webnovel

The Adventure of Detective Karl

DISCLAIMER: NOVEL INI DITULIS OLEH LerakCliffheat yang dipublish di kaskus. Link: The Adventure of Detective Karl (TADK) https://kask.us/hJ77x#ForumKaskus via @KASKUS ------------------------------------------------------------------------ SYNOPSIS: Karl Miller dan Herman Surya merupakan detektif SMA biasa yang memecahkan beberapa kasus anomali di Jakarta. Namun, tak disangka, satu kasus membuat mereka terjerumus ke masalah yang besar. Karl bertemu dengan pencuri yang memiliki martabat tinggi, serta organisasi kriminal internasional. Dibantu oleh Inspektur Susilo, Mampukah Karl menangkap mereka?

Panon_ · สมจริง
เรตติ้งไม่พอ
33 Chs

File Case 10: Hot Chocolate (Part Three) - Tamu tak Diundang

"Benar. Yang membuat mereka tidak bisa berbuat banyak adalah, Mr. S menyimpan data dari setiap anggota parlemen dan orang penting di negeri ini. Dia bisa saja mengancam keluarga mereka atau bahkan membunuhnya karena dia punya SCARLET. Selain itu, dia menyimpan aib dari setiap orang-orang ini. Sedikit saja menggerakan jari untuk perlawanan, maka dia akan membuka aib mereka di media yang dia miliki. Jika dia tidak mempunyai aib mereka, dia akan memburu keluarganya. Ini tipikal orang yang senang menyiksa lawannya." Kata Karl sambil mengepalkan tangannya dan menajamkan pandangannya. Karl lalu melanjutkan. "Dia ini… Tidak lebih dari seekor monster. Sudah 15 negara bertekuk lutut di hadapannya dengan cara seperti itu. Termasuk Singapore, Jerman dan Australia. Selalu punya sepuluh ribu langkah kedepan. Itu motonya. Dia bukan lagi manusia. Dia monster jenius."

Aku merinding mendengarkan penjelasan Karl. Ini seriusan? Lawan kita selanjutnya adalah orang yang sangat kuat. Bukan secara fisik, tapi secara kekuasaan.

"Bagaimana dengan sisanya?" Tanya Danny.

"Pertanyaan bagus. Mereka bukan apa-apa. Alfonso adalah orang yang tidak pintar. Dia hanya pengikut setia dan seorang pengusaha. Namun dia tau apa yang harus di lakukan. Erina? Dia hanya perempuan dingin yang tergila-gila pada Levi. Sedangkan Levi sendiri, dia akan membantu kita."

"Eh. Kok bisa? Maksud gue, kok dia mau bantu kita?" Tanyaku heran.

"Oh Herman. Dia itu orang baik. Hanya saja keadaan yang membuatnya bergabung dengan SCARLET. Lagi pula, sebentar lagi dia bersedia menemui kita."

"Secepat itu?"

"Sangat cepat. Gue bergerak lima langkah di depan dari kalian. Persiapkan diri kalian. Kita akan bertemu dengan dia di suatu tempat."

"Lalu Albert?"

"Biarkan aku yang menjaganya. Pergilah Karl, Herman." Kata Danny.

"Cih. Aku masih tidak percaya padamu. Tapi tolong jaga dia, Danny." Kata Karl.

Kami lalu pergi menggunakan taksi. Namun sepanjang perjalanan, aku terus bertanya dalam hati. Kenapa harus taksi? Kenapa bukan mobil? Terus, kenapa Karl tidak memberitahu setiap orang kalau dia masih hidup? Semua pertanyaan itu ada di dalam benakku, tanpa sadar, Karl memperhatikan wajahku yang penuh dengan banyak pertanyaan.

"Kenapa Man?" Tanya Karl

"Kenapa harus taksi Karl? Mobil lo kan gue bawa tuh." Tanyaku heran.

"Gue dalam penyamaran. Kalau SCARLET dan Mr.S. sadar gue ada di deket lo, bisa gawat nantinya. Dia gak hanya ngincer gue. Dia ngincer lo, Rin, temen-temen kita, Cleo dan bahkan orang tua gue."

"Ohh. Gitu. Sekarang kita mau kemana?"

"Sebuah café kecil. Nanti lo juga bakalan tau kok."

30 menit kemudian, kami tiba di sebuah café kecil di daerah Jakarta. Aku kurang tau daerah ini. Café itu sendiri cukup unik. Bangunannya terdiri dari dua lantai. Sedangkan gaya café itu sendiri lebih mengarah ke vintage. Seperti café jaman dulu.

"Disini Karl? Yakin?"

"Iya disini. Memang mau dimana lagi? Ayo masuk."

Kami lalu masuk ke dalam café tersebut. Karl berbicara kepada pelayan café, lalu si pelayan mengantarkan kami ke sebuah meja di dekat jendela lantai 2. Tapi ini aneh, tidak ada Levi maupun orang-orang yang kupikir berhubungan dengan SCARLET di sini.

"Karl. Mana Levi?"

"Tunggu sebentar lagi. Itu dia. Lihat dari jendela."

Karl menunjuk seseorang yang berpakaian layaknya seorang pebisnis. Dia berjalan terburu-buru ke arah café. Lalu dia masuk ke dalam café. Tidak lama kemudian, seorang pelayan naik ke atas bersama pria tadi.

"Halo Karl Miller. Maaf membuat anda menunggu lama. Halo juga, Herman" Kata pria tersebut.

"Tidak apa-apa, Levi. Pelayan, tolong tutup sementara café ini. Ada urusan penting."

"Baik tuan" Sahut sang pelayan.

Karl mempersilahkan Levi duduk. Lalu Karl mulai membuka pembicaraan serius dengan Levi.

"Levi. Dengarkan. Nyawa anda dalam bahaya."

"Iya saya tau akan hal itu...."

"Tidak. Bukan itu maksudku. Coba intip ke luar jendela. Ada 5 orang di depan sana yang gerak-geriknya mencurigakan. Anda tidak membawa bodyguard kan? Saya bisa pastikan. Mereka adalah anggota SCARLET. Anda hanya punya waktu 30 menit untuk menjelaskan kepada saya tentang SCARLET. Kemudian kita akan kabur dari tempat ini" Kata Karl serius.

"Baik baik. Saya mengerti. Begini. SCARLET merupakan organisasi yang berdiri tahun 2007. Yang pertama menemukannya adalah Mr.S. Dia pertama-tama merekrut Cloudy, Saya, Alfonso. Sisanya dia rekrut satu tahun kemudian. Awalnya organisasi kami hanya berjalan untuk urusan bisnis gelap, narkoba, perdagangan gelap dan hal illegal lainnya. Tapi tahun 2010, kami mengalami masalah besar. Tiba-tiba mr.S menghilang entah kemana membuat organisasi kami sempat kacau. Tapi organisasi di pegang oleh Cloudy kemudian. Dia yang berambisi membuat SCARLET menjadi organisasi besar dan kejam. Setelah mengumpulkan banyak uang dan merajai pasar gelap di seluruh penjuru dunia, Cloudy mulai mencoba mengendalikan sebuah negara. Dan negara pertama yang kami kendalikan adalah Amerika. Sangat mudah untuk mengendalikan negara tersebut. Lalu dari sana, kami mulai mengendalikan negara-negara di asia dan eropa. Bahkan saat ini, jika anda tidak menghalangi langkah SCARLET dan membunuh Cloudy, Afrika dan setengah Asia sudah berada di tangan kami."

Penjelasan Levi cukup membuat aku tercengang.

"Tunggu. 2010? Menghilang? Lalu kapan Mr.S. muncul kembali?" Tanya Karl.

"Awal 2012. Dia datang dengan segudang kekuatan baru. Baik itu dari media, militer, penjahat, pembunuh bayaran dan banyak hal lainnya."

"Kau tau siapa dia? Mr.S?"

"Tidak. Dia tidak pernah menampakan wajah aslinya. Selalu memakai topeng berwarna merah marun. Aku bahkan tidak mengetahui identitas aslinya. Hanya Cloudy yang mengetahuinya identitas aslinya."

"Begitu rupanya. Sayangnya, Cloudy mati karena saya."

Tidak lama kemudian Karl kembali melihat jendela. 5 orang yang mencurigakan itu berjalan kearah café dan masuk kedalam.

"Levi, Herman. Kita pergi. Sekarang!" Perintah Karl.

Saat kami hendak pergi, dari tangga, muncul seorang pria dengan setelan layaknya bangsawan lalu menyapa kami. Sialnya, dia menggunakan topeng merah. Dia… Mr.S.

"Halo, Karl."

To Be Continued