Alice membukkan matanya, dan dia mendapati di kamarnya sudah ada Bella serta kedua anaknya.
Dia segera bangkit dengan raut wajah yang masih ketakutan.
"Ternyata aku tadi hanya bermimpi?" ucapnya, seluruh tubuh dan wajah Alice dipenuhi dengan keringat yang bercucuran.
"Alice, kamu baik-naik saja?" tanya Bella seraya memegang pundak Alice.
"Aku ... baik-baik saja, Bella," jawab Alice, namun terlihat ragu.
"Bibi tadi berteriak-tetiak, Bibi Alice, sedang bermimpi di kejar monster, ya?" tanya Diana dengan polosnya.
"Iya," jawab Alice sambil senyuman paksa.
"Ya sudah, Daniel dan Diana keluar dulu, ya! Biarkan Ibu berbicara berdua dengan Bibi Alice," ujar Bella.
"Tapi, aku kan ingin menjaga Bibi Alice," protes Diana.
"Daniel," Bella melirik kearah anak sulunganya. Dan Daniel sudah tahu maksud isyrat dari ibunya itu. Dia segera menggandengan tangan Adik perempuannya.
"Ayo, kita ke kamar sekarang!" ajak Daniel.
"Tapi—"
"Diana! Aku akan menceritakan kepadamu tentang Monster Hijau yang hidup di sungai!" ujar Daniel membujuk sang adik.
"Memangnya ada, ya?" tanya Diana.
"Tentu saja ada! Makanya ayo ke kamar! Biar aku yang menceritakan!" ujar Daniel. Dia menarik tangan adiknya, dan gadis itu tampak pasrah. Daniel berhasil membujuk Diana.
***
Kini tinggal Bella dan Alice saja di kamar itu.
"Alice, kamu jangan memikirkan masalah itu lagi!" ujar Bella, "kamu masih memikirkan masalah itu, sehingga sampai terbawa mimpi," Bella merangkul pundak sang adik, dan mencoba menenangkanya.
"Tapi, aku tidak bisa melupakannya, Bella! Dan aku yakin mempi ini memiliki sebuah arti," ujar Alice sambil menangis.
"Mimpi itu hanya bunga tidur, Alice. Jangan terlalu percaya! Sudah Ayo tidur lagi!" suruh Bella.
"Tapi—"
"Kenapa?" Bella bertanya, "kamu takut tidur sendirian?" Dan Alice memberikan jawaban dengan anggukkan kepalanya.
"Iya, aku sangat takut. Nanti kalau hantu anak kecil itu datang lagi bagaimana?" tukas Alice.
"Hantu anak kecil?" Bella menggelengkan kepalanya.
"Ah, Alice! Sudah kubilang, 'kan? Jika itu semua hanya mimpi!"
"Tapi aku takut, Bella! Bisa kamu tidur di sini? Temanani aku?" pinta Alice dengan raut wajah yang memelas.
"Ah ...," Bella tampak keberatan, tetapi dia juga merasa kasihan kepada adiknya.
"Baiklah, aku akan menemanimu malam ini," ucapnya. Seketika sebuah senyuman merekah di bibir Alice.
"Terima kasih, Bella!" ucapnya seraya memeluk tubuh sang Kakak.
Kini Alice dapat tertidur dengan tenang, kerena ada Bella di sampingnya.
Dan dengan begitu dia tidak ketakutan lagi.
Dia merasa seperti anak kecil, bahkan untuk sekedar tidur saja, dia butuh seseorang untuk menemaninya.
*****
Esok harinya tampak Caroline yang baru saja keluar dari kediaman Carlos.
Dia mengendarai mobil sendirian. Semenatra Carlos malah sudah buru-buru pergi ke galeri seninya. Hari ini dia akan bertemu dengan seorang Colektor lukisan dari luar negeri.
***
"Ah, tidak apa-apalah aku mengemudi sendirian, yang terpenting semalaman aku sudah puas menghabisakan waktu berduaan dengan Carlos," bicara Caroline seraya tersenyum licik. Tangannya masih fokus pada kemudinya.
Dan di tengah jalan dia tidak sengaja melihat Alice yang sedang bersama dengan Bella. Mereka baru saja keluar dari sebuah klinik psikiater.
"Wah, itu Alice, 'kan?" gumam Caroline.
"Haha! Jadi dia benar-benar gila sekarang?"
"Aduh! Jadi wanita seperti ini yang sedang dikejar-kejat oleh Carlos?"
"Cih! Aku Seribu kali lebih baik dari wanita itu! Carlos memang bodoh!" ujar Caroline mencerca Alice dari jarak jauh..
Sejenak dia menghentikan mobilnya, dan hendak menemui Alice. Tetapi dia tampak ragu, karena Alice sedang bersama dengan Bella.
Mungkin kalau Alice sedang sendirian, maka Caroline akan mendekatinya lalu mulai memamerkan apa yang ia lakukan semalam bersama dengan Carlos.
"Uh, ini saat yang kurang tepat. Tapi aku yakin di lain hari kita bisa mengobrol berdua Alice, dan aku akan menunjukkan sesuatu yang bisa membuatmu benar-benar gila! Sampai kamu tidak akan lagi mau, kembali kepada Carlos!" ujar Caroline dengan penuh ambisi.
Dia kembali melajukan mobilnya. Dan menatap Alice dengan senyuman yang licik.
***
Sore harinya, Caroline kembali mendatangi rumah Carlos.
Meski dia sudah berjanji untuk tudak lagi menggangu Carlos, nyatanya hanya isapan jempol belaka.
Wanita itu kembali datang dan berusaha untuk mendekati Carlos, dengan alasan ingin mengambil pakainnya yang tertinggal.
Namun ketika ia berada di depan rumah Carlos, pintu rumah itu terkunci.
"Rupanya Carlos belum pulang, ya?" gumam Caroline, dia meraba bagian saku.
"Ah, aku lupa membawa kunci serepnya,"
Akhinya Caroline kembali masuk ke dalam mobil.
Ia hendak menyusul Carlos ke galeri seni.
Namun sesampainya di sana, rupanya Carlos tidak ada.
Caroline bertanya kepada seorang petugas di tempat itu, dan petugas itu berkata, jika Carlos sudah meninggalkan gedung sejak 5 menit yang lalu.
Tentu saja aja hal itu membuat Caroline begitu kesal.
"Carlos, kamu di mana sih?" gumam Caroline.
"Masa iya, dia pergi menemui, Alice?"
"Ah, sial! Aku tidak akan membiarkan wanita itu merebut pacarku!" ujar Caroline seraya masuk ke dalam mobilnya lagi.
Kini ia beralih ke rumah Bella. Dia ingin memastikan apakah dugaannya itu benar.
*****
Sekitar 10 menit telah berlalu, Caroline sudah sampai di kediaman Bella, dan dia melihat ada mobil Carlos terparkir di sana.
Yang artinya Carlos benar-benar sedang menemui Alice.
"Sialan! Dia benar-benar menemui wanita itu!" Caroline langsung membuka pintu mobil, dan hendak melabrak Alice.
Namun beberapa saat kemudian dia kembali menutup pintu mobil itu.
"Aku tidak boleh gegebah. Kalau aku memaki wanita itu sekarang, maka aku semakin terlihat buruk di mata Carlos, dan dia akan semakin membenciku!" ujar Caroline.
Akhirnya dia meredam amarahnya dan tetap berada di dalam mobil. Namun dia tetap memantau mereka dari jarak jauh.
Tak berselang lama telihat Carlos yang keuar dari rumah Bella serta pergi dengan mengendarai mobilnya.
Caroline sudah melesat duluan sebelum Carlos berhasil keluar dari dalam gerbang. Dia melewati jalan yang berlawanan arah dengan tempat tinggal Carlos, sehingga mereka tidak berpapasan.
***
"Bella, aku akan pergi ke toko kue sebentar, ya?" tukas Alice.
"Perlu kuantarkan?" tanya Bella.
"Ah, tidak usah, aku bisa pergi sendiri, tempatnya kan hanya dekat!" jawab Alice.
Perempuan itu berjalan kaki menuju toko kue yang tak jauh dari tempatnya tinggalnya.
Dan di jalan dia melihat mobil Caroline yang sedang terparkir.
"Ini, 'kan mobil—"
Ceklek!
"Hai, Alice!" sapa Caroline seraya tersenyum ramah.
To be continued