webnovel

ayo pulang!

"Adekk ayo pulang!" ucap orang itu dingin sambil mengambil anak itu dari pangkuanku, aku pun tersentak kaget.

"Huaaa ndak mnau! adek mnaunya cama unda! huaaa," tangis anak kecil itu pecah saat dia dipisahkan dariku.

"Adekk dia bukan bunda kamu!" ucapnya lembut sambil mengecup pipi gembul anak itu dengan sayang.

"Ithu unda adek, adek mnaunya cama unda huaaa!" ucap anak kecil itu dengan tangisan yang belum reda.

"Terimakasih sudah mau menjaga anak saya, perkenalkan nama saya Zafran, ini kartu nama saya, kalau ada keperluan anda bisa menghubungi saya, terimakasih yah," ucapnya sambil membawa anak kecil itu menjauhinya dengan tangis yang semakin keras.

"Undaaa hiks.. hiks... ayah tjahat," teriaknya sambil memukul dada bidang pria itu.

Aku pun mengalihkan perhatianku menatap kartu nama yang berada ditangannya.

"Zafran Khairy Grisham, kayak pernah denger deh, tapi kapan yah?" aku pun bingung, nama ini seperti familiar ditelingaku, tapi mendadak aku lupa kapan aku mendengar nama ini.

Aku pun bodo amat, kartu nama aku masukkan tas kecil yang selalu aku pakai setiap hari itu, lalu kuambilah kunci yang ada didalam tas ku, kemudian aku pun melajukan sepeda motorku menuju rumah kecil yang aku huni selama beberapa bulan ini.

Saat melewati supermarket, aku pun menghentikan sepeda motorku dihalaman supermarket itu. Aku ingin membeli bahan bahan yang ada didapur.

Saat selesai memilih, aku pun membayar lalu melajukan kembali sepeda motorku.

Dan disinilah aku sekarang, didepan rumah kecil yang hanya cukup untuk dihuni oleh 1 orang saja.

Aku memasukkan motorku didalam ruang tamu kemudian tak lupa aku mengunci rumahku, karena sudah kebiasaan dengan rutinitasnya membuat dia tidak terlalu suka keluar luar rumah yang tidak ada tujuan apapun.

Aku pun membersihkan badanku yang sangat lengket ini, kemudian kurebahkan tubuhku dikasur kecil yang selalu menjadi teman tidurnya saat dia kelelahan seperti ini.

Saat sedang melihat lihat langit langi kamarku, aku pun teringat dengan anak kecil yang memanggilnya bunda tadi, aku pun tersenyum senyum sendiri dengan keimutan dari anak kecil itu, dan terlintaslah wajah pria tadi yang memberikannya kartu nama.

"Sangat tampan," ucapku tanpa sadar dengan apa yang aku pikirkan.

"Ihhh ngomong apaan sih lo, udah ahh mending tidur," kemudian kuambil guling yang sedari tadi aku anggurkan berada disamping badanku, dengan badan capek ku aku mengistirahatkan nya dengan memulai dari menutup mata.

*****

Disisi lain terdengar tangisan anak kecil yang tidak ada berhentinya membuat pria yang sedari tadi memangkunya menjadi pusing sendiri.

"Huaaa undaaa! ayah... unda mana ayahh..? kenapa ayah tindalin unda huaaa," tangis Cia sambil merangkul leher ayahnya yang dibuat kebingungan dengan tangisan anak kecil ini yang tidak berhenti berhenti.

"Sttt sudah sayang, bunda tadi mau pulang. Emm gini aja, gimana kalau besok kita ketemu sama bunda? sekarang adek berhenti yah nangisnya? emangnya dek nggak capek dari tadi di mobil nangis terus," bujuk Zafran, dan ajaib tangisan Cia sedikit reda membuat Zafran tersenyum lalu mengecup kedua mata putri kecilnya itu.

""Hikss... benelan yah ayah? ayah ndak bohong ktan?" tanya Cia tidak percaya sambil menatap wajah tampan ayahnya itu.

"Nggak dong sayang, sudah yah, ayooo sekarang adek mandi dulu yah?" ucap Zafran sambil mengelus rambut putri kesayangannya.

"heem," dehem Cia mengiyai ajakan ayahnya.

"Ayoo," ucap Zafran gembira sambil mengangkat badan putrinya membuat CIa tertawa terbahak-bahak.

*****

Disinilah aku sekarang, berada dicafe, kalau kalian mengira aku disini santai sambil meminum kopi, kalian salah besar. Aku disini sedang bekerja keras menjadi seorang pelayaan disebuah kafe yang memang cukup terkenal.

Setelah kemarin malam aku masih kepikiran dengan ayah dan anak yang dia temui kemarin sejenak dia lupakan. Sekarang dia harus fokus dengan pekerjaannya, dia tidak mau sampai kinerjanya tidak bagus dan bisa saja dia dipecat.

"Heeraa," panggil seorang dengan suara cemprengnya.

"Apaan sih, jangan teriak teriak disini bukan hutan," ucapku sambil memandang wajah cantik perempuan yang memanggilnya itu.

"Hehehe, Heera lo tau nggak kalau nanti kita bakal kedatangan bos kita, denger denger sih boss nya ganteng banget tahu, tapi sayang dia duda. Tapi nggak papa sih kalau ganteng mah aku terima aja," ucap gadis yang berada didepanku dengan gaya centilnya. Dia bernama Alika Kenisha, biasanya sih dipanggil nisha, dia merupakan teman baikku, tapi dia memang sangat cerewet kadang bisa buat orang kesal sendiri.

Dia seumuran denganku sehingga aku bisa akrab seperti sekarang ini.

"Trus kalau kesini emang kenapa?" ucapku bingung sambil melanjutkan mengelap meja sebelum pelanggan kesini.

"Ishh lo mah Heer nggak peka banget jadi perempuam, yah kita kan bisa caper sama si boss, kalo untung mah kita bisa deket dan dapetin si boss kan enak," ucap Nisha sambil menaiktrunkan alisnya menatapku, aku hanya menutar bola mataku malas.

"Bodo amat," ucapku sambil berlalu meninggalkan Nisha yang bengong.

"Ehhh Heer tunggu!" teriak Nisha sambil membuntutiku.

"Sekarang silahkan kalian berbaris boss dan nona kecil akan datang sebentar lagi," teriak atasanku menyuruh untuk bersiap siap dengan kedatangan seorang yang sangat sangat berpengaruh dalam cafe ini.

Dan tibalah waktunya dimana seorang pria turun dari mobil mewah dengan menggendong anak kecil yang menggemaskan.

Heera melongo, dia masih ingat bahwa pria dan anak itulah yang dia temui saat taman kemarin kenapa orang itu disini? apakah cafe ini milik pria itu?. Berbagai pertanyaan memenuhi pikiranku hingga aku tersentak saat terdengar seorang anak kecil yang memanggil dengan suara teriakan.

"undaaa," ucap nya ceria sambil menatapku, aku hanya bisa menundukkan kepala saat tatapan mataku bertubrukan dengan tatapan mata pria itu.

"Emm, sa-saya izin ketoilet sebentar," ucapku izin kepada atasan yang berada disampingku.

"Tunggu unda," ucap Cia, yah anak itu adalah Cia, anak kecil yang tiba tiba memanggilnya dengan sebutan bunda kemarin.

Cia berontak dari gendongan pria itu, lalu berlari ingin mengejarku.

"Adekk pelan pelan," teriak Zafran sambil mengejar Cia.

"Unda belhenti," teriaknya membuatku berhenti melangkah jauh.

Badan kecil itu langsung menubrukku dan memeluk kedua kakiku dengan erat.

"Telnyata ayah ndak bohong, ayah bisa temui adekk shama unda lagi," ucapnya riang sambil mendongak menatap wajahku.

Aku pun berjongkok mensejajarkan tinggi badanku.

"Adekk kok bisa ada disini hmm?" tanyaku penasaran, padahal sudah jelas jelas bahwa dia adalah putri seorang yang memiliki cafe ini.

"Adek tadi nglengek minta ketemu shama unda, telus ayah bilyang kalo nanti bakal ketemu unda tapi harus ikut ayah ke cafe dulu. Ehh telnyata benelan, adek bsisa ketemu unda, horeeee," riangnya membuat aku tak sabar mencium pipi gembul Cia.

Tanpa mereka sadari, mereka sedang diperhatikan oleh seorang pria yang tiba tiba tersenyum dengan kebahagiaan anaknya.

"Adekk."