webnovel

VERMIN WATERFALL VERSUS AN AUTOMATON

Lorong-lorong ruang sihir Vanir memang memberikan kesan misitis karena cahaya buram dari kristal berpendar. Tapi sungguh, tidak ada yang lebih baik dari memiliki penerangan yang mumpuni, seperti lampu pijar atau semacamnya. Pastilah Pemerintah Vanir mampu membeli lampu pijar, bukan?

Dengan cahaya remang-remang yang masih diliputi oleh kegelapan, membuat lorong pusat sihir tak ubahnya labirin tak berujung. Tidak hanya Alicia, kepala Odelie pun juga ikut nanar.

Cahaya yang datang dari proyektil milik 𝘸𝘪𝘻𝘢𝘳𝘥 hitam pun tak banyak membantu. Semua tembakan itu hanya mengarah ke personel Magisterium, bukannya sebagai penunjuk jalan. Ya, rupanya masih banyak penyihir bertopeng bersemayam di kegelapan kantor sihir Vanir. Di saat para 𝘸𝘪𝘻𝘢𝘳𝘥 Magisterium terkokupasi melawan mereka, maka Alicia dan Odelie pun terpaksa berpencar dengan yang lain.

Sejumlah penyihir bertopeng yang berhasil menyelip dari pertarungan dan mengejar mereka. Semakin tak kuasa mereka berdua ketika semakin banyak jawara Khaos yang bermunculan mengepung mereka di ruang museum sihir.

"Odelie, bukankah mereka terlalu banyak?" tanya Alicia dengan nada khawatir.

"Omong kosong!" Odelie mengeluarkan katalis imannya lagi. Alicia yang belum sempat melihat, berkesempatan melihat planisphere berornamen milik sang astrolog.

"K-Katalis Iman!"

"Tepat!" Odelie dan Alicia kemudian saling membelakangi. "Sekarang kita punya dua 'Orb', bukan? Melawan antek-antek ini sama sekali bukan apa-apa!"

"Kalau kak Odelie yakin kita akan menang, m-maka aku juga harus yakin!"

"Aduh, adik kesayanganku memang paling pintar!"

Keduanya lantas bersiap dengan masing-masing senjata bundar mereka. Baik Alicia dan Odelie menutup matanya untuk melakukan sinkronisasi penuh—satu dengan Orb sang empunya Arcane, satu lagi dengan yang diyakini sebagai Sang Keberadaan penentu takdir. Keduanya sangat selaras, masing-masing mereka mengeluarkan pendaran penuh debu bintang! Debu bintang Alicia lebih bewarna, namun proyeksi luar angkasa milik Odelie menghadirkan bermacam rasi bintang lengkap dengan garis penghubungnya!

Para penjahat tentu tidak mau menunggu lama-lama. Mereka langsung melayangkan tangannya ke kedua gadis. Alicia menepis tangan-tangan tersebut dengan Orb lalu menubruk perut serta rusuk mereka! Dari sisi Odelie, para 𝘸𝘪𝘻𝘢𝘳𝘥 sudah menembakkan energi hitam ke arahnya. Dengan Katalis Iman-nya yang berputar, tersusunlah rasi bintang berbentuk perisai. Hamparan angkasa datang tak lama kemudian, menjadi tembok penghalang bagi proyektil-proyektil tersebut.

"Giliaranku! Inilah takdir kalian yang diperlihatkan Keberadaan kepadaku! Inilah kata bintang-bintang!" Odelie memutar Katalis Iman-nya lagi, dan tembok angkasa tadi mulai berpencar ke sebagian penyihir. Para 𝘸𝘪𝘻𝘢𝘳𝘥 yang kurang beruntung seketika melayang di udara, menjadi bagian dari rasi bintang!

Alicia sempat melihat itu dan berteriak, "Keren! Oh, sial!" proyeksi sihir yang melesat hampir menghancurkan sebagian wajahnya jika ia tidak menghindar. Geram, Alicia menarik daya Arcane dengan tangan kanannya, lalu dengan tangan terbuka, ia mencurahkan kilatan plasma biru muda ke pelaku sialan tersebut!

Odelie melentangkan tangannya di antara globe yang melayang, lalu dari permukaan emas bola tersebut muncul rasi bintang lagi. Kali ini menampilkan garis-garis berjatuhan yang terhubung pada suatu bulatan. Kira-kira apa maksud dari gambar tersebut? Tanda dari langit mungkin adalah jawabannya.

Sebuah portal bintang-bintang terbuka dari atas. Bentuknya tidak terlalu jelas, seperti kolam genangan air. Namun dari portal itu, hujan bintang mungil memeriahkan pertikaian! Para penyihir bertopeng kocar-kacir akibat tengkujuh meteor. Apalagi teruntuk mereka yang masih dililit rasi bintang, sungguh nikmat bagi mereka, siksasan kosmik berupa hujaman seribu peniti. Alicia juga tak mau kalah, dia mengangkat Orb dan menembakan mortal Arcane bertubi-tubi kepada para penyihir jahat di sisinya. Entah kenapa, mereka berdua bisa menjadi tim bertarung sihir yang mumpuni!

"Tak kusangka, kau penyihir yang hebat, Alicia!" puji Odelie.

Alicia menjawab, "Kak Odelie jangan memuji dulu! Mereka masih banyak!"

Masih ada beberpa 𝘸𝘪𝘻𝘢𝘳𝘥 hitam yang sadar. Pertarungan belum usai. Namun sebelum Alicia sempat menakhlikkan jurus pamungkas lainnya, sebuah pintu di belakang mereka terbuka lebar sendiri. Sebuah gaya terlampau kuat dari arah pintu tiba-tiba menarik sang gadis!

"ODELIE!" pekik Alicia seraya diseret.

"Oh, tidak, Alicia!" Odelie hendak menggapai tangan halus Alicia namun malah disambut oleh tangan bersarung milik penyihir hitam. Lengah, semua penyihir hitam berhasil menahan tubuh sang astrolog, membuatnya tunduk hampir tak berkutik.

***

Jubilant Jay, sapu ajaib mengkilap menyapu wajah Manusia Ngengat dengan ijuknya yang berapi-api. Bartholomew Strongbark pun ikut menghadang, ia memanggil pilar-pilar serambi lalu menabrakannya kepada penyihir serangga dari belakang. Sialnya, sprinkhond yang setia muncul tiba-tiba di belakang Manusia Ngengat. Dengan pisau cukur pada kedua kaki depan, ia memotong-motong bongkahan konkrit tersebut sehingga Manusia Ngengat tidak merasakan apapun selain mandi pasir.

Haddock dan Bartholomew memanggil mantra 𝘚𝘵𝘢𝘵𝘪𝘤 𝘓𝘪𝘨𝘢𝘷𝘦𝘳𝘪𝘴, hendak melukai bagian depan sang magi serangga sebelum dicekal lagi dengan lentangan tongkat panjangnya! Ketiganya berdiam di sana, saling memandang, berkutat.

Manusia Ngengat mengumbang guna memanggil spinkhond tepat di belakang para petinggi Magisterium. Belalang tersebut mengepakkan sayapnya semangat, beruntung Broin turut hadir lalu mengikat sprinkhond tersebut dengan tanaman merambat putih miliknya. Tapi tunggu, masih ada satu belalang lagi di sisi magi arthropod! Kembali penyihir tersebut mendengung keras, diikuti stridulasi si serangga besar tanda setuju. Broin dari kejauhan mengalihkan beberapa burung ke spirnkhond tersebut.

Waktunya makan! Sekumpulan burung berduyun-duyun mencabik badan belalang raksasa itu. Tumpahan lendir putih muncrat di mana-mana. Akhirnya, mereka mendapatkan daging sungguhan setelah hunger petals mencuri jatah mereka. Nasib sprinkhond yang lain tak kalah naas. Hunger petals terdekat meregangkan tubuhnya dan melumat habis serangga rakasasa itu, yang padahal baru saja lepas dari lilitan.

Dari mata bulat topeng Manusia Ngengat terpancar refleksi binatang peliharannya terangkat dan terkoyak-koyak direbut elang dan ayam. Belum sempat ia menunjukkan kemurkaannya, matanya beralih ke Broin di tengah udara, hendak merenyukkan wujudnya dengan sebalok batang raksasa!

Balok kayu itu ternyata adalah tongkatnya sendiri, dengan sihir menumbuhkan serat kayu keras pada pangkalnya. Manusia Ngengat berhasil menghindar dengan berputar mundur.

Bartholomew terkesan, katanya, "Orang tua! Seharusnya kau tidak usah pura-pura bungkuk dari dulu."

"Apa? Aku memang bungkuk!" balas Broin, "Kalau Arcane tidak menguatkanku, mana mungkin aku bisa mengangkat balok itu seperti tiga puluh tahun yang lalu?"

"Tuan-Tuan …!"

Bentakan Haddock menyadarkan keduanya seraya menunjuk Manusia Ngengat tepat berada di pusaran kolosal, berisikan seribu satu jenis serangga yang bisa dibayangkan. Jutaan serangga lainnya ikut berjatuhan dari langit-langit, membentuk air terjun hama. Kerumunan kecoa dan kalajengking terkadang jatuh mengusik burung-burung yang akhirnya memutuskan untuk menyelamatkan diri dari kantor sihir. Kelima hunger petals pun kewalahan dengan mangsa yang berjibun. Malahan, kelimun insekta memenuhi seluruh jaringan tanaman karnovira dan berbalik memangsa para pemangsa.

Bergarau si Manusia Ngengat. Suaranya bergaung di kebun raya itu. "Aku akan menjangkit kantor sihir ini, bahkan seluruh negeri dengan wabah serangga! Semuanya akan kulakukan sampai kudapatkan gadis itu beserta bola Arcane-nya!"

Waktunya benar-benar tidak tepat! Di saat Manusia Ngengat mengeluarkan potensi penuhnya, daya Arcane mulai dirasa surut oleh masing-masing anggota Magisterium dan Ordo Edda. Ini gawat. Mereka harus menemukan cara mengerahkan kekuatan—daya Arcane yang tersisa—hanya tertuju ke Manusia Ngengat, sebelum mereka semua menjadi santapan para hama.

"Grand Magus Haddock, aku memintamu memerintahkan 𝘸𝘪𝘻𝘢𝘳𝘥 menyusun formasi dan melindungi kita dengan sihir pelindung," pinta tetua Broin. "Sihir batang pelindung druid tidak efektif melawan serangga yang bisa menyusup lewat celah."

"Ahh …. Aku mengerti." Tentu saja Haddock mengerti. Memangnya apa yang seorang Grand Magus tak mengerti? Haddock pun menghimbau pasukan 𝘸𝘪𝘻𝘢𝘳𝘥-nya yang masih melayang-layang. "Berkumpul! Formasi melingkar! Sihir pelindung!"

Para 𝘸𝘪𝘻𝘢𝘳𝘥 langsung mematuhi perintah sang Grand Magus. Mereka berkumpul dalam lingkaran, lalu melentangkan tongkat kecilnya di antara kedua telapak tangan. Kubah pelindung mulai terbentuk layaknya gelembung.

"Tidak Barthie, kau akan membantuku." Haddock menarik pundak Bartholomew keluar dari formasi.

Dengan kasar sang wakil menghempaskan tangan Haddock. "Hah? Apa maksudmu? Kau ingin mengajakku bunuh diri bersama lagi?" Barthie menjawab sinis.

"Hei, sahabat hidup dan mati bersama!"

"Bajingan kau, jangan sebut aku sebagai sahabatmu!"

Haddock memanggil The Gay Jay, dan berkata kepada para druid, "Aku dan Barthie akan mengalihkan perhatian sahir berbusana eksentrik itu. Kalian yakin bisa 'membalikkan keadaan'?"

"Jangan meremehkan kami!" kata Broin, "Hubungan kami dengan alam lebih erat dan intim daripada penyihir yang cuma bisa memelihara serangga!"

"Heh, aku suka orang-orang ini."

Dari atas, Manusia Ngengat berusaha mengenyahkan pelindung sihir dengan gelombang serangga. "Mati kalian!"

Tak terhitung banyaknya serangga yang berhamburan kemudian mati terpanggang pelindung yang dilapisi daya Arcane. Semua 𝘸𝘪𝘻𝘢𝘳𝘥 turut menanggung perih di sekujur tubuh.

Para druid memusatkan pikiran dan berdoa bersama. Haddock dan Bartholomew beranjak ke udara dan berpapasan lagi dengan Manusia Ngengat. Manusia Ngengat membentuk kepalan tangan besar dari ribuan kalajengking dengan metasoma terulur, lalu dilemparnya ke kedua jawara Magisterium! Haddock dan Barthie mengelak dan menukik, lalu membedil balik sang magi dengan ledakan Arcane!

Bartholomew punya akal yang lain. Ia sengaja menghancurkan tembok batu bangunan sihir tanpa merusak penopangnya agar tak rubuh bangunan tersebut. Ia tak peduli jika barisan lukisan indah bertransformasi menjadi puing-puing berdebu, bahkan mural ketiga pemimpin luhur Vanir pun dimutilasi dengan kejam. Bakat merusak sesuatu memang mengalir deras di seluruh nadi sang Wakil Grand Magus satu ini. Puing-puing berjatuhan malah membebani pekerjaan para 𝘸𝘪𝘻𝘢𝘳𝘥 karena benturannya dengan perisai sihir, tapi paling tidak hujan batu tersebut ikut meremukkan serangga-serangga menjijikan yang merayap di seluruh permukaan tanah.

Gedebuk batu-batu berat mengacaukan konsentrasi doa kakek tua Broin. Melihat betapa tidak hormatnya penyihir satu ini terhadap figur-figur di tembok, ia pun marah besar.

"Oi, 𝘞𝘪𝘻𝘢𝘳𝘥 Kulit Hitam sialan! Apa yang kau lakukan? Berhenti merusak gedung ini lebih lanjut! Berani-beraninya kau menghancurkan lukisan suci Njord dan anaknya! Kau ingin membunuh kami semua dengan reruntuhan atau apa?"

Bartholomew hanya bergumam. "Cih, tidak tahu diuntung, Aku benci orang-orang ini!"

Tidak hanya merusak, Bartholomew mungkin pandai menciptakan sesuatu. Dengan ayunan tongkatnya, ia merapalkan mantra 𝘈𝘯𝘪𝘮𝘢-𝘥𝘢𝘵𝘰𝘳 dan saksikanlah, puing-puing tadi berkumpul membentuk sebuah automata raksasa!

"Bukan main! Klasik Barthie dengan automata-nya! Ayo, lumpuhnya sahir jahanam itu!" Haddock berteriak kegirangan.

Automata tersebut tak perlu menuruti anjuran Haddock, sebab sudah menjadi kodratnya untuk meninju tornado serangga raksasa itu! Automata milik Bartholomew tak perlu serta merta mengalahkan si Manusia Ngengat. Apa yang terjadi sekarang sudah menjadi pengalihan yang sempurna sementara para druid di bawah masih berlanjut mendaraskan doa berulang.

Manusia Ngengat semakin kesal, ia melepaskan semua serangganya ke bebatuan raksasa berjalan tersebut. Namun tiada guna, batu yang keras tidak merasa apapun dan tidak terpengaruh terhadap apapun. Ia hanya akan terus meluluhlantakkan tsunami serangga yang kian menyerang selama masih terhubung dengan Barthie melalui aliran mana.

Selagi raksasa batu menyibukkan tornado hama, para druid telah menyelesaikan doanya. Mereka semua sudah mantap menyelaraskan diri dengan alam.

Atau lebih tepatnya, menyelaraskan diri dengan para serangga.

Automata batu raksasa berhenti berbuat ricuh ketika semua serangga itu diam. Semua yang berkaki enam perlahan membalikkan tatapan ke penyihir bertopeng gas. Segala dengungan yang dibuat di tenggorokan serasa diabaikan.

"Apa ini, jangan cuma bengong, kawan-kawan mungilku, kunyah para 𝘸𝘪𝘻𝘢𝘳𝘥 sialan itu!"

Para serangga malah berbalik menggigit dan menyuktikan racunnya ke bagian perut ke bawah Manusia Ngengat yang terjebak dalam pusaran insekta!

"BA-BANGSAT!!"

Tak terbayangkan bagaimana rasanya ditusuk oleh jutaan serangga. Manusia Ngengat segera membuka sayapnya lebar-lebar dan keluar dari tornado serangga. Bahkan ketika melayang, dirinya sudah sempoyongan di tengah udara akibat racun sudah mengalir di nadinya. Segera The Gay Jay memelesat. kemudian Haddock melompat, melemparkan lembing petirnya melalui rapalan 𝘍𝘳𝘢𝘤𝘵𝘪𝘰𝘯𝘦𝘮 𝘛𝘰𝘯𝘪𝘵𝘳𝘶𝘢 𝘊𝘶𝘴𝘵𝘰𝘴 tepat ke dada sahir serangga. Pemandangan yang begitu ajaib lagi mempesona ketika Manusia Serangga terjatuh dari ketinggian dengan tombak silau penuh percik tertancap di dada. Ia tersungkur di antara serangga-serangga pemakar yang mulai menyelimuti seluruh badannya.

"Jangan biarkan serangga-serangga itu menggerogotinya! Kita harus menggali sesuatu dari padanya," perintah Broin.

"Percuma saja!" Bartholomew dan Haddock perlahan mendarat. "Kau tidak akan mendapatkan apapun dari penyihir hitam ini! Kau pernah menangani ini, kau pasti tahu ada sihir terlampau kuat yang mencegah informasi apapun bocor dari otak mereka, bukan?"

"Ya, kami sadar akan hal itu. Tapi bagaimanapun kita harus tetap mencoba. Siapa tahu ada secercah mukjizat untuk yang satu ini."

Entah apa yang dipikirkan oleh para druid ini, masih saja mereka mengeluarkan keputusan bodoh, pikir Bartholomew. Apa yang diharapkan dari Manusia Ngengat itu? Membeberkan intel tentang dirinya dan komplotan-komplotannya? Sampai kapan mereka belajar untuk tidak membiarkan penyihir berbahaya sepertinya kesempatan untuk bernapas walau cuma sedetik saja?

Benar saja. Keputusan yang idiot. Seharusnya penyihir tersebut langsung dibunuh di tempat. Baik para druid dan 𝘸𝘪𝘻𝘢𝘳𝘥 tidak dapat melihat wajah asli di balik topeng serangganya. Melihat keuntungan itu, sahir serangga yang setengah sadar meleburkan diri menjadi ribuan kecoa kemudian menghilang di antara samudera arthoproda. Sekali lagi, penyihir berbahaya lepas tepat dari ujung jemari mereka.

"Sudah kubilang apa?" Bartholomew memijat batang hidungnya. Para druid merasa bodoh. Setidaknya mereka sadar diri, masih punya urat malu.

"Alicia!" Haddock teringat akan gadis pemegang Sempena Ilahi. "Gawat, kita harus segera mencarinya!"

"Oh, Oherr, cobaan apa lagi ini." Tetua druid Broin sudah kewalahan. "Mereka akan kesulitan mencari jalan di kantor sihir Vanir. Kita harus berpencar!"

Tidak ada tanggapan yang keluar. Kelompok Magisterium dan Druid berpisah arah mencari Sang Gadis Mukjizat.

Segenap penyihir Magisterium yang mengikuti Haddock menemukan Odelie Verdandi yang penuh luka sambil sempoyongan. Semua penyihir hitam ternyata sudah bergelimpangan di antara pijakan kaki wanita itu. Ketika netra sang peramal menemukan sosok Grand Magus muda hendak mendekapnya, ia pun merelakan diri dengan terjatuh.

"Odelie, kau tidak apa-apa? Dimana Alicia?" seru Grand Magus.

"J-jangan pedulikan aku …. Alicia …." Odelie menunjuk sebuah pintu yang sebelumnya dilalui sang Anak Mukjizat oleh kekuatan paranormal. Tidak lama kemudian, Odelie jatuh pingsan.

"Jangan cuma berdiam saja, Bodoh! Susuri seluruh gedung ini, cari anak itu!" perintah Bartholomew kepada yang lain. Para 𝘸𝘪𝘻𝘢𝘳𝘥 terpecah menjadi beberapa kelompok lalu masuk ke pintu tersebut sebelum berpencar. []