webnovel

Dangerous Woman

Seorang perempuan masih tertidur pulas di ranjang tanpa peduli dengan cahaya matahari yang mulai masuk melalui sela-sela jendela. Alarm jam sudah berbunyi beberapa kali hingga dia sadar kalau dia ada penerbangan hari ini.

"Kamu kok bisa masuk? Ini sudah jam berapa?" tanya Paola Panik.

"Paola tenang. Kita akan pergi setelah kamu sarapan," jawab Jayden.

"Apa kita tidak akan telat? Kamu gila tidak bangunin aku, rugi nih kalau sampai beli tiket lagi," kata Paola.

"Tidak akan telat," balas Jayden.

Paola mendudukkan dirinya di tepi ranjang. Dia tiba-tiba teringat dengan misi yang ingin dia capai.

"Kamu sudah lihat belum kamar orang-orang itu?" tanya Paola.

"Entahlah," balas Jayden.

"Jayden, aku tuh tanya kamu soalnya kamu tahu tujuan kita apa," kata Paola kesal

"Paola, lebih baik kamu mandi, terus sarapan lalu kita baru pergi," balas Jayden.

"Koper aku aja belum siap," kata Paola.

"Kata siapa belum siap? Koper kamu tuh sudah aku beresin," balas Jayden.

Mata Paola menatap ke arah koper yang sudah terbungkus rapi.

"Wow, perhatian banget sih!" teriak Paola.

"Aku manajer kamu. jadi aku akan mempersiapkan segalanya," balas Jayden.

"Oke," kata Paola.

Paola masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri, sedangkan Jayden geleng-geleng kepala menatap Paola yang selalu terlihat malas saat menanggapinya.

***

Paola yang berada di kamar mandi mengguyur tubuhnya. Dia membuka mata di bawah pancuran air.

"Aku harus membalas semua rasa sakit hatiku," kata Paola sambil meraba bekas luka di perutnya yang membuat dia mengingat masa-masa suramnya.

Paola mengambil handuk setelah selesai membersihkan diri. Dia mengeringkan rambut dan tubuhnya.

"Paola, kamu sedang apa? Nanti kita ketinggalan pesawat," kata Jayden sambil mengetok pintu.

"Iya sebentar lagi, sabar," balas Paola.

Jayden yang berada di luar kamar mandi menyuruh beberapa pengawal untuk berjaga dan membawa koper milik dia dan Paola. Dia menunggu Paola sampai dia mengantuk.

"Dia lama sekali," gumam Jayden.

"Hei, ayo berangkat!" teriak Paola membuat Jayden terjatuh.

"Yaelah pakai jatuh segala," kata Paola.

"Tolongin dong," pinta Jayden mengulurkan tangannya.

"Iya. Kamu suruh aku buru-buru, tapi sekarang kamu yang bikin lama," kata Paola menyambut uluran tangan Jayden.

Jayden menarik tangan Paola hingga perempuan itu terduduk di atas pangkuannya.

"Kena kamu," kata Jayden.

"Jayden, apaan sih kamu?" tanya Paola sambil berdiri dari pangkuan Jayden.

"Paola jangan marah dong, masa begitu aja marah," kata Jayden.

"Aku tidak suka," balas Paola.

"Barang-barang kita sudah dibawa ke mobil oleh pengawal, kamu mau sarapan dulu atau kita berangkat sekarang?" kata Jayden.

"Kita lebih baik sarapan di pesawat saja daripada ketinggalan," balas Paola.

Jayden merangkul Paola. Mereka keluar dari kamar hotel lalu berjalan menuju parkiran mobil diikuti para pengawal. Semua orang yang lalu-lalang di hotel terpanah melihat Paola berada di hadapan mereka, bahkan ada beberapa orang minta foto dan tanda tangannya.

"Paola!" teriak seseorang membuat Paola berhenti melangkah ke dalam mobil.

Paola menengok pada orang yang memanggilnya sambil melambaikan tangan.

"Hai," kata Paola.

"Paola, kamu mau ke mana?" tanya perempuan itu.

"Aku mau ada pemotretan di kota lain," jawab Paola.

"Chelsea, kamu ini jangan lari begitu," tegur Alder.

"Sayang, maaf. Aku takut nanti tidak ketemu Paola," kata Chelsea.

"Sayang, kita nanti pasti ketemu dia lagi. Dia itu brand ambassador pakaian kamu," balas Alder.

"Iya, aku cuma mau ketemu aja kok. Nanti kita harus ketemu lagi, kamu mau ke kota mana?" tanya Chelsea.

"Mau ke New York, ada fashion show sama pemotretan di sana juga," jawab Paola.

"Oke. Hati-hati di jalan," kata Chelsea.

"Iya terima kasih," balas Paola sambil masuk ke dalam mobil bersama Jayden.

Alder menatap kekasihnya yang begitu bahagia ikut bahagia. Dia menatap ke mobil Paola saat melihat perempuan itu membuka jendela dan melambaikan tangan.

"Apa hanya perasaanku saja kalau Paola menatap aku dengan tatapan aneh?" gumam Alder.

"Alder kok melamun?" tanya Chelsea menjentikkan jarinya di wajah Alder.

"Sayang, maaf kita harus berangkat juga hari ini. Mama dan papaku menunggu kita," jawab Alder.

"Iya, paling mau membahas pertunangan kita," balas Chelsea.

"Iya itu juga. Itu mobil kita sudah siap," kata Alder.

"Barang-barang kita sudah semua?" tanya Chelsea.

"Sudah," jawab Alder menoel hidung kekasihnya.

"Alder, aku cuma tanya aja," kata Chelsea sambil bergelayut pada lengan kekasihnya.

"Iya aku tahu. Aku gemas sama kamu, jadi tidak sabar untuk menikahi kamu," balas Alder tersenyum lebar.

"Apakah ini tidak terlalu cepat?" tanya Chelsea sambil berjalan bersama Alder menuju mobil.

"Sayang, tidak ada yang terlalu cepat. Kita akan menikah tidak lama setelah pertunangan," jawab Alder penuh semangat.

"Iya aku ikut aja apa yang kamu mau," balas Chelsea.

Mereka langsung disambut Harry yang membukakan pintu saat sudah sampai di depan mobil.

"Harry, terima kasih," kata Alder.

Alder dan Chelsea masuk ke dalam mobil. Tidak lama mobil itu melaju dengan kecepatan sedang menuju banda. Mereka berniat untuk kembali bertemu keluarga mereka.

"Kamu senang tidak di Paris?" tanya Alder sambil memeluk Chelsea yang bersandar padanya.

"Senang banget, apalagi ada kamu. Aku tidsk tahu bisa berjalan lancar atau tidak fashion show aku kalau tidak ada kamu," jawab Chelsea.

"Sayang, pasti akan tetap berjalan lancar. Apa pun yang terjadi kamu harus yakin sama kemampuan kamu," kata Alder lembut.

"Iya apa pun yang terjadi nanti aku juga akan selalu bersama kamu," balas Chelsea.

"Janji?" tanya Alder mengecup punggung tangan kekasihnya.

"Iya janji. Terima kasih banyak untuk kejutan kemarin, aku sangat senang," jawab Chelsea.

"Iya sama-sama. Sudah kewajiban aku untuk membahagiakan kamu," kata Alder.

Mereka menikmati perjalanan dengan santai dan raut wajah bahagia.

"Tuan, nanti kita langsung pulang ke rumah orang tua Tuan?" tanya Harry.

"Iya, Harry. Mereka sudah menunggu kami sama keluarga besar juga," jawab Alder.

"Semuanya datang?" tanya Chelsea.

"Mama aku sih bilang iya. Mereka mau menginap di rumah," jawab Alder.

"Kamar rumah kamu jadi penuh dong? Adik dari mama dan papa kamu pasti sudah punya anak," kata Chelsea.

"Tidak masalah, anaknya juga sudah bisa jalan kok. Mereka sudah besar," balas Alder.

"Iya ponakan mama dan papa kamu menggemaskan dan lucu. Aku tidak sabar bertemu mereka," kata Chelsea.

"Nanti kita juga akan punya anak yang lucu," balas Alder.

"Tentu saja. Pangeran berkuda aku harus sabar," kata Chelsea.

"Aku pangeran bermobil, bukan berkuda," balas Alder sambil tertawa.

Satu jam sudah berlalu, mereka akhirnya sampai di bandara. Mereka turun dari mobil lalu berjalan menuju ruang VIP, sedangkan para pengawal mengambil barang mereka untuk ditaruh di bagasi pesawat.

"Akhirnya sampai juga," kata Chelsea.

Tepat di samping mereka duduk ada wartawan menyorot seorang perempuan yang baru saja turun dari mobil. Perempuan itu memakai dress hitam yang memiliki belahan di sepanjang pahanya.

"Itu idola kamu baru turun dari mobil," kata Alder.

"Iya dia sangat terkenal. Dia pasti diikuti para wartawan ke mana pun dia pergi," balas Chelsea.

"Iya. Sekarang kita jalan aja ke pesawat kita biar cepat sampai," kata Alder.

Paola di seberang sana menatap ke arah Alder yang melihatnya juga. Dia tersenyum miring saat menatap kedua insan itu.