webnovel

Diversion

Theodor mengajak Ben pergi ke kamar yang ada di lantai atas untuk bermain mobil-mobilan.

"Kak Ben mau ke mana? Eva mau ikut main," kata Eva memanyunkan bibirnya sambil membawa boneka gajah.

"Cucu aku kok bibirnya monyong?" tanya Rebecca.

"Eva mau main mobil-mobilan juga," jawab Eva sambil memeluk Rebecca.

"Kak Evan mana?" tanya Rebecca.

"Eva, kamu lagi main petak umpet kok lari ke sini?" tanya Vivian.

"Ma, aku bosan main petak umpet mulu. Kak Evan yang menang terus," jawab Eva sambil menyilangkan tangan.

"Kok kamu begitu? Kamu tidak boleh seperti itu sama mama kamu," kata Rebecca.

Eva terus merengek pada Rebecca agar boleh bermain mobil-mobilan dengan Theodor dan Ben. Dia tidak suka melihat Vivian yang terus saja membuat Evan menang saat mereka main petak umpet.

"Ada apa ini?" tanya Rafael.

"Papa, Ben cuma mau main mobil-mobilan sama paman," jawab Ben.

"Tidak apa-apa, Rafael. Namanya juga anak-anak," kata Sienna.

"Iya, Ma," balas Rafael.

"Eva, kamu main bareng saja sama mereka. Tidak ada yang perlu diributkan," kata Rebecca.

"Oke, Nenek," balas Eva.

Eva berlari ke arah Theodor diikuti oleh Evan juga.

"Vivian dan Aleysa mana?" tanya Sienna.

"Lagi di taman. Mereka lagi ngobrol," jawab Rafael.

"Mama kira tadi lagi apa, soalnya mendadak pergi," kata Sienna.

"Ma, aku mau minta mereka masuk ke dalam aja," balas Rafael.

"Rafael, Maxime belum balik dari kantor?" tanya Rebecca.

"Belum, Ma," jawab Rafael.

"Iya dia pekerja keras seperti Alder," balas Kaila geleng-geleng kepala.

"Itu dulu. Sekarang Alder sudah mulai tidak terlalu sibuk semenjak sama Chelsea," kata Sienna.

"Iya, Ma. Dia lagi jatuh cinta banget sama Chelsea, calon mantu kita," balas Kaila sambil tertawa.

"Kayak aku dong, jatuh cinta banget sama istriku," kata Theodor memeluk istrinya.

"Iya kamu mencintai aku seperti orang gila. Semoga aja hubungan putra kita dan pacarnya tidak rumit kayak kita," balas Kaila.

Sienna meminta Kaila agar berdoa yang bagus saja untuk Alder membuat semua orang tertawa terbahak-bahak.

***

Delapan jam telah berlalu, pesawat yang ditumpangi Alder dan Chelsea akhirnya tiba di bandara. Mereka masih di dalam pesawat untuk bersiap turun.

"Akhirnya sampai juga. Aku susah tidur aku kalau di pesawat," kata Chelsea sambil bergelayut pada Alder.

"Iya nanti sampai rumahku kita istirahat," balas Alder sambil membelai lembut rambut kekasihnya.

"Aku pasti diajak main sama sepupu kamu saat kita sudah sampai rumah kamu," kata Chelsea.

"Aku tidak apa-apa kalau kamu tidak mau bermain sama mereka. Aku tidak mau kamu lelah," balas Alder sambil menuruni tangga pesawat.

Mereka langsung berjalan menuju lobi diikuti para pengawal.

"Enggak dong. Aku justru jadi semangat lagi kalau lihat anak kecil," kata Chelsea.

"Iya aku tahu, tapi kamu kalau lelah harus istirahat," balas Alder.

"Siap," kata Chelsea.

Alder bersama Chelsea masuk ke dalam mobil setelah sopir membukakan pintu. Dia menggenggam tangan Chelsea dan mengecupnya saat mobil berjalan meninggalkan bandara.

"Tuan, selamat datang," kata Toni.

"Iya, terima kasih," balas Alder.

"Alder, aku baru ingat besok aku ada acara di butik buat para pegawaiku karena mereka berhasil memukau para tamu dengan karya kita waktu itu di Paris," kata Chelsea.

"Harus besok banget? Memang kamu sudah pengumuman?" tanya Alder menatap bola mata Chelsea.

"Tidak janjian sih. Lagi ingin besok aja," jawab Chelsea.

Edgar meminta Chelsea agar besok tidak melakukan apa pun. Dia tidak mau kekasihnya sakit lagi hanya karena memaksakan diri saat kondisi tubuh masih lelah.

"Alder, kamu tenang saja. Aku janji tidak akan sakit lagi seperti waktu itu," kata Chelsea.

"Aku tidak bisa tenang kalau kamu bandel," kata Alder.

Iya aku tidak bandel. Kamu sangat menggemaskan deh kalau protektif begini," balas Chelsea sambil mencubit kedua pipi Alder.

Alder tersenyum saat menatap Chelsea, dia sangat terpesona dengan senyum manis Chelsea. Dia tidak akan pernah berbagi atau merelakan kekasihnya meninggalkan dia.

"Sayang, aku sangat mencintai kamu," kata Alder.

Alder menahan kedua tangan Chelsea yang masih mencintainya. Dia menggenggam kedua tangan Chelsea dengan erat.

"Sayang, aku juga sangat mencintai kamu. Kamu adalah kebahagiaan aku. Jangan lupa kita akan ukir nama kita berdua di undangan dan di hati masing-masing," balas Chelsea.

Alder membawa Chelsea ke dalam pelukannya lalu mengecup kening perempuan itu.

"Aku berjanji akan selalu mengukir nama kamu di hatiku," kata Alder.

"Kamu manis banget sih. Aku berasa orang lain hanya mengontrak di sini," kata Chelsea terkekeh.

"Iya anggap aja mereka mengontrak," balas Alder terkikik.

Mereka saling tertawa bersama dan bercerita tentang berbagai hal.

***

Paola bersama Jayden yang baru saja keluar dari pesawat menunggu bagasi mereka.

"Nona, saya dan tim penata rias lain langsung ke hotel?" tanya Ben centil.

"Iya kalian duluan saja. Aku mau pergi sama Jayden dulu," jawab Paola dengan wajah datar.

"Baik, Nona," balas Ben.

Jayden mengambilkan koper mereka dibantu petugas bandaran. Dia lalu berjalan menuju lobi bandara.

"Mobil sudah disuruh jemput?" tanya Paola.

"Sudah, Paola," jawab Jayden.

Baru saja Paola menapakkan kaki sudah banyak wartawan dan penggemarnya yang berteriak heboh. Paola Memasang senyum lebar pada semua orang yang di sana dan menyapa mereka. Paola melewati mereka semua diikuti para pengawal.

"Pak, kita ke rumah saya langsung," kata Jayden.

"Baik, Tuan," balas Andri supirnya.

Paola meminta pada Jayden untuk diantarkan ke hotel saja, tapi pria itu tetap kekeh ingin Paola istirahat di rumahnya.

"Terserah kamu deh mau ke mana," kata Paola. Dia malas berdebat.

Suara dering ponsel Paola mendadak berbunyi. Dia melihat siapa yang menelepon mengepalkan tangannya, tapi tetap dia angkat.

"Paola, kamu katanya pulang hari ini," kata Jiyah.

"Ma, aku sekarang lagi di New York," balas Paola.

"Kamu tidak ke Cina?" tanya Jiyah.

"Aku tidak perlu ke sana lagi, aku sudah bisa cari uang sendiri," jawab Paola kesal.

Mama minta uang sedikit dong kalau kamu bisa cari uang sendiri. Mama sekarang susah dapat jatah karena kakek kamu semenjak sama istri mudanya cuma kasih sedikit saja," kata Jiyah.

"Nanti aku akan kirim uang, aku kabarin," balas Paola.

"Oke, terima kasih. Paola, kamu tolong promosikan adik kamu jadi model juga dong daripada dia sibuk sama komputer di rumah," kata Jiyah.

Paola menghelakan napas kasar. Dia meminta mamanya agar membiarkan adik dia melakukan sesuai kemauannya saja.

"Bilang aja kamu tidak mau bantuin adik kamu," kata Jiyah kesal.

"Ma, aku malas berdebat," balas Paola.

"Kamu ini anak tidak tahu diuntung. Kamu sama kayak papa kandung kamu itu, tidak berguna!" teriak Jiyah.

Paola langsung mematikan ponsel itu saat Jiyah terus saja menghujatnya.

"Iya aku memang anak yang tidak diharapkan," gumam Paola.

Paola termenung. Dia butuh pengalihan saat ini.

"Paola, siapa yang menelepon?" tanya Jayden.

"Bukan urusan kamu," jawab Paola.