Saling berjanji tidak akan membahas keadaan Eza lagi. Setelah sholat isya', Eza memutuskan menemui Aqila.
Tok!
Tok!
"Aqila, buka pintunya."
"Mas Eza?!" Aqila yang sedari pagi mengurung diri terkejut mendengar suara dari suami Rina.
"Iya!"
Ceklek.
"Ini benar Mas Eza?! Aku tidak halu kan ... Emmm, ingin meluk tapi takut." Aqila belum percaya, dia malah menangis, dan duduk bersimpuh di depan kursi roda.
"Mas bagaimana?"
"Jangan banyak meneter pertanyaan. Ayo ngobrol," ajak Eza ke teras, sepupunya itu terus mengamati keadaan Eza yang duduk di atas kursi roda.
"Kamu kenapa ngurung diri, sampai tidak tahu kalau ada Mas?"
"Habisnya Bunda jodohin aku sama Om-om. Pasti Mas Eza juga akan lakukan itu kan?!" jawab Aqila dengan wajah cemberut.
"Setiap Bunda tidak ingin salah jalan, mungkin karena bingung."
Support your favorite authors and translators in webnovel.com