webnovel

The Cupid's Arrow : A Choice of Love

Juara 4 WPC Female Lead #97 Romansa Kantor Cupid adalah seorang dewa cinta dan gairah erotis dalam mitologi klasik Romawi dan dalam mitologi Yunani kuno, yang sering dikenal dengan Dewa Eros. Konon, siapapun yang terkena panah Cupid, maka mereka akan menjadi sepasang kekasih. Cupid membuat banyak orang jatuh cinta, termasuk para dewa yang jatuh cinta kepada yang lainnya, dengan menembakkan anak panah yang dimilikinya. Sebuah pilihan hati. Tidak peduli seberapa lama seseorang bersama, namun jika cinta belum menyapa, maka perasaan berdebar itu tidak akan muncul. Namun jika si cupid telah melepaskan panah asmara nya, siapa yang akan dapat menghindar dan lari dari kejaran cinta yang membara? ***** Dilan, seorang mekanik mesin mobil, harus memilih antara bos wanita pemilik bengkel dimana dirinya bekerja, atau sahabat baiknya yang selalu menemaninya dalam suka dan duka. Memilih diantara ketulusan dan pengkhianatan. Rama, seorang polisi, harus memilih antara wanita ayu yang memiliki kesukaan yang sama dengannya, atau Sinta yang dijodohkan dengannya oleh keluarganya. Sebuah pembunuhan berantai yang membuat semakin pelik urusan hati. Dyra mengalami dilema cinta. Tetap mencintai laki-laki yang sudah menikah atau menerima cinta dari seseorang yang tidak dicintainya. Pilihan mana yang akan diambil? Ikuti kisah mereka dalam : The Cupid's Arrow - A Choice of Love ***** Karya 2miles_dreams : 1. Cinta Angie (Tamat) 2. The Cupid's Arrow : A Choice of Love (On Going) 3. Harem milik suamiku (on going) Jika teman-teman suka dengan karyaku, masukkan dalam rak buku dan terus dukung karyaku dengan memberikan power stone. Review dan kritik saran nya juga ku tunggu. Aku harap karyaku bisa menjadi salah satu novel kesukaan teman-teman. Terima kasih atas dukungannya

2miles_dreams · สมัยใหม่
Not enough ratings
416 Chs

Bab 41 : Wanita cantik (2)

Langkah Anjani terhenti ketika melihat sosok itu di dalam ruangan meeting yang hendak dimasukinya bersama manager personalia. Itu... Laki-laki itu sudah memenuhi hampir separuh galeri foto di ponselnya.

"Nona Anjani, ayo masuk," kata manager personalia itu sambil melambaikan tangan ke arahnya.

"Ah ya," sahut Anjani sambil mengangguk dan mulai melangkah masuk ke dalam ruangan meeting.

Mata Anjani berbinar-binar menatap punggung berjaket kulit itu. Senyumnya terus mengembang dan dadanya berdebar tidak karuan. Ternyata ini waktunya bertemu secara langsung dengan laki-laki yang menghiasi mimpi indahnya. Anjani benar-benar tidak sabar untuk berada dekat dengan pria itu.

"Anda sudah datang, Nona Anjani," sapa pria paruh baya yang merupakan direktur dari hotel yang menjadi klien Anjani, yaitu Hotel Holiday.

"Halo Tuan Michael," sapa Anjani sopan. Anjani juga mengangguk sopan pada dua pria yang duduk di sebelah direktur Hotel Holiday. "Halo semuanya," sapanya pada yang lain. Dan tatapannya berhenti beberapa detik lebih lama pada sosok yang selalu dipikirkannya setiap hari.

"Halo," jawab kedua laki-laki yang duduk di sebelah pemilik Hotel Holiday itu kompak.

Ketika manik mata Anjani bertemu dengan sosok itu, hatinya semakin berdebar. Anjani tersenyum lebar padanya sebelum duduk di seberang sosok itu. Well, mimpi apa dirinya semalam, bisa bertemu bertatapan muka dengan sosok yang biasanya ditemuinya secara virtual di dunia maya.

"Nona Anjani, sebelumnya akan saya perkenalkan pada dua pria di sebelah saya. Mereka adalah Detektif Ethan dan Rama, yang datang kemari dalam rangka untuk menyelidiki lebih dalam tentang kasus pembunuhan yang terjadi di Hotel Holiday ini. Anda tentu sudah mendengar berita yang mengerikan itu kan, Nona Anjani?"

"Tentu Tuan Michael. Aku sudah mendengarnya. Aku turut menyesal bahwa kejadian ini terjadi di hotel anda," ucap Anjani muram. "Halo tuan-tuan."

Direktur hotel mengangguk muram. Kemudian menoleh ke arah tamu prianya. "Detektif Ethan, perkenalkan ini adalah Nona Anjani. Dia adalah software engineer yang kami rekrut beberapa waktu ini. Dan kami puas dengan program yang dikerjakannya untuk Hotel Holiday, sehingga hotel kami bisa berhasil mencapai kualifikasi bintang yang kami harapkan."

"Halo Nona Anjani," sapa Detektif Ethan seraya mengangguk sopan. "Perlu anda ketahui bahwa sebenarnya aku tidak setuju ketika Tuan Michael mengajukan nama anda untuk membantu penyelidikan kami. Anda adalah orang luar dan kami tidak ingin berita ini bocor ke media dan publik."

"Hei Detektif Ethan, jangan berkata yang memojokkan Nona Anjani. Dia sudah bersedia membantu saja, kami sudah sangat berterima kasih," tegur Tuan Michael pelan.

"Aku akan berusaha membantu," kata Anjani sambil mengangguk sebagai ucapan terima kasih pada Tuan Michael karena sudah membantu menjaga nama baiknya.

"Baiklah," sahut ketus pria tinggi besar yang duduk di sebelah Tuan Michael. "Kita bisa mulai sekarang?"

"Silakan."

"Rama, bacakan," perintah atasannya.

Rama mengangguk, mengerti.

"Pada hari Sabtu malam, pukul sembilan belas lebih dua belas menit, korban ditemukan di salah satu kamar di Hotel Holiday, dalam kondisi sudah tidak bernyawa. Kamar sebagai tempat kejadian perkara adalah kamar kosong yang sudah dibersihkan, karena penghuni kamar baru saja keluar siang itu. Kami sudah memeriksa siapa yang bertanggung jawab atas kunci-kunci kamar yang kosong. Hasilnya, kartu kunci kamar TKP tidak pernah keluar dari lemari penyimpanan. Apakah ada duplikat kunci? Manager personalia dan resepsionis juga sudah mengkonfirmasi bahwa kartu kunci duplikat dipegang oleh manager resepsionis dan harus mendapatkan izin darinya untuk menggunakannya."

"Cukup Rama," tegas atasannya seraya melambaikan tangan. Asistennya mengangguk lalu duduk. "Nona Anjani, tolong buka laptop anda, dan buka kamar nomer 265."

"Baiklah," sahut Anjani dengan tangan yang mengetikkan beberapa perintah untuk membuka kamar. Sedangkan yang lainnya memperhatikan tayangan kamera CCTV di layar LCD. Dalam waktu dua detik, lampu deteksi di alat gesek di pintu kamar nomer 265 sudah berubah menjadi hijau.

"Sesuai dugaanku," komentar Detektif Ethan seraya menjentikkan jarinya. "Pelaku membuka kamar dengan mengutak-atik sensor alat gesek itu. Tidak ada kerusakan di pintu kamar."

"Pelakunya orang dalam, karyawan hotel?" tanya Anjani menatap kedua detektif polisi di depannya dengan mata berkedip-kedip, bingung.

"Itu adalah tugas kami untuk menyelidiki," elak Detektif Ethan sambil menatap tajam Anjani. "Tugasmu adalah mencari tahu siapa yang meninggalkan jejak ketika membuka pintu kamar dari jauh."

"Baiklah," sahutnya cepat sambil kembali mengetikkan beberapa perintah di laptopnya. "Kamar nomer 265?"

"Bukan. Tapi kamar nomer 444," sela Detektif Ethan tajam.

Tangan Anjani sempat menggantung di udara, mendengar nomer kamar yang disebutkan polisi. Hanya dua detik, namun hal itu tidak luput dari pengamatan Detektif Ethan dan Rama. Keduanya saling melirik.

"Baiklah. Nomer 444," ucapnya setelah berdehem, untuk melegakan tenggorokannya yang tercekat. "Oke, ini dia."

"Perlihatkan ke layar LCD."

"Baik."

Sejurus kemudian, rincian penggunaan kamar nomer 444 sudah ditampilkan. "Itu waktu yang aku cantumkan selama satu minggu terakhir," jelas Anjani.

"Persempit menjadi tiga hari terakhir."

"Baik."

Data yang digunakan oleh Anjani untuk melihat siapa yang mengakses kamar adalah data dari tamu hotel, bagian kebersihan, dan juga bagian kontrol. Kesemuanya itu membuka pintu kamar nomer 444, menggunakan kartu kunci. Tidak ada orang yang membuka kamar, dengan mengutak-atik kunci dari sistem komputer. Tidak ada jejak. Itulah yang disampaikan Anjani pada dua polisi detektif itu.

"Di hotel ini, siapa yang punya wewenang bisa membuka kamar hotel melalui sistem komputerisasi?"

"Hanya Tuan Michael yang punya otoritas itu," jawab Anjani lugas. "Dan jika anda bertanya mengapa aku bisa mengakses, maka anda bisa bertanya pada Tuan Michael."

"Jangan mencurigainya, Detektif Ethan," sela pemilik Hotel Holiday. "Aku memang memberikan akses full pada Nona Anjani untuk sementara waktu, karena kontrak peremajaan software hotel."

"Baiklah," sahut Detektif Ethan cepat. Kemudian memberi isyarat pada pria di sebelahnya dan Rama, asistennya mengangguk.

"Nona Anjani, mari ikut keluar sebentar," ajak Rama sambil berdiri dan mendekati Anjani yang perlahan juga ikut berdiri. Well, ini pengusiran yang halus.

"Kalau begitu, aku permisi dulu," salam Anjani yang sudah menenteng tas laptopnya.

"Terima kasih untuk bantuannya, Nona Anjani," ucap Tuan Michael.

"Tidak perlu sungkan, Tuan Michael. Mari semuanya."

Blam. Pintu tertutup di belakang punggung Anjani.

"Nona Anjani, apakah anda mau..."

"Halo cupid," sapa Anjani sambil tersenyum manis.

"Hah?!" Rama tersentak kaget mendengar nama itu. Diperhatikannya sekali lagi sosok wanita cantik yang berdiri semakin dekat dengannya.

"Halo cupid," sapanya ulang. "Aku Pluto."

"Hah?!"

"Masih perlu aku jelaskan lagi, siapa aku?" tanyanya seraya memiringkan kepala, memandang Rama yang bengong hingga mulutnya ternganga dan menudingkan jari telunjuknya padanya.

"Itu tidak mungkin," ucap Rama tidak percaya bahwa teman virtual nya selama ini, yang memiliki nama akun 'pluto' ternyata... secantik ini?

Bersambung...