webnovel

Kecelakaan

Setelah Rangga sudah sadar dari koma nya. Arin pun merasa lega,Akhirnya ke khawatiran nya terjawab sudah. Dia sangat senang melihat Rangga sudah bisa bicara lagi dengannya walaupun keadannya masih kurang pulih. Kaki kiri dan tangan kanan Rangga tidak bisa terlalu banyak di buat bergerak dan mengangkat benda yang terlalu berat karena mengalami patah tulang. Dokter menyaran kan agar dia segera di operasi supaya tangan dan kaki nya bisa berfungsi kembali walaupun tidak sama seperti sedia kala. Sembari menunggu operasi Arin lah yang menjaga Rangga sampai hampir sembuh. Pada hari senin pagi pukul 06:30 Arin sudah tiba di rumah sakit untuk membawakan Rangga sarapan. Ia berangkat awal supaya bisa menemui Rangga dulu sebelum masuk ke ruang operasi jam 7. Karena di sekolah baru siap melaksankan ujian, Pihak sekolah meliburkan murid-muridnya 1 minggu. Dengan begitu Arin tak perlu ijin kepada kepala sekolah untuk ambil cuti.

"Rangga. Kamu udah banguun?,"tanya Arin dengan nada lembut.

"Iyaa Riin. Baruu aja aku bangun, Ehh pas buka mata ada bidadari di depan mata aku,"ucap Rangga merayu sambil tersenyum.

"Apaan sii Nggaa. Kamu tu yaa masih pagi udah gombal aja tau nya,"ucap Arin tersipu.

"Itu gak gombal tauu. Emang bener kamu tuh cantik banget Riin."

"Kamu tuh jangan gombal aja. Ingett bentar lagi kamu kan mau ke ruang operasi. Emang nya kamu gak deg-degan apa, Sempat-sempatnya gombalin aku."

"Enggak dong. Aku malah makin semangat mau operasinya."

"Wah waah. Bagus juga ya mental mu,"ucap Arin memuji.

"Bukan karena mental aku yang kuat Riin. Tapi kamu yang buat aku jadi semangat. Biar cepat sembuh. Trus bisa makan bareng lagi di rumah kamu bareng Bunda."

"Hmmm. Motivasi kamu buat sembuh cuman itu doang?,"tanya Arin heran.

"Lohh.Yaa iiya dong. Aku kan harus sembuh dan sehat biar bisa selalu lindungim kamu,"ucap Rangga kembali merayu.

"Udaah udaah. Kamu gak usah gombal terus, Ini aku bawa in sarapan buat kamu. Kamu sarapan dulu yaa."

"Iyaa. Tapi kamu suapin yaa. Tangan aku kan lagi sakiit."

"Yaampuun. Manja banget siih kamuuu. Nama nya aja ketua geng motor. Masa makan aja harus di suapin sih,"ucap Arin meledek.

"Yaa gak apa-apa dong. Kan manja sama calon istri sendiri,"sambil menatap Arin.

"Apaa kamu bilang. Cobak ulangin sekali lagi?,"ucap Arin pura-pura tidak dengar.

"Gak ada gak adaaa. Ternyata kamu cantik-cantik agak tuli juga yaa. hahaha,"ucap Rangga meledek.

"Enak aja kamu bilang aku tuli, Kamu tuh ngomong nya gak jelas."

Setelah mereka bersenda gurau sambil menyantap sarapan. Tiba-tiba terdengar suara langkah kaki menuju ruangan Rangga. Ternyata itu adalah Papa dan Mama Rangga. Dengan tangan gemetar Arin bergegas membersihkan sisa sarapan yang di pegangnya.

Cekreeekk.

Bunyi suara pintu terbuka. Ternyata Ibu Rangga yang membuka pintu. Dilihatnya Rangga tergeletak tak berdaya.

"Yaampuun Naak, Kenapa kamu bisa sampai begini sih sayang ?,"tanya Ibunya khawatir.

"Iyaa Rangga, Kenapa kamu sampai bisa seperti ini,"sahut Ayah Rangga.

"Apa perduli kaliaan,"ucap Rangga sangat kesal.

Karena dia tau orang tua nya tak pernah ada waktu untuknya dan Adiknya. Karena mereka berdua sangat sibuk bekerja.

"Maafin mama ya Nak, Mama sangat sibuk sama urusan kantor sampai-sampai kurang merhatiin kamu."

"Mama ngapain minta maaf sama anak bandel ini,"ucap Papa Rangga kesal. Dia kan harusnya bersyukur punya orang tua yang selalu bisa memenuhi segala kebutuhannya.

"Paa. Jangan ngomong gitu dong. Itukan memang tanggung jawab kita."

"Tuh kaan. Papa emang selalu begitu, Mementingkan urusan kantor dari pada anak-anaknya,"ucap Rangga sangat kesal.

"Ranggaa. Kamu gak boleh ngomong gituu,"ucap Arin menenangkan.

"Kamu ini siapaa?,"tanya Papa Rangga kepada Arin.

"Saya temen nya Rangga Om,"ucapnya Arin sedikit takut.

"Temen nya Rangga mana ada yang perempuan, Setau saya temen-temen nya Rangga itu laki-laki semua anak geng motor yang gak jelas itu!."

"Stop paa! Jangan ngomong kasar begitu sama Arin,"ucap Rangga membela.

Tiba-tiba masuk 3 orang perawat datang ingin membawa Rangga ke ruang operasi.

"Maaf Bapak, Ibuu, Mbak, Permisi yaa. Pasien harus segera di bawa ke ruang operasi,"ucap salah satu perawat.

"Apaaa. Ruang operasii. Kenapa harus di bawa ke ruang operasi segala sih,"ucap Mama Rangga terkejut.

"Iyaa tante. Rangga mengalami patah tulang di bagian kaki kiri dan tangan kanan nya. Kata dokter dia harus segera di operasi supaya tulang yang patah cepat pulih,"ucap Arin menjelaskan.

"Yaampun. Tangan sama kaki Rangga patah,"ucap Mama Rangga sambil menangis.

"Iyaa Tante,"sahut Arin dengan nada sendu.

"Kok bisa sampai begitu. Memang dasar anak bandel ! ,"ucap Papa Rangga marah.

"Papa jangan ngomong begitu dong, Rangga begitu karena dia emosi kita kurang perhatian sama dia,"ucap ibunya menenangkan.

"Bagaimana lagi. Kita kan kerja untuk dia. Kamu jangan terlalu memanjakan dia begitu,"ucap Papa nya semakin marah.

"Hmmmm. Gimana anaknya gak keras, Papa nya juga susah kali di kasi taunya,"ucap Mama Rangga kesal.

"Tantee yang sabar yaa. Kita harus nya berdo'a untuk kesembuhan nya Rangga bukan malah bedebat begini,"ucap Arin menenangkan.

"Siapa kamu malah ngatur-ngatur kami,"ucap Papa nya ketus.

"Paa. Jangan begitu dong. Apa yang di kata kan Arin itu benar. Kita harus lebih sabar menghadapi semua nya. Terutama untuk kesembuhannya Rangga. Ayo kita sama-sama do'akan Rangga supaya operasinya Lancar.

"Kamuu. Mending kamu pulang aja, Udah ada kami disini yang menemani Rangga,"usir Papa Rangga kepada Arin.

"T-Tapi Oom. Saya mau nunggu in Rangga keluar dari ruang operasi dulu,"pinta Arin.

"Gak! Kamu gak usah nunggu in Rangga keluar dari ruang operasi. Masih ada Mama dan Papa nya di sini,"ucap Papa Rangga mengusir Arin. Udah kamu pergi sana!."

"Paa. Jangan kasar begitu dong, Kasihan dia. Dia kan teman nya Rangga."

"Kamu jangan ikut campur yaa. Kalau saya bilang jangan disini ya jangan. Pergiii sana !."

"Baiklah Om. Saya pergii, Tapi nanti setelah Rangga keluar ruangan dan dia udah sadar tolong kabarin saya ya Om. Tante,"ucap Arin memohon.

"Iyaa nak, Nanti tante suruh Rangga ngabarin kamu langsung yaa. Ma'afin Papa nya Rangga ya udah bersikap begitu sama kamu."

"Iyaa Tantee. Gak apa-apa kok. Arin pulang dulu yaa Om, Tante,"pamit Arin dengan nada lirih.

"Iyaa nak. Kamu hati-hati yaa,"ucap Ibu Rangga sedih.

Arin pun beranjak pergi meninggalkan ruangan tempat Rangga di operasi. Dia sangat sedih tak bisa menemani Rangga selesai operasi. Tapi apa boleh buat Papa Rangga tidak suka kepadanya. Bahkan sampai mengusirnya pulang.

3 Jam berlalu. Akhirnya operasi Rangga selesai. Dan Rangga pun tersadar.

"Ariiin. Ariiin,"ucap Rangga memanggil. Kamu dimana Riin."

"Lihat lah anak bandel ini. Begitu sadar bukannya manggil Mama Papa nya malah manggil orang lain,"ucap Papa nya kesal.

"Ssstt, Jangan ngomong gitu dong paa. Rangga kan baru sadar. Kasihan dia."

"Papa mau keluar sebentar. Kamu urusin anak bandel itu,"ucap Papanya kesal.

"Maa. Ariin mana Maa,"tanya Rangga.

"Arin sudah pulang nak, Udah kamu istrahat dulu yaa."

"Kenapa dia pulang Ma. Tadi dia bilang sama Rangga mau nunggu in Rangga siap operasi."

"Mmmmm. Ituu Papa kamuu,"ucap Mama Rangga gugup.

"Kenapa Maaa. Papa ngusir Arin yaa!?,"tanya Rangga Marah.

"Mmmm. Iyaa Nak, Papa mu tak suka sama Anak itu. Katanya penampilan dia kumuh, Gak pantes sama kamu."

"Apaaa. Papa ngusir Ariin, Papa memang keterlaluan!!!,"ucap Rangga murka.