webnovel

KAU MILIKKU

Apa yang ada di dalam otak perempuan sialan itu sehingga berani beraninya dia mencoba mencabut nyawanya sendiri yang telah menjadi milik Akram?

Akram tidak akan pernah lengah lagi dan memberi kesempatan bagi perempuan itu untuk melawannya.

Elina adalah mutlak miliknya. Jiwa dan raga. Dan Akram akan menggunakan Elina sesukanya sampai dia bosan dan memutuskan untuk membuang perempuan itu.

Hanya Akram yang berhak menentukan kapan Elina boleh mati.

Ketika Akram sampai di ruangan emergency untuk pasien VIP khusus, seluruh proses penanganan gawat darurat yang dilakukan terhadap Elina telah selesai dilakukan. Perempuan itu sekarang terbaring tenang di atas ranjang putih, berselimut warna yang sama dengan wajah pucat pasi yang hampir serupa dengan ranjang dan selimutnya. Selang infus terpasang di punggung tangannya, dan sepertinya masih membutuhkan beberapa waktu sebelum Elina sadarkan diri.

Elios tampak sedang berbicara dengan dokter dan langsung memberi hormat ketika melihat Akram mendekat. Dokter terbaik rumah sakit ini yang ditugaskan untuk menangani Elina juga melakukan hal yang sama, setengah membungkuk hormat ke arah Akram.

"Bagaimana kondisinya?" Akram mengabaikan penghormatan dari dua orang di depannya, matanya masih tertuju pada Elina yang masih tak sadarkan diri.

Mendengar pertanyaan dari orang paling penting di rumah sakit ini, dokter itu tergesa menjawab.

"Masa kritis pasien sudah terlewati dan saat ini kondisinya telah stabil. Beruntung pasien cepat dibawa kemari. Pendarahan yang terjadi adalah pendarahan arteri, sehingga menyebabkan darah yang terpompa keluar dari luka sayatannya melebihi kecepatan rata-rata, dan pasien kehilangan banyak darah. Beruntung yang terpotong bukanlah arteri utama sehingga ketika pasien tiba di rumah sakit ini, kami masih bisa mencegah shock akibat pendarahan dan melakukan penyelamatan dengan transfusi darah."

Dokter itu memberikan penjelasan teknis dengan suara tenang. Meskipun begitu, kepalanya menunduk, tidak berani menatap ke arah Akram yang berdiri tegap di depannya. Akram tidak bersuara tetapi menguarkan aura mengintimidasi gelap yang menyesakkan dada.

Pasien yang ditangani dokter itu jelas-jelas telah melakukan usaha bunuh diri yang gagal. Meskipun begitu, tidak akan ada satu manusia pun yang berani bertanya kenapa Akram Night muncul di rumah sakit ini pada dini hari sambil membawa perempuan yang terluka itu. Tidak ada pula yang berani memunculkan pertanyaan mengenai siapa perempuan itu dan apa yang menyebabkannya bunuh diri dan kenapa perempuan yang tampak biasa-biasa saja itu bisa terlibat dengan seorang taipan kaya beraura gelap seperti Akram ini. Mereka semua tahu bahwa menghadapi seorang Akram, diam dan tetap merendah adalah jalan terbaik untuk menyelamatkan nyawa.

"Berapa lama lagi sampai dia bisa sadar, pulih dan diizinkan meninggalkan rumah sakit ini?" Akram akhirnya bertanya memecah keheningan, sementara matanya masih menatap ke arah tempat tidur Elina dibaringkan.

"Kami menyuntikkan ke infus pasien obat penenang dan penghilang sakit yang memberikan efek mengantuk, pasien akan tertidur nyenyak sampai beberapa jam ke depan sebelum kemudian sadarkan diri. Sedangkan mengenai waktu pulihnya pasien, belum bisa kami pastikan. Tetapi, kami masih akan memantau kondisi pasien sampai dia benar-benar stabil. Mungkin membutuhkan waktu dua minggu minimal sampai pasien bisa meninggalkan rumah sakit. Tetapi, meskipun pasien dinyatakan bisa meninggalkan rumah sakit, tetap ada perawatan lanjutan yang harus dilakukan."

Akram mengangguk pertanda mengerti. Tangannya bergerak memberi isyarat bahwa dokter itu sudah tidak dibutuhkan dan Akram ingin dokter itu meninggalkan tempat ini. Isyarat itu langsung dimengerti dengan baik oleh dokter malang itu, yang langsung terbirit-birit pergi meninggalkan lokasi setelah mengucapkan permohonan pamit dengan sopan.

Ditinggalkan sendirian dengan Elios, Akram mengalihkan perhatiannya ke wajah Asistennya yang berdiri diam menunggu perintah. Elios sudah menjadi asisten dan tangan kanan Akram sejak sepuluh tahun yang lalu. Lelaki itu efisien, cepat, efektif dan hampir tidak pernah gagal sama sekali dalam menjalankan tugas yang diberikan kepadanya.

Elios telah membantu Akram melakukan pekerjaan, baik yang bersih maupun yang gelap, dengan noda melumuri tangan mereka. Dan satu yang paling penting, Elios adalah anak buah yang sangat loyal kepadanya. Akram tahu bahwa Elios bersedia berkorban nyawa untuknya.

"Berikan penanganan yang terbaik untuk perempuan itu. Dokter terbaik, obat-obatan terbaik dan fasilitas terbaik." Akram memasukkan kedua tangannya ke saku celana. "Perempuan itu harus sembuh dengan cepat."

Elios melirik dengan hati-hati Elina yang masih tak sadarkan diri, lalu memberanikan diri untuk menyuarakan pertanyaan dalam otaknya.

"Apa yang akan rencanakan pada perempuan itu jika dia sembuh nanti?" Tanya Elios dengan nada suara tak kalah hati-hati.

Perempuan-perempuan Akram biasanya diminta pergi menjauh ketika Akram sudah bosan, tetapi mereka sudah tentu tidak pergi dengan tangan kosong. Akram membuang mereka dengan memberikan ganti yang sepadan, kadang mobil mewah, rumah mewah atau perhiasan yang membuat mata perempuan-perempuan itu berbinar ketika melihatnya.

Tetapi, dengan Elina mungkin akan berbeda. Elios tidak tahu apa yang terjadi di dalam ruangan tuannya sebelumnya, hingga Elina berakhir dengan percobaan bunuh diri. Tetapi Elios tahu bahwa apa yang tuannya rencanakan sebelumnya terhadap, Elina tidak berjalan dengan baik malam itu.

Sebenarnya akan lebih baik jika Elina mati, jadi mulutnya akan tertutup rapat selamanya. Tetapi, Akram ternyata bersikeras supaya perempuan itu hidup dan selamat.

Kalau begitu, apa yang harus Elios lakukan untuk mengunci mulut perempuan itu supaya tidak memeras Akram? Apakah harta yang banyak bisa memuaskan perempuan itu? Karena bahkan dengan memiliki perhatian seorang Akram di atas ranjang saja, perempuan itu bukannya mensyukuri malahan memberikan penolakan dengan mencoba membunuh dirinya sendiri.

Akram tidak segera menjawab pertanyaan itu, tampak berpikir sejenak sementara matanya masih mengawasi Elina dengan cermat.

"Villa milikku di Pulau Hijau, perintahkan para pegawai dan pelayan untuk menyiapkan supaya bisa ditinggali dalam dua minggu ke depan," perintah Akram kemudian.

Elios menatap Akram dengan penuh pertanyaan. Dia sama sekali tidak bisa menebak apa yang ada di pikiran Akram sebenarnya.

"Anda berencana tinggal di villa Pulau Hijau?" anyanya mencoba meyakinkan pendengarannya.

Villa di Pulau Hijau adalah salah satu villa dengan fasilitas mewah milik Akram. Yang membuat villa itu istimewa adalah karena villa itu terletak di sebuah pulau mungil yang juga menjadi milik akram. Privasi villa itu sangat terjaga karena untuk mencapai lokasi, harus menggunakan helikopter yang membutuhkan izin khusus untuk mendarat. Pun dengan sekeliling villa yang dikelilingi hutan dan lokasi Pulau Hijau yang berada di tengah lautan, dikelilingi tembok tinggi dan penjagaan ketat bersenjata di sana. Pulau Hijau yang tak berpenghuni memang terletak tak jauh dari daratan dan kepulauan lain yang dihuni oleh masyarakat pada umumnya, tetapi area pulau hijau sangat terlarang, kondisinya yang terisolasi dan tidak bisa sembarang orang bisa menembus perimeter keamanan di sekelilingnya.

Akram biasanya menggunakan villa di pulau itu jika ingin menyendiri dan beristirahat dari hiruk pikuk kota. Lokasi yang terisolasi susah dijangkau, pengamanan ketat dan privasi yang terjaga bahkan membuat pulau itu seperti sebuah penjara yang sangat mewah.