"Maaf, Anda siapa ya? Sayang, dia ini siapa? Kok bisa ada di rumah kita?" tanya Daniel kepada Queen, seakan kebingungan.
"Sayang! Kenapa kamu tanya seperti itu? Aku inikan kekasihmu. Udah deh jangan becanda," sahut Rose dengan ketus.
"Apa? Kekasih? Maaf, mungkin Anda salah orang. Aku bukan kekasih yang kau sebut. Lagipula kita tidak kenal. Ya sudahlah kalau begitu yuk, Sayang! Kita pergi daripada berurusan dengan wanita ini yang tidak jelas asal-usulnya ini. Datang-datang main ngaku pacar orang," ketus Daniel sembari menarik pergelangan tangan Queen.
Daniel dengan sengaja berlalu begitu saja sembari menarik pergelangan Queen, tapi di saat itu pula Rose dengan cepat mengejar mereka berdua hingga menghentikannya.
"Tunggu, Daniel! Kalian tidak bisa seperti itu denganku!" Dengan cepat Rose berlari sembari berteriak dengan suara keras hingga membuat Daniel membuat Daniel kembali menghentikan langkahnya.
"Apalagi? Bukankah aku menyuruhmu pergi? Lalu untuk apa lagi kamu di sini?" tanya Daniel tanpa menoleh kebelakang.
"Aku ini kekasihmu! Jadi kamu tidak bisa bersikap seperti itu denganku. Apalagi dengan wanita ini. Benar-benar memuakkan!" Begitu tanggap tangan Rose sampai berniat menampar pipi Queen, namun dengan cepat Daniel menangkap tangan itu.
"Jangan sentuh istriku dengan tangan kotor mu itu!" bentak Daniel hingga membuat Queen terharu mendengarnya.
'Apa hari ini aku sedang bermimpi? Sejak tadi Daniel terus bersikap manis denganku. Rasanya sangat aneh. Dulu aku seperti budak yang sama sekali tidak berharga, tapi sekarang dia menjadikan aku ratunya. Haruskah aku bangga atau biasa saja?' batin Queen di saat melihat perdebatan mereka.
Rose begitu kesal bahkan ia tidak ingin juga pergi meski berkali-kali Daniel mengusirnya. Hingga pada akhirnya Rose terus berusaha menghentikan langkahnya lalu dengan cepat Daniel menyeret wanita itu dengan kasar hingga di bawa keluar. Sedangkan Queen hanya menjadi penonton.
Tiba di luar pintu, Daniel menyeretnya sampai Rose terjatuh. Dengan tatapan tajam Daniel memandang wajah itu lalu berkata. "Enyahlah dari tempatku dan jangan menginjakkan kaki mu lagi di sini."
"Aku tidak mau meski berkali-kali kamu memaksa aku tetap tidak ingin pergi. Lagipula memangnya kenapa? Aku ini kekasihmu jadi kumohon sadarlah," sahut Rose dengan cepat.
"Kita tidak punya hubungan apapun walau kamu mengakuinya, tapi aku tidak mengenalmu. Jika kamu ingin tetap di sini ya sudah ikut membeku 'lah di sini." Tanpa rasa kasihan Daniel terus tidak memperdulikan apapun yang keluar dari mulut Rose, hingga akhirnya ia menarik pintu dengan keras lalu menguncinya. Sampai membuat wanita itu begitu kesal.
Rose berdiri mematung dengan terus menatap kedepan, ia terus menatap kearah pintu yang sudah tidak dapat ia masuki lagi. Lalu dengan perlahan dirinya mengusap air mata yang perlahan mulai jatuh membasahi wajahnya. Ia pun bergumam. "Kisah ini akan kuingat sampai kapanpun. Lihat saja, Daniel. Aku tidak akan tinggal diam untuk melihat kebahagiaan kalian. Karena yang seharusnya menjadi milikku akan tetap milikku tanpa boleh orang lain miliki, camkan itu."
Setelah mengatakan itu dengan menyakinkan diri Rose berjalan di sepanjang tumpukan salju tanpa memakai pakaian tebal untuk menutupi tubuhnya yang kedinginan. Ia terus berjalan meski dirinya tidak tahu arah harus kemana.
Lain halnya dengan Daniel, saat mengetahui bahwa Rose telah benar-benar pergi dari hidupnya, ia merasa lega hingga batinnya berkata. 'Satu masalah sudah selesai, selanjutnya aku akan mengurus kepentingan perusahaan ku yang sudah setengah di kuasai oleh wanita itu. Rose, kamu akan membayar semuanya. Lihat saja satu persen pun tidak akan pernah bisa kamu dapatkan lagi.'
Merasa puas dengan apa yang sudah ia lakukan, lalu Daniel berniat kembali kearah Queen. Namun, baru saat mencoba berbalik arah tiba-tiba saja Queen sudah berada di belakang tubuhnya hingga membuat Daniel sedikit terkejut. Tapi, di saat itu juga Queen melipatkan kedua tangan di dadanya lalu ia bertanya.
"Aneh sekali, kenapa dia harus di usir?" Tanpa aba-aba dengan tiba-tiba Queen bertanya.
"Um, Sayang. Kamu kan sudah tahu kalau dia mencoba menganggu kita. Lagipula aku tidak mengenalnya jadi tidak perlu terlalu kamu pikirkan. Oh ya bagaimana jika aku memijit punggungmu? Kamu pasti kelelahan apalagi sudah begitu lama menungguku sadar di rumah sakit. Apa kamu mau?" Dengan wajah tanpa dosa Daniel mencoba mencari kesempatan hingga membuat matanya terlihat gemas.
"Ya-ya baiklah aku mau, tapi bisakah kita sarapan dulu aku lapar sekali," sahut Queen sembari memegang perutnya.
"Tentu saja, Sayang. Kalau begitu biar ku buatkan makanan spesial untukmu. Ah ya sudahlah Tuan Putri sebaiknya tunggu di sini saja ya. Biarkan pangeran yang memanjakan mu," ucap Daniel dengan penuh rayuan.
"Ihh dasar. Ya sudahlah sana buatkan yang enak untukku."
Perkataan Daniel membuat resah yang sejak tadi bertahta di hati Queen, kian terusir hingga ketenangan mulai terasa di hatinya. Pria itu pun menatap Queen dengan senyum yang mulai mengembang dari kedua sudut bibirnya. Hingga akhirnya Daniel meninggalkan sendirian di depan televisi sembari menunggu makanan spesial datang. Namun, hati Queen masih berkecamuk saat mengingat semua perkataan manis yang hari ini suaminya perdengarkan.
'Jika memang aku hanya bermimpi maka biarkan aku terus berada di mimpi itu atau jika aku hanya berhalusinasi, jangan biarkan pikiran itu pudar dari benakku. Suamiku, kau tahu, aku sangat mencintaimu bahkan sejak kepedulian mu tidak pernah ada untukku. Rasanya sangat ingin kamu tahu tentang kejujuran ini, tapi rasanya tidak mungkin. Sudahlah aku juga bahagia dengan perhatian kecil yang selama ini kuinginkan meskipun aku sadar bahwa perhatian ini hanya kau berikan karena dirimu sedang tidak baik-baik saja, tapi jika aku boleh meminta kepada Tuhan. Aku berharap kamu terus hilang ingatan untuk bisa terus menyayangiku walaupun aku tahu kasih sayang ini bukanlah cinta yang tulus darimu,' batinnya berkata di saat pandangannya fokus kedepan namun pikirannya bermain di tempat lain.
Saat sedang mencoba membayangkan beberapa hal yang membuatnya resah, Queen berjalan beberapa langkah sampai akhirnya ia berhenti di dekat jendela kamarnya. Namun, tiba-tiba suara dering ponsel membuat lamunannya buyar. Ia pun berbalik arah lalu mengambil ponsel.
"Darrel menghubungiku? Ada apa ya? Tumben sekali dia," gumam Queen kebingungan sembari mengangkat ponselnya.
"Hallo, Darrel."
"Hay, Queen. Bolehkah aku berbicara denganmu sebentar? Um, maksudnya apa kamu tidak sedang sibuk?" tanya Darrel memastikan lewat ponsel.
"Oh ya tentu saja tidak ada kesibukan, tapi tumben sekali. Apa ada sesuatu?"
"Tidak, tidak, aku hanya ingin mengetahui tentang kabarmu saja um ... dengan suamimu. Apa dia sudah lebih membaik?"
"Dia sudah membaik bahkan jauh lebih baik dari sebelumnya, hanya saja ... ah tidak apa-apa," jawab Queen mencoba untuk menyembunyikan sesuatu.
Mendengar hal itu membuat Darrel terdiam beberapa saat, lalu dia kembali biasa saja. Tapi, hal itu membuat Queen terheran saat tidak ada lagi sahutan dari Darrel.