webnovel

Bab 2 Kapal Rusak

Malam sudah semakin larut semuanya pergi ke kamarnya bersiap untuk tidur, jam di rumah menunjukkan jam 10 malam, semuanya pergi ke kamar masing-masing. Suasana rumah itu hening hanya suara detik jam yang dapat terdengar menenangkan.

Tapi tidak untuk Ethan.

Ia tidak dapat tidur karena penasaran dengan hadiah yang disiapkan oleh ayah dan ibunya besok, dia terlalu senang hingga tidak dapat tidur, dia bolak-balik di tempat tidurnya berusaha menemukan posisi yang nyaman untuk dirinya.

Jam sudah menunjukkan jam 11 malam.

Namun rasa penasarannya terlalu besar untuk dipendam dia tidak sabar untuk melihatnya, "Aku tidak bisa menunggu." Gumammnya pelan. Tidak tahan Ethan bangkit dari tempat tidurnya dan mengendap-ngendap seperti seorang pencuri menuju dapur, dia membuka cabinet untuk mencari hadiahnya, membuka lemari dibawah tangga untuk melihat jika hadiahnya berada disana, hingga mencari di tempat yang tidak dapat dicapainya. Tapi seberapa besar usahanya hasilnya nihil, dia tak menemukan sedikitpun keberadaan hadiahnya.

Hanya ada satu tempat yang belum dia telusuri sedari tadi, dia belum mencari di basement. Tapi dia lebih takut dengan basement jadi dia menyerah untuk turun kebawah.

Dia kembali mencari kebawah meja, merangkak kebawahnya untuk mencoba mencari sesuatu.

Tiba-tiba suara lelaki muda terdengar dibelakangnya mengejutkannya, "Kau mencari sesuatu?" Suara yang terlalu tiba-tiba itu membuat jantungnya seperti tersengat oleh listrik, sehingga kepalanya bertabrakan dengan meja kayu yang keras menimbulkan suara benturan yang keras. Benturan itu terlalu keras hingga Ethan dapat merasakan kepalanya terdapat benjolan kecil, dia mengusap kepalanya dan merangkak keluar dari bawah meja. Dia melihat pelaku yang membuat kepalanya benjol, itu adalah Benson dia sedang menatapnya dan melipat tangannya didepan dadanya, "Apa yang kau lakukan disini?" bisiknya tidak ingin membangunkan orang tuanya, "Aku hanya ingin minum. lagipula kau selalu ingin membuka hadiahmu sebelum hari ulang tahunmu, karena itu aku tidak akan terkejut jika kau akan berada disini."

"Aku hanya ingin tahu apa yang mereka dapatkan." suara Ethan terdengar menyedihkan, dia berusaha agar mendapat sedikit simpati. Benson melihatnya memahami maksud suara menyedihkannya dia menyuruhnya mendekat, " Kemari. Aku akan membisikkannya."

Ethan yang terlalu bahagia mendekat kepada kakaknya dan memberikan telinganya, Benson menaru lengannya ke telinganya dan membisikkan, "Aku memberimu boneka perempuan dengan rok pink, kau akan menyukainya." Benson menggodanya sebuah senyuman iseng terpapar di wajahnya.

Darah Ethan naik ke kepalanya membuat wajahnya yang putih memerah dibawah cahaya bulan dia menujuk kakaknya, "Sejak kapan aku suka?!" dia hampir berseru karena marah dan membangunkan orang tuanya.

"Sejak kapan aku suka dengan mainan perempuan?" Tanyanya kesal dan masih berbisik.

Senyuman Benson semakin lebar, "Sejak kau memakai gaun."

"Kau…"

Ethan tidak mau mengingat hari tersebut dimana dia memakai baju perempuan, tapi dia diingatkan kembali oleh pelaku yang membuatnya memakai gaun berwarna pink. Saat itu hari sedang hujan dia sedang bermain di rumah Dimitri, tetapi saat dia sedang berjalan pulang jaraknya belum lebih dari sepuluh meter tiba-tiba hujan deras turun.

Dia segera berlari kembali ke rumah Dimitri basah kuyup, air menetes dari ujung celana dan tangannya seperti pecahan kaca, air mengalir dari wajahnya seperti embun di pagi hari, dan rambutnya menjadi terlihat lebih bersinar seperti sebuah mutiara hitam yang baru diambil dari laut.

Dimitri segera menyuruhnya masuk ke kamarnya dan melepas bajunya, sedangkan dia akan mencarikan baju untuk Ethan. Ethan melepas bajunya dan mengeringkan rambut dan tubuhnya dengan handuk, dia hanya dapat menunggu Dimitri kembali.

Dimitri tidak dapat meminjamkan bajunya karena tubuhnya yang lebih kecil untuk Ethan jadi dia bertanya pada ibunya, "Mama! Apa ada baju untuk Ethan?" ibunya merogoh-rogoh beberapa baju tetapi baju lelaki yang ada hanya ukuran dewasa bukan untuk anak berumur lima tahun, "Tidak ada nak. Tapi jika mau ada sebuah ukuran yang tepat untuknya."

"Benarkah coba aku lihat."

"…"

Melihat baju yang diangkat ibunya Dimitri terdiam, pikirannya terus mengatakan Ethan akan membunuhnya jika dia memberikannya.

Ethan menunggu hanya menggunakan sebuah celana pendek, karena temannya mengambil waktu yang sangat lama dia menjadi sedikit khawatir dia akan pulang telanjang. Tiba-tiba suara ketukan di pintu terdengar menandakan Dimitri sudah menemukan baju untuknya hatinya menjadi lebih tenang, dia membuka pintunya hanya memperlihatkan wajahnya.

"Apa kau sudah menemukannya?" tanyanya penuh harapan. Dengan ragu-ragu Dimitri menjawabnya, "Ya… semacam itu, tapi kau tidak akan suka."

"Tidak apa-apa aku bukan orang yang pemilih soal baju." Jawab Ethan percaya diri dia mengambil baju tersebut dari tangan Dimitri. Dia membuka lipatan tersebut dengan bahagia, tapi apa yang dilihatnya membuatnya terdiam. Dia menyesal dengan perkataannya, sebuah gaun berwarna pink muda dengan jumbai bermotif bunga, dengan jahitan kupu-kupu berwarna-warni, di lehernya terdapat pita berwarna biru cerah yang menghiasi gaun tersebut.

"Aku tidak akan memakai ini." Jawa Ethan mengembalikan baju itu kepada Dimitri.

"Lalu apa kau akan pergi telanjang?" Tanya Dimitri.

"Tidak.."

"Jadi?"

"..."

Sepertinya lelaki itu sudah tidak memiliki banyak pilihan.

Tidak lama Ethan keluar dengan menggunakan gaun tersebut, badannya langsing, dan tinggi membuatnya terlihat seperti gadis berumur sepuluh tahun yang periang jika dia tersenyum, wajahnya putih dan matanya bulat membuatnya terlihat menggemaskan dan cantik. Nyonya Vaughn hanya tersenyum melihat anak tampan tersebut berubah menjadi seorang gadis cantik yang cerah. Dimitri disebelahnya menganga, ekspresi wajahnya menunjukkan keterkejutan melihat teman lelakinya anehnya cocok memakai baju perempuan, sampai dia tidak dapat menutup multnya sendiri.

Saat hujan telah berhenti dia berjalan dengan menggunakan gaun, tatapan orang-orang tertuju padanya, beberapa memujinya karena dia adalah gadis yang cantik, beberapa anak lelaki tersipu melihat kecantikkannya. Bahkan beberapa ibu-ibu disana menunjuknya dan berkata ingin memiliki anak perempuan secantik dirinya.

Di dalam hati Ethan dia bergumam terlalu banyak hingga mulutnya lelah untuk bergerak, jika saja rambutnya lebih pendek dia tidak akan terlihat seperti perempuan.

Saat dia sampai ke rumah ibunya tidak dapat menahan keterkejutannya, kakaknya terus tertawa dan menggodanya hingga hari ini, adiknya merasa senang karena memiliki kakak yang cantik. Sedangkan untuk ayahnya dia sedang meminum kopi hitam dia tersedak saat melihat anak lelaki bungsunya.

".... Kenapa kau memakai itu?" Tanya ayahnya bingung.

"Nyonya Vaughn hanya memiliki baju ini untukku."

"Cepat ganti."

Ingatannya menghianatinya, dia tidak ingin mengingatnya dan sekarang ia mengingat seluruh kejadian itu.

"Sampai kapan kau akan membawa-bawa topik itu?" tanyanya geram.

"Tentu sampai maut memisahan kita." Goda Benson.

Tubuh Ethan sedikit merinding kakaknya seperti menyebutkan janji pernikahan padanya tentu saja dia patut merasa jijik. Ethan kembali fokus ke tujuan utamanya dia harus menemukan hadiahnya, entah bagaimana Benson membaca pikirannya dia berbicara, "Aku sebenarnya tahu dimana hadiahmu." Mendengarnya Ethan bersemangat, "Benarkah! Dimana?" tanpa sadar dia berteriak.

"Ssstttt. Kau ingin ayah dan ibu bangun dan memarahi kita berdua?"

Ethan menutup mulutnya panic, dia terlalu bahagia hingga dia lupa sebelumnya dia sedang mengendap-ngendap Ethan bertanya, "Dimana hadiahku sebentar lagi jam dua belas malam aku akan membukanya saat ulang tahunku kan?" matanya bersinar terang Benson sepertinya dapat melihat bintang di matanya seperti langit malam yang penuh dengan bulan dan bintang.

"Memangnya kau akan mengambilnya jika kau tahu dimana?"

"Tentu saja."

"Yakin?"

"Ya."

Benson membawanya tepat ke depan pintu basement dan membukanya, ruangan yang sangat gelap dapat terlihat di depannya membuat tangga yang menuju kebawa terlihat bagai ditelan oleh kegelapan, saking gelapnya Ethan terus berpikir jika sebuah monster dan hantu yang mengerikan akan datang untuk menangkapnya. Atau mungkin sebuah tangan dari kegelapan akan merayap untuk menangkapnya dan menariknya kedalam kegelapan. Dia tidak mau masuk sendirian jadi dia melihat Benson, "Kak… kau akan menemaniku kan?" air mata palsunya keluar dari ujung matanya.

Benson tersenyum padanya senyuman itu manis, dia menekan saklar lampu tersebut dan kegelapan yang sebelumnya ada hilang, "Karena sebentar lagi ulang tahunmu aku akan menemanimu."

Ethan tersenyum dan air matanya hilang, dia memegangi erat tangan kakaknya dan berjalan menuruni tangga tersebut. Meski ada sebuah lampu untuk menerangi ruangan dingin tersebut tetap saja dia takut, dia melihat debu yang berterbangan di udara seperti kepingan salju. Beberapa imajinasinya dapat bekerja terlalu lancar membuatnya ketakutan, dia hanya memiliki kakaknya yang disebelahnya untuk menjaganya. Saat mereka sdah berada di ujung tangga Benson menyalakan saklar yang menyalakan lampu di bawah, menunjukkan barang yang sudah tidak dipakai dan beberapa barang lama, Benson berjalan merogoh-rogoh beberapa kotak yang ada dan menaruhnya disebelahnya membuka bungkusnya perlahan-lahan tanpa merusaknya.

Lelaki yang berulang tahun itu tidak sabar dengan apa yang didapatnya, kemudian Benson berbalik dan menunjukkan sebuah kapal kayu sebesar lengannya dia ingin segera memegang kapal tersebut tetapi Benson menariknya, "Kau sudah melihatnya kan? Tapi kau tidak boleh memegangnya."

"Kakak." Ethan memanggilnya dengan sedih berharap dapat meluluhkan hatinya, "Itu tidak akan berhasil anak muda. Aku sudah hidup denganmu delapan tahun trik ini tidak akan berhasil."

Jawaban dari Benson membuat Ethan sedih, tetapi dia memaksa untuk menyentuhnya, "Ayolah hanya sebentar." Benson meregangkan tangannya menjauhkan kapal tersebut, "Tidak." Jawabnya singkat.

"Ayolah, hanya sebentar." Pinta Ethan, tetapi kakaknya terus mengatakan tidak padanya dan terus menjauhkannya.

Setelah beberapa saat dia menjadi lebih tidak sabar dan melompat-lompat untuk mengambilnya, hanya saja Benson tiga tahun lebih tua darinya sehingga dia lebih tinggi dari dirinya. Dia terus melompat dan mencoba untuk mengambil hadiahnya. Itu hadiahnya kenapa dia tidak boleh memilikinya?

"Sudah cukup kau dapat memegangnya esok, jika kau seperti ini bisa-bisa kau me…" tangan Benson terpukul saat itu juga oleh Ethan yang mencoba mengambil kapal tersebut, cengkramannya tidak begitu kuat saat itu sehingga mainan tersebut terjatuh dari tangannya.

Momen tersebut terasa lambat untuk keduanya, Benson cepat-cepat untuk mengambilnya sebelum kapal tersebut membentur ke lantai. Tapi hal itu sia-siap seperti memasukkan garam ke tempat yang berlubang, kapal itu terjatuh dan hancur. Kapal itu patah dan berserakkan dimana-mana.

Kedua saudara lelaki itu melihat kapal yang rusak, keduanya terdiam begitu lama. Benson yang pertama angkat suara, "Ma-maafkan aku." Sedangkan Ethan tidak berkata apapun dan hanya melihat hadiahnya yang rusak, matanya mulai berair dan hidungnya mulai tersumbat.

Benson menenangkannya, "Jangan menangis."

"HUAAAAAAAAA KAPALKU KAPALKU HUAAAAAA."

Tangisan tersebut terlalu keras dan dapat terdengar di seluruh rumah, tetapi karena mereka berada di bawah tanah sehingga suara tagisan itu sedikit terendam. Benson mencoba untuk memeluknya hanya untuk didorong oleh Ethan, "Aku membencimu! Kau kakak terburuk! Kenapa kau harus menjadi kakakku?!" Ethan berjalan dengan marah ingin keluar dari basement, tetapi tangannya ditahan oleh Benson, "LEPASKAN AKU!!!" Ethan berteriak sambil menangis, "Tenanglah dulu baru kita keluar."

Beberapa saat kemudian Ethan mulai merasa lebih tenang, meski nafasnya masih tidak benar. Dia tidak ingin melihat Benson, Benson merasa bersalah pada Ethan, "Aku akan meminta ayah dan ibu menggantinya besok jadi tolong jangan marah."

"…"