webnovel

KLAB MALAM

Sachi berkata bahwa kenalannya yang bekerja sebagai supervisor di bagian cleaning service klab tersebut meminta bantuannya untuk mencari orang guna mengisi pekerjaan yang selalu ditinggalkan itu. Semua itu disebabkan karena menjadi pembersih toilet di klab malam tersebut merupakan pekerjaan yang sangat berat. Di malam hari di klab malam, banyak pengunjung mabuk yang lupa diri. Mereka terlalu mabuk untuk membersihkan diri dan membersihkan toilet yang habis mereka pakai secara benar, dan belum lagi mempertimbangkan banyaknya pengunjung yang muntah muntah karena terlalu mabuk di sana.

Sachi tidak menutup nutupi apapun ketika menawarkan pekerjaan itu pada Elina, dan meskipun mendengar itu semua, Elina tetap menganggap tawaran pekerjaan itu sebagai kesempatan besar dan bertekad mengambilnya.

Jam kerja di klab dimulai jam sebelas malam hingga jam empat pagi, membuat waktunya pas bagi Elina untuk mengambil pekerjaan itu. Dia berencana mengambil dua pekerjaan sekaligus, di malam hari dia akan menjadi pembersih toilet klab, lalu pulang di pagi hari untuk tidur sejenak sebelum mengerjakan shift siang atau shift malam sebagai penjaga supermarket tempatnya bekerja.

Pekerjaan sebagai pembersih toilet akan memberikannya gaji dua kali lipat dari penjaga supermarket, ditambah lagi dengan pekerjaan sebagai penjaga supermarket, itu semua sudah lebih dari cukup bagi Elina untuk memenuhi kebutuhan hidupnya tanpa kecemasan.

Membayangkan itu semua membuat mata Elina berbinar, dia yakin dia mampu melakukannya. Dia hanya harus bekerja sedikit lebih keras untuk mencapainya.

Suara petir yang kembali menyambar kaki langit membuat Elina terperanjat dan hampir terloncat dari posisinya berdiri. Dikutuknya dirinya sendiri dan pikirannya yang senang mengembara sesuka hati tanpa izin. Tangannya yang sudah memegang kunci langsung bergerak membuka pintu, membawa dirinya masuk sebelum menutup dan mengunci pintu di belakangnya.

Elina melempar tas kerjanya ke ranjang reyot yang langsung terpampang begitu memasuki rumah kontrakan. Ya, rumah kontrakannya yang sederhana hanya terdiri dari satu ruangan kamar, ditambah dapur sempit yang bersebelahan dengan kamar mandi yang tak kalah sempitnya. Tetapi, Elina hanya hidup sendiri di tempat ini, jadi fasilitas di rumah ini, sudah lebih dari cukup untuknya.

Sambil berlari lari kecil, Elina langsung berlari menuju kamar mandi, dia mandi secepat kilat hanya untuk menyegarkan diri karena sejak shift siangnya tadi dia belum mandi. Dengan tubuh menggigil kedinginan dibalut handuk, Elina menarik pakaiannya dari lemari dan bergegas memakainya. Sachi bilang kalau para pembersih toilet akan mendapat seragam sendiri di sana, jadi Elina memutuskan memakai pakaian yang nyaman, kaos longgar berkerah dan celana warna hitam yang membungkus tubuh tingginya dengan rapih.

Setelah mengikat rambut panjangnya menjadi ekor kuda, dia meraih ponselnya yang sederhana dan melirik tampilan jam di layarnya. Pukul sepuluh kurang sepuluh menit. Dia menyelesaikan shift malamnya di supermarket sampai pukul sembilan malam, dan senyumnya mengembang karena dia berhasil menyiapkan diri untuk bekerja lagi di klab malam di waktu yang tepat.

Sachi bilang akan menjemputnya jam sepuluh di jalan besar yang merupakan ruas pertemuan pintu masuk gang kecil menuju tempat kontrakan kumuh tempat Elina tinggal. Elina segera meraih tasnya yang tadi dia lemparkan ke atas ranjang, dia lalu memasukkan ponselnya ke sana dan membuka pintu kontrakannya kembali.

Hujan deras masih belum mau bersahabat dengan permukaan bumi, menghujaninya dengan sumpah serapah berbentuk air deras yang berjatuhan menimpa bumi. Elina tidak punya payung, jadi dia memasang tasnya di atas kepala, dan berlari-lari menuju pintu masuk gang di ujung jalan, tempat Sachi diyakininya sudah menunggu di sana.

Jam sudah menunjukkan pukul satu malam, dan berbeda dengan di rumah-rumah manusia kebanyakan yang seluruh penghuninya sudah beranjak tidur, berbaring di ranjang untuk beristirahat dengan mata terpejam dan mengisi ulang energi guna digunakan esok hari, di klab malam ini malah semakin ramai dan bergemuruh ketika dini hari makin menjelang.

Manusia manusia yang datang semakin banyak, memenuhi lantai dansa dan tempat tempat duduk mewah yang telah di siapkan. Lampu yang semakin meremang di area tempat duduk tampak kontras dengan cahaya bersahutan berbagai warna yang menyilaukan mata di lantai dansa. Suara musik semakin keras berdentam, seolah ingin menguji kekuatan gendang telinga yang beradu keberanian dengan debaran jantung di dada.

Malam minggu semakin membuat keramaian di klab ini tak terkendali. Para bartender sibuk menyiapkan minuman beralkohol dengan berbagai varian campuran rasa ke pelanggan yang tak keberatan untuk mabuk di malam penuh gegap gempita ini. Para lelaki pelayan berpakaian rapih pun sibuk berlalu lalang di antara para tamu, dengan senang hati mengantarkan botol-botol minuman anggur untuk memberikan kepuasan bagi para pemuja malam.

Elina masih memegang tongkat pel di tangannya ketika dia menolehkan kepala untuk memandang hiruk pikuk yang terasa asing dengan dirinya. Dirinya saat ini mengenakan pakaian cleaning service berwarna cokelat tanah yang kebesaran, sebuah pakaian berjenis overall yang seharusnya digunakan oleh laki laki.

Ya, ketika Sachi mengantarkannya bertemu dengan penanggung jawab cleaning service, lelaki itu terlihat tidak menyangka bahwa pelamar pekerjaan yang dibawa Sachi adalah seorang perempuan. Tatapannya terlihat skeptis ketika memandang tubuh Elina yang kurus seolah kurang gizi, tetapi tak urung diberikannya juga seragam laki laki itu untuk dipakai oleh Elina sambil berkata bahwa Elina diberi kesempatan selama tiga hari untuk menunjukkan hasil pekerjaannya sebelum penilaian nanti akan menentukan apakah Elina akan diterima bekerja atau tidak.

Dan meskipun penanggung jawab cleaning service itu tidak mengatakan apa-apa, Elina tahu pasti bahwa lelaki itu sudah bertaruh dalam hatinya bahwa Elina tidak akan mampu bertahan untuk menjalankan seluruh pekerjaan berat satu malam pun di tempat ini.

Dia akan membuktikan bahwa dugaan laki-laki itu salah. Elina bertekad untuk bekerja keras supaya diterima di tempat ini, dan itulah yang akan dilakukannya.

Saat ini, dia sudah selesai membersihkan toilet perempuan yang ditugaskan kepadanya. Toilet itu tampak jorok dengan bekas-bekas orang buang air kecil dan beberapa muntahan yang tidak disiram, tetapi tanpa mengeluh, Elina membersihkan semuanya dan membuat lelaki penanggung jawab cleaning service yang menginspeksi pekerjaannya kehabisan kata.

Lelaki itu lalu bilang bahwa Elina harus selalu berjaga, karena sedetik setelah dibersihkan, toilet itu bisa langsung kotor lagi. Setelah memberikan penjelasan panjang, lelaki itu lalu memerintahkan Elina untuk membersihkan toilet untuk laki-laki yang terletak di seberang sana.

Di dalam klab malam ini, toilet untuk laki-laki dan toilet untuk perempuan terletak di sisi bangunan yang berbeda. Untuk menuju toilet laki-laki, Elina harus menyeberangi ruang utama yang penuh dengan hiruk pikuk dunia malam dari manusia-manusia malam yang tenggelam dalam kenikmatan duniawi penuh suara.

Sebelah tangan Elana memegang ember berisi cairan pembersih dan sikat, sementara tangannya yang lain memegang tongkat pel, dan matanya terpaku sejenak seolah memandangi dunia lain yang jelas-jelas berada di luar dunianya. Matanya mencari-cari dimanakah Sachi berada.