webnovel

Terjerat Cinta Anak Pungut

~Anak Pungut~ Sakit sekali rasanya saat mendengar dua kata itu terlontar dengan jelas, sakit sekali rasanya saat aku tahu jika aku adalah anak pungut. Anaya, semasa hidupnya ia selalu bahagia bersama dengan kedua orang tuanya, meski ada saudara yang begitu membencinya tapi Anaya tetap bahagia. Anaya semakin merasa bahagia karena memiliki Haikal sebagai kekasihnya, Haikal lelaki baik dan penuh kasih sayang, itulah yang membuat Anaya merasa sangat beruntung. Tapi semua hancur saat Anaya mengetahui jika dirinya hanya anak pungut, Anaya hanya bayi yang ditemukan di dalam kantong keresek di semak rerumputan. Haikal jadi menjauhinya dan lebih memilih Sasya saudara Anaya yang jelas asal usulnya, Anaya kehilangan separuh semangat hidupnya karena Haikal yang meninggalkannya. Hingga suatu hari, kenyataan yang sama pun didapatkan Haikal, Haikal bukan anak kandung dari kedua orang tuanya dalam kata lain, Haikal juga hanya anak pungut saja. Saat itu, Haikal merasakan apa yang dirasakan Anaya sebelumnya, merasa diasingkan dan tidak berharga. Kenyataan itu Haikal ketahui saat Anaya telah menemukan semangat baru untuk harinya, lelaki baru yang menjadi pasangannya, dan yang bisa membahagiakannya. Haikal tidak terima dengan itu, pertemuan mereka malam itu telah membuat Haikal merasa menyesal telah meninggalkan Anaya hanya karena Anaya anak pungut. Apakah Haikal akan kembali pada Anaya, atau mungkin Haikal akan tetap bersama Sasya?. Apakah Sasya akan tetap menerima Haikal, saat tahu jika Haikal tak ada beda dengan Anaya?. . . Yuk baca, semoga suka, maaf kalau cerita kurang menarik soalnya masih belajar. Dan tolong tinggalkan pesan untuk semangat author ya. Terimakasih, salam ~mentari93_~

mentari93_ · สมัยใหม่
เรตติ้งไม่พอ
9 Chs

Bab4. Jadi Benar

"Dokter .... Dokter tolong Dokter," teriak Rosi panik.

Tak lama dokter pun datang menghampiri.

"Ada apa, Bu."

"Tolong, anak saya sudah sadar dan dia bilang kepalanya sakit."

Dokter mengangguk dan langsung memasuki ruanganya, Rosi juga turut masuk bersamaan dengan suster yang ternyata menyusul dokter tadi.

Rosi diam melihat dokter yang sedang memeriksa Anaya, semoga saja tidak ada hal serius yang dialami Anaya karena kecelakaan kemarin malam.

"Sudah ya," ucap dokter.

"Bagaimana Dokter, anak saya kenapa?"

"Tidak apa-apa Bu, sakitnya memang akan terasa karena benturan itu, tapi bukan masalah serius."

"Anaya tidak mengalami luka dalam kan?"

"Tidak, Bu."

"Syukurlah."

"Nanti akan ada obat penahan rasa sakit, diminum dan jangan dulu banyak bergerak."

"Baik, Dokter."

"Ya sudah, kalau gitu saya permisi."

"Iya, terimakasih."

"Sus, kirimkan nanti obat beserta makannya kesini."

"Baik, Dok."

Keduanya lantas berlalu meninggalkan ruangan, Rosi langsung duduk di samping Anaya.

"Mamah senang kamu gak mengalami luka serius."

Anaya berpaling, kenapa Anaya masih ada di dunia, dan kenapa harus kembali melihat Rosi sekarang.

"Anaya."

"Pergi saja, Anaya kan bukan anak Mamah, jadi tidak perlu pedulikan Anaya."

"Anaya, jangan berkata seperti itu."

"Tapi itu kan kebenarannya."

"Anaya."

"Mamah kenapa sih, gak katakan ini sejak dulu, Mamah tahu kan kalau Sasya membenci Anaya sejak dulu."

"Untuk apa Mamah katakan ini."

"Untuk apa Mamah bilang, jadi Mamah lebih senang melihat Anaya setiap saat ribut dengan Sasya."

"Bukan seperti itu, Anaya."

"Anaya mau sendiri, lebih baik Mamah pulang saja dan urus Sasya, tidak perlu lagi peduli pada Anaya."

Rosi diam, kenapa Anaya jadi membencinya sekarang, padahal Rosi tidak pernah membenci Anaya.

Rosi selalu memperlakukan Anaya dengan baik, bahkan lebih baik dari pada Sasya anaknya sendiri.

"Anaya, Mamah ...."

"Permisi," suara Haikal berhasil menghentikan kalimat Rosi.

Keduanya menoleh bersamaan, Haikal berjalan dan menghampiri keduanya, Anaya berpaling menghindari tatapan Haikal.

"Anaya, kamu baik-baik saja?"

Anaya tak menjawab, Anaya tidak mau bertemu siapa pun sekarang, bahkan Rosi pun sudah Anaya minta untuk pergi saja.

"Anaya."

"Pergi, pergi aku tidak mau ada kalian disini."

Haikal dan Rosi saling lirik, beberapa saat kemudian Rosi mengajak Haikal keluar dan meninggalkan Anaya.

Anaya menoleh menatap kepergian keduanya, air matanya menetes begitu saja, kenapa orang tua yang begitu menyayanginya selama ini, ternyata bukan orang tua kandungnya.

Anaya hanya anak pungut yang tak sengaja ditemukan oleh mereka, tapi kenapa mereka begitu menyayangi Anaya sampai membuat Anaya tak sadar jika bukan anak kandung mereka.

"Kenapa Tuhan?"

Anaya menutup kedua mata dengan satu tangannya, tangis itu pecah saat ingatannya memutar semua kalimat yang dilontarkan Sasya kemarin malam.

Anaya hanya bayi yang ditemukan di semak rerumputan, dan hanya terbungkus keresek saja, tanpa apa pun dan bahkan tanpa baju.

Sejahat itu orang tua kandung Anaya, bisa sekali membuang Anaya dengan sangat tidak baik seperti itu.

"Aaa ...." jerit Anaya seraya memukulkan tangannya ke ranjang.

Anaya sangat paham sekarang, kenapa Sasya begitu membencinya, dan Anaya juga akan melakukan hal yang sama jika ada di posisi Sasya.

Anaya akan membenci Sasya saat Anaya tahu jika Sasya hanya anak pungut, anak pungut yang merebut orang tua kandungnya, merebut semua perhatian dan kasih sayang mereka.

"Sasya memang pantas melakukan itu, dan aku juga pantas diperlakukan seperti itu, aku memang tidak tahu diri telah merebut semuanya milik Sasya."

----

"Ada apa ini, Tante?" tanya Haikal.

Rosi tak menjawab, dan memilih untuk duduk saja, Haikal juga turut duduk dan kembali mengulang pertanyaannya.

Rosi menoleh dan menatap Haikal tanpa celah, apa harus Rosi yang mengatakan semuanya, atau biarkan saja Anaya yang akan katakan.

"Kenapa, Tante kenapa diam saja?"

Rosi menggeleng dan berpaling, tidak perlu, lebih baik biarkan Anaya yang katakan semuanya pada Haikal, Rosi tidak perlu ikut campur masalah hubungan mereka.

"Tante, ada apa?"

"Tidak ada apa-apa, Tante tidak apa-apa."

Haikal mengangguk dan melihat sekitar, kenapa tidak ada Firman di sana, kemana lelaki itu sekarang, apa mungkin telah terjadi masalah besar dalam keluarga mereka.

"Tante, apa aku boleh bertanya?"

"Tanyakan saja, ada apa?"

"Apa benar Anaya hanya anak angkat Tante dan Om?"

Rosi seketika manatap Haikal lagi, kenapa bisa Haikal bertanya seperti itu, dari mana Haikal tahu tentang itu.

"Jawab Tante, dan tolong jelaskan."

"Kenapa kamu bertanya seperti itu?"

"Sasya yang katakan itu sama aku, Sasya bilang kalau Anaya hanya bayi yang Tante bawa dari semak rerumputan, dan Tante rawat sampai sekarang."

Rosi diam, benar-benat keterlaluan anak itu, berani sekali Sasya mengatakan semua itu pada Haikal.

"Tante, tolong jawab."

"Iya, memangnya kenapa kalau Anaya hanya anak pungut Tante dan Om?"

Haikal mengernyit, kenapa Rosi justru membenarkan semua itu, padahal Haikal sudah berusaha menepis pernyataan Sasya tadi.

"Kamu juga akan membenci Anaya setelah kamu tahu tentang ini?"

"Tante, tapi itu gak mungkin, bagaimana mungkin Anaya anak angkat."

"Itu memang benar, Anaya memang Tante temukan di semak rerumputan, Anaya bukan lahir dari rahim Tante."

Haikal memejamkan matanya seraya berpaling, kenapa harus Anaya, kenapa tidak Sasya saja yang anak pungut.

"Kenapa, Haikal?"

Haikal menggeleng, apa yang harus difikirkan olehnya sekarang.

"Kamu akan membenci Anaya hanya karena statusnya itu?"

Haikal tak menjawab, ucapan Sasya sangatlah mengganggunya, Haikal akan malu jika memiliki kekasih yang tak jelas asal usulnya.

Dan begitu juga keluarganya, mereka akan kena imbas dari itu semua, Haikal tidak bisa kalau sampai itu terjadi.

"Haikal, Anaya memang bukan anak kandung Tante, tapi kamu kenal Anaya seperti apa, dia wanita baik dan seharusnya kamu mengutamakam kebaikannya dari pada statusnya."

Haikal tetap diam, tentu saja Haikal tahu jika Anaya wanita baik-baik, itu juga yang membuat Haikal begitu mencintainya.

Tapi ini lain cerita, apa kata orang nanti jika seorang Haikal memiliki kekasih yang bahakn tidak tahu dimana keluarganya sendiri.

Dan bagaimana kalau ternyata benar, Anaya adalah anak haram dari kelakuan hina orang tuanya, sehingga Anaya dibuang.

Kalau semua itu terbongkar dan terbukti benar, Haikal akan malu, begitu juga dengan orang tuanya.

"Haikal."

"Aku memang sangat mencintai Anaya, tapi Anaya anak kandung Tante, bukan anak pungut."

Rosi mengangkat kedua alisnya menatap Haikal, kenapa seperti itu, jadi benar jika Haikal juga akan turut membenci Anaya setelah hari ini.

Bagaimana bisa Anaya terima semua itu, Anaya pasti akan semakin terluka dan terpuruk karena kenyataannya saat ini.

"Kamu mau turut membuang Anaya, hanya karena dia anak pungut?"