Seorang remaja pria bermuka seram segera menuju meja kasir setelah membawa sekeranjang makanan.
Kasir itu menatap seram pada pelanggan nya tersebut. Sudah beberapa hari pelanggan itu datang dan membeli setumpuk makanan setelah itu akan kembali setelah beberapa minggu.
Tak
Tak
Glek, kasir itu menatap dengan mata seram kepada pria itu. Terlihat pria itu seperti preman pasaran.
"Hoi tuli, nih hitung cepat!!" teriak pria segera meletakkan tempat belanjaannya dengan keras di atas meja kasir.
Pria itu menekukkan alisnya ketika kasir itu masih tertunduk karena ketakutan.
"Hoi brengsek, bisa cepat gak. Sialan!!" seru pria itu dengan kasarnya. Kasir itu gelagapan dan dengan cepat menyelesaikan pekerjaan nya.
_
_
Bakugo kembali ke rumahnya yang besar namun sangat sepi itu. Dia membuka pintu dan segera meletakan makanannya di kulkas.
Setelah itu dengan malas pergi ke kamarnya. Disana masih bersih, bakugo duduk dengan malas.
Entah kenapa membosankan, padahal sejak sekolah bersama deku dulu asyik sekali.
Bakugo memukul bantalnya beberapa kali, ia marah sekali kenapa ia masih harus memikirkan deku padahal ia sudah mengambil keputusan.
Bakugo menghela nafasnya yang tergesa gesa.."SIALAN!!!"
_
_
_
Ting Tong
Bakugo membuka pintu dengan malas, dan matanya kembali menipis jengkel ketika lagi lagi melihat todoroki ada di depan pintunya.
"Ada apa sih!!" tanya bakugo dengan risih. Beberapa hari yang lalu ia selalu datang kemari merepotkan.
Todoroki Hanya menatap dengan wajah datar, .."Aku mau membicarakan sesuatu yang penting"
"Hah, banyak omong kosong. Pergi kau!!" usir bakugo hendak merapatkan pintu. Tetapi Todoroki dengan cepat menahan pintu dengan kakinya.
"Tentang deku.."
Deg
Bakugo langsung membeku. Kemudian dengan mata masih melirik kesal membuka pintu.
"Masuk"
_
_
Todoroki duduk di hadapan bakugo, bakugo masih saja dalam masalahnya.
"Jadi apa hah??" tanya bakugo tanpa banyak basa basi. Lihatlah tingkahnya yang sangat kurang ajar.
"Sebentar lagi deku akan operasi"
"Si..sialan itu operasi?, betul betul lemah. Tinggal menunggu mati saja!!" seru bakugo bernada sadis.
Todoroki menatap datar pada bakugo, bakugo sebenarnya mengkhawatirkan deku. Sangat khawatir..
"Besok dia akan operasi di sana, aku dan Lida akan ada disana. Pukul 4 sore..." seru todoroki lengkap.
Bakugo merasa terdiam . Berkecamuknya dalam hatinya apakah ia harus mengunjungi deku atau tidak?
_
_
Tetapi bakugo lebih meninggikan egonya kemudian segera bertingkah seolah tidak peduli.
"Siapa yang peduli, Biarkan saja kalian saja yang menemani" seru bakugo mengalihkan tatapannya.
Deg
Dada bakugo bergetar cepat, ia ingin tau bagaimana keadaan deku. Tetapi rasa ego kembali meruntuhkan nya.
Bakugo berusaha menetralkan dirinya yang mulai bergetar seirama dengan jantungnya.
Dia harus tampak tidak peduli, karena sekarang ia membenci deku. Ia harus membuat deku membenci "Dirinya"
_
_
"Kau benar benar tidak peduli pada deku, kasihan dia penyakitnya tambah Parah loh" seru todoroki tanpa mengubah ekspresi dinginnya.
"Nggak peduli tuh!!, emang kenapa kalau tambah Parah. Memang dasarnya badan lemah!!" seru bakugo lagi.
"Apa kau benar benar membenci deku?"
"Sangat benci, dia sekarang pasti membenci diriku kan. Hah menyebalkan, syukurlah dia kan bisa lekas mati!!" seru bakugo dengan nada sedikit rendah.
Bakugo menutup matanya berusaha membuat matanya tidak berkaca kaca, karena merendahkan deku tadi.
"Kau tidak peduli padanya?, " todoroki terus saja menanyakan pertanyaan itu. Membuat bakugo naik pitam dan menarik kerah todoroki lantas memukul pipinya.
Buk
Buk
Todoroki tetap saja tidak merubah ekspresi wajahnya yang entah kenapa permanen diwajahnya.
Selalu saja seperti ini..
_
_
"Aku benar benar membenci sosok lemah itu. Lagipula aku benar benar tidak peduli padanya. Berhenti datang ke rumahku dan berkata tentangnya!!"
Todoroki menatap datar kearahku. Kedua matanya tidak bergeming Menatapku seolah terbiasa.
Hanya satu kata yang terucap dari bibirnya yang bahkan jarang berucap.
"Baiklah.."
BRAK , bakugo melepas dengan kasar todoroki. Todoroki bahkan tidak mengerang kesakitan. Ia hanya mengelus pipi yang dipukul.
Lalu berdiri dan bersiap pergi .
Bakugo berdiri dengan egonya, entah kenapa ia tidak bisa merasa lebih rendah dari lainnya.
Ia merasa bersalah dan aneh saat menyebut tadi. Bahwa ia membenci deku, ..bahwa ia tidak peduli padanya..
Itu salah.., itu salah.., tetapi entah kenapa perkataan dan tubuhku bergerak sebaliknya.
Bakugo menyangkal , dengan melukai Deku, tidak bertemu dengannya dan mengatakan hal kasar pada deku.
Egonya terlalu tinggi..untuk menyangkal bahwa ia mengkhawatirkan deku..
_
_