak sanggup untuk dilihat oleh mata. Mereka, merinding setiap kali darah terus bercucuran ke arah dinding.

Beberapa prajurit berusaha untuk kabur, namun semuanya percuma, gerakan dari Chaos Eater sangat cepat.

"Huh… apakah ini, adalah perbuatan manusia?" tanya dalam hati perempuan elf yang berdiri tepat di samping Arzlan. Sama sekali, dirinya tidak melihat Arzlan sebagai seorang manusia yang sewajarnya, bahkan tingkah dan tindakan itu mengingatkan dirinya akan, para iblis yang dulu juga terkenal akan kekejamannya.

Arzlan merasa, sangat puas melihat para prajurit menunjukkan wajah histeris dan mereka begitu menderita akibat serangan yang dia gunakan.

Matanya, memancarkan hawa membunuh yang menyebar ke seluruh ruangan. Para elf merasa ketakutan, karena meski mereka sedang diselamatkan namun setelah melihat kekuatan Arzlan mereka, jadi ragu apakah memang benar kalau Arzlan adalah penyelamat hidup mereka.

Setelah, semuanya selesai. Arzlan mulai kembali memasang wajah dingin, tanpa semangat apapun, sangat jauh berbeda dari sebelumnya.

Tidak, ada yang Arzlan ucapkan. Dia segera beranjak pergi dari dalam ruangan, baginya tugas untuk menyelamatkan para gadis elf itu sudah selesai, dirinya kini hanya perlu pergi dari ruangan tersebut.

"Tunggu!"

Perempuan elf yang tadi, berada di sampingnya menghentikan Arzlan.

Arzlan menoleh lalu berkata, "Ada apa?"

"Apakah, kau ingin pergi begitu saja? Tanpa, membawa mereka pergi dari kota ini?"

"Huh…?" Arzlan memutar tubuhnya, matanya melirik ke setiap wajah elf. Tampak ketakutan, mereka saat menatap Arzlan, tapi Arzlan sudah memakluminya. Tatapan itu diberikan, akibat rasa takut mereka setelah menyaksikan kekuatan dari kemampuan Arzlan.

Arzlan mengambil napas panjang, lalu dia buang secara perlahan. "Baiklah, kalian akan aku selamatkan hingga keluar dari kota ini! Akan tetapi, kalian harus ingat bahwa aku ini bukanlah, pahlawan untuk diri kalian, karena aku adalah makhluk yang diutus kegelapan, untuk menghakimi mereka yang sudah mengotori kesucian dunia ini!" Nada bicaranya terdengar, begitu horor ketika di akhir kalimat.

Sengaja dia berkata seperti itu, karena memang tidak ada niat di hati Arzlan untuk menjadi seorang pria yang ingin dipuji atau disanjung oleh orang lain. Dia memang ingin menciptakan dunia tanpa penindasan, tapi bukan berarti kalau dirinya yang akan menjadi pemimpin dunia itu. Dia hanya akan menjadi malaikat maut, bagi mereka yang sudah berniat untuk menghancurkan kebebasan dari makhluk lain.

***

Arzlan menggunakan, kereta kuda yang digunakan untuk membawa para wanita elf. Para penduduk sama sekali tidak merasa curiga, terhadap kereta tersebut, memang para penduduk tidak berani untuk ikut campur dalam urusan, para bangsawan.

Bangsawan biasanya, akan bertindak seenaknya tidak peduli anak kecil, orang tua, atau wanita. Mereka tetap akan menyiksa bahkan membunuh, siapa saja yang berani ikut campur dalam urusan para bangsawan.

Para penduduk, lebih suka memalingkan pandangan, ketika ada bangsawan lewat, daripada menatap mereka dengan wajah penuh harapan, namun jika mereka ketahuan mengabaikan bangsawan yang seharusnya mereka hormati, akan ada hukuman yang menanti mereka.

Tanpa halangan, Arzlan berhasil melewati kota.

"Hmm…." Zuru kebetulan, melihat kereta tersebut, dan dirinya menjadi heran kenapa kereta itu tiba-tiba melintas di hari sudah hampir menjelang malam.

Perjalan terus berlanjut, hingga Arzlan masuk ke dalam hutan. Dia sudah mendengar, kalau para gadis itu berasal dari desa selatan.

Sekitar lima jam, dari kota mereka sampai di lokasi desa. Tidak sama sekali, tempat itu mencerminkan sebuah desa, di dalam hutan yang sunyi dengan malam yang gelap, serta keadaan desa yang sudah hancur membuat suasana menjadi sangat horor mencengkam. Kaki dan tangan rasanya, bergetar ketakutan jika terus berada di tempat itu, akan tetapi tidak dengan Arzlan, dia sangat nyaman berada di dalam kegelapan.

Kegelapan seolah, menjadi sahabat baginya. Arzlan melirik ke arah sekitar, dia menjadi sangat kesal. Tanpa ada yang memberitahu, dirinya sudah paham apa yang terjadi dengan desa itu. "Cih… ini pasti perbuatan mereka!" Ingin sekali, Arzlan memukul wajahnya sendiri akibat tidak datang untuk menghentikan, kejadian buruk yang menimpa desa tersebut.

Desa itu, bukan berarti sudah ditinggalkan, karena tidak beberapa lama para elf mulai berdatangan dan mereka membawa senjata. Mereka menganggap kalau kereta yang datang, adalah pasukan kerajaan lagi yang ingin melakukan serangan kembali.

"Siapa kau?" tanya salah satu pemuda elf, yang melotot dengan marah ke arah Arzlan.

Arzlan menatap pemuda itu, dengan sangat tajam. Hingga, pemuda tersebut merasa ketakutan, aura intimidasi telah merasuk ke dalam hatinya, sehingga dia tidak sanggup untuk terus melotot ke arah Arzlan.

"Sudah, dia pasti prajurit yang ingin menculik dan merampas lagi!" Pemuda itu mulai, memberikan perintah kepada orang-orang yang ada di sana, untuk melakukan penyerangan.

Arzlan paham, kalau mereka menyerang hanya akan ada kematian. Tepat di dalam matanya, level pemuda itu adalah 18 dan para elf lainnya, hanya level 9-12.

Ukuran kekuatan, mereka berdasarkan level saja sudah sangat jauh, apalagi dari energi yang terpancar dari tubuh mereka, sangatlah kecil.

Arzlan mulai berpikir, untuk menenangkan amukan itu dengan cara kekerasan.

"Tunggu dulu!"

Namun, ketika para elf hendak maju. Seorang perempuan, membuka suara lantang hingga, mengheningkan suasana.

Perempuan yang Arzlan selamat itu, keluar dari dalam pedati dan mencoba untuk berbicara kepada para elf.

"Dia bukalah, berasal dari pihak kerajaan!" jelasnya dengan nada tegas.

"Apa yang bisa, kami percaya dari ucapanmu? Dia itu manusia! Manusia itu semuanya, sama saja. Rakus, perampas, pemerkosa, dan penghancur. Tidak ada lagi, bagi kami untuk mendengar penjelasan kalau manusia seperti dirinya, bukan dari bagian pasukan kerajaan itu."

Dendam sudah, merasuk dalam hati, Kesengsaraan memberikan, kebencian yang sangat besar kepada seluruh ras manusia.

"Apakah kalian, yakin ingin menyerang diriku!" Arzlan mengeluarkan aura intimidasi yang sangat besar, di gelapnya malam matanya bersinar terang.

Para elf yang tadi bersikap berani, kini menjadi ketakutan. Takut kaki mereka untuk dilangkahkan mendekati Arzlan.

"Sudah, aku bilang seharusnya kalian tenang dan dengar penjelasanku terlebih dahulu!" Perempuan itu, tidak mengerti kenapa para elf yang sama dengan dirinya, menjadi begitu emosional.

"Ji-Jika dia bukan, dari pihak kerajaan, lantas siapa dirinya?" Pemuda itu, kehilangan keberanian untuk berbicara lantang, suaranya mengempis layaknya balon.

"Aku adalah, malaikat maut yang di utus kegelapan, untuk mengubah dunia ini!" Sangat tegas, Arzlan mengucapkan kalimat itu, angin dingin menyertai ucapannya sehingga efek intimidasi sangat besar terasa.

Bulu kuduk, setiap orang menjadi merinding. Mereka, semakin ketakutan untuk bertindak yang tidak-tidak.

Para elf, memiliki kekuatan untuk merasakan energi seseorang, ketika merasakan energi Arzlan mereka langsung paham kalau Arzlan bukanlah orang biasa.

__To Be Continued__