webnovel

Kamar Kita

Djaka memberikan kunci kamar tersebut kepada Zaskia sesuai dengan apa yang ia janjikan sebelumnya. Zaskia begitu girang saat mendapatkannya. Dengan bergegas ia masuk kedalam kamar tersebut dan segera menutupnya dengan kasar. Tak lupa Zaskia juga menguncinya kembali dan membuang kuncinya ke atas tempat tidur dengan asal.

Perempuan itu melihat kesekeliling dan mendapati kamar yang rupanya sangat luas tersebut. Di luar dugaan kamar tersebut sudah sangat bersih dan sangat rapi tak seperti di luar yang sangat berantakan hingga dirinya dipaksa untuk harus membersihkan dan merapikannya sekalipun ia membenci hal tersebut.

Zaskia mengedarkan pandangannya dan cukup tertegun dengan kamar itu karena di dalamnya tak terlalu banyak barang seperti layaknya sebuah hunian. Tapi paling tidak kini dirinya sudah bisa bernapas lega. Zaskia membaringkan tubuhnya di atas sebuah tempat tidur yang super besar dan sangat empuk tersebut. Ia berguling-guling dari kiri ke kanan dan kembali dari kanan ke kiri. Kasur itu sangat nyaman membuatnya ingin segera menidurinya. Namun Zaskia mengurungkan niatnya karena ia perlu mandi terlebih dahulu sebelum tidur. Ia ingin merasa bersih dan nyaman sebelum memejamkan matanya.

Zaskia bergegas menuju kamar mandi yang ada di dalam kamar tersebut. Kamar mandi yang cukup luas namun sayangnya tak ada fasilitas lengkap seperti di kamarnya. Tak ada bath up yang bisa ia gunakan untuk berendam. Ya… Zaskia memaklumi hal itu tak mungkin juga ia menuntut sebuah fasilitas mewah di sebuah ruko penjual bakso.

Selama mandi Zaskia mengingat semua perlakuan Djaka kepadanya. Bagaimana mungkin baru sehari menjadi suaminya Djaka sudah berani memerintah seorang Zaskia yang bahkan sebelumnya hidup bak seorang putri di kediamannya namun justru di paksa mejadi jongos di kedai suaminya. Didalam kamar mandi ia benar-benar merutuki suaminya yang bahkan sangat keterlaluan kepada dirinya yang telah membungkus kepalanya dengan sebuah keresek merah besar yang begitu memalukan.

"Huhh… kurang ajar sekali si Joko, dia gak tau aja kalau perawatan rambutku ini mahal, dan berani-beraninya dia menutup kepalaku, rambutku dengan kantung menjijikkan itu, yang entah itu bekas apa? Iuuhhh dia benar-benar jorok dan keterlaluan. Awas aja nanti jika ada kesempatan akan ku balas perbuatannya kepadaku." Keluh Zaskia sambil berdecak kesal karena kelakuan suaminya yang keterlaluan.

Zaskia membungkus rambutnya yang basah dengan handuk putih sementara ia juga melilitkan handuk dengan warna senada di tubuhnya. Handuknya tak terlalu lebar sehingga hanya menutupi area dada hingga ke bawah sebatas tepat di bawah pantatnya.

"Hmmm … Hemm … hemm…" Zaskia bersenandung saat keluar dari kamar mandi dengan santainya ia melangkah dengan hanya menutupi tubuhnya seadanya seperti itu, dan menampakkan sebagaian tubuh putih mulusnya.

"Sudah selesai mandinya? Kamu mandi apa semedi?" ucap seseorang yang duduk di tepian ranjang sambil memainkan kunci di tangannya yang menimbulkan suara kemericing.

"Kau? Bagaimana kau bisa ada di sini? Bagaimana, bagaimana kau bisa masuk ke kamar ini?" Zaskia benar-benar terkejut, ia terperanjat saat melihat sosok Djaka yang kini ada di dalam kamar tersebut, padahal seingatnya ia sudah mengunci kamar dan bahkan melempar kuncinya dengan kasar ke atas tempat tidur. Lalu, bagaimana mungin sekarang pria tersebut bisa masuk? Batin Zaskia dengan heran dan penasaran.

"Apa kau lupa jika ini adalah rumahku? Kau lihat ini?" Djaka menunjukkan segerombol kunci yang kini ia mainkan di tangannya. "Kau pasti heran bagaimana aku bisa masuk kan? Asal kau tau saja, aku bahkan punya 3 duplikat kunci kamar ini." Mendengar hal itu Zaskia hanya bisa tercengang karena ia bahkan sama sekali tak pernah memikirkan sampai ke sana.

"Lalu apa yang kau lakukan disini? Aku mau tidur dan istirahat, jadi lebih baik kau keluar dari kamar ini karena aku juga mau ganti baju." Tukas Zaskia yang sebenarnya berusaha untuk mengusir Djaka.

"Ini kan kamar kita, jadi bukan hanya kau yang berhak untuk tidur dan istirahat di kamar ini, tapi aku juga. Dan, kita akan tidur disini, di atas Kasur ini berdua, bersama." Djaka mengakhiri kalimatnya dengan sebuah senyuman tipis yang membuat Zaskia semakin muak, ia bahkan merasa ingin muntah melihat ekspresi pria tersebut yang tampak sangat menjengkelkan.

Dan lagi-lagi kini Zaskia membayangkan jika mereka harus tinggal lagi di atas tempat tidur yang sama dan di dalam sebuah kamar yang sama. Ini memang benar-benar tak bisa Zaskia terima dan ia tak suka seperti ini walaupun sebenarnya ia sadar jika mereka adalah pasangan suami istri yang memang sudah selayaknya untuk tinggal bersama dan juga tidur bersama.

"Gak, aku gak mau. Kau bisa tidur di tempat lain! Yang jelas malam ini aku mau tidur sendiri di kamar ini, tanpa kamu." Ucap Zaskia penuh percaya diri.

Namun bukannya pergi Djaka justru membaringkan tubuhnya dengan santai dan menikmati Kasur empuk itu dengan sangat nyaman bahkan seolah mengiming-imingi Zaskia yang semakin tercengang menatap kelakuan Djaka. Djaka berguling kesana kemari yang semakin membuat Zaskia kesal.

"Huh.. kau memang sangat menyebalkan."

Zaskia dengan kesal mengambil pakaian dari dalam kopernya denga nasal lalu kembali ke kamar mandi untuk mengganti pakaiannya karena tentu saja ia tak ingin bertelanjang di depan pria menjengkelkan yang akan membuat hari-hari Zaskia serasa seperti neraka.

Tanpa butuh waktu lama kini Zaskia sudah keluar dari bilik kamar mandi dengan penampilan yang Fresh dan wangi. Ia melangkahkan kaki sambil mengeringkan rambut panjangnya dengan handuk.

"Joko, apakah kau punya hair dryer?"

"Ada, itu…" Djaka menunjuk pada benda di sudut ruangan tersebut yang membuat Zaskia otomatis membelalakkan matanya.

"Apakah kau bercanda? Aku mencari Hairdryer dan kau menunjukkan jendela kepadaku?"

"Ya, itulah angin alami." Jawab Djaka dengan singkat. Zaskia sendiri hanya menghentakkan kakinya sebagai ekspresi kesalnya.

"Apakah kau yakin kau akan memakai pakaian itu?" Djaka menatap penampilan Zaskia dengan balutan pakaian yang di kenakan istrinya tersebut. Sebuah penampilan sederhana dengan kaos oblong berwarna putih dan juga celana pendek.

"Memangnya apa yang salah?" tanay Zaskia dengan polos karena ia memang benar-benar tak merasa ada yang salah dengan pakaiannya.

"Pakaianmu itu terlalu terbuka,"

"Lalu memangnya kau ingin aku memakai pakaian tertutup juga di dalam kamar? Aku kan juga butuh kebebasan dan harus melulu menuruti keinginanmu."

"Ya, mungkin kau benar juga. Hanya saja, apakah kau lupa jika kita tak hanya ada berdua di tempat ini. Di bawah ada 7 manusia lain yang merupakan pegawaiku. Dan ada puluhan orang yang silih berganti datang ke kedaiku. Aku hanya takut kau lupa dan berkeliaran di bawah dengan pakaian seperti ini. Apakah kau ingin aku membungkusmu lagi seperti tadi?"