webnovel

14. Kekesalan Max

Bagai tersambar petir, Netta terkejut melihat Max berada di hadapannya dengan tatapan yang tidak bisa diartikan. Begitu juga dengan Max, saat Sam mengatakan nama tunangannya, dia berharap dalam hati agar tunangan Sam bukan Netta adik Kenzi. Tapi harapannya musnah seketika setelah mata mereka bertemu, dia melihat wanita itu adalah benar Netta adik Kenzi. Mata mereka bersirobok, Netta begitu merindukan pria dihadapannya itu, terutama bibir Max yang selama ini selalu membuatnya tidak dapat memejamkan mata saat mengingatnya." Honey, kenalkan ini Max! Dia sepupuku!" kata Sam sambil memeluk pinggang Netta. Netta yang pada awalnya merasa tidak enak karena sikap Sam, langsung membiarkan saja saat melihat Max yang terlihat cuek tanpa ekspresi, masih sama seperti beberapa bulan yang lalu saat mereka terakhir bertemu.

" Hai! Aku Netta!" sapa Netta seperti tidak terjadi apa-apa.

" Max!" jawab Max menyambut uluran tangan Netta. Netta merasakan kehangatan merasuk dalam hatinya saat tangan Max menyentuh tangannya.

" Bagaimana menurut lo? Dia sangat sempurna bukan?" kata Sam menatap Netta dengan mesranya. Max kembali menatap Netta dangan tajam, lama tidak melihat Netta, membuat Max terpesona akan kecantikan gadis itu. Netta memang benar-benar cantik, lama tidak melihatnya dia semakin terlihat cantik dan...seksi saja. Max hampir saja lupa jika dia telah menikah dan Netta adalah tunangan dari sepupunya. Netta yang ditatap seperti itu jadi salah tingkah dan mengalihkan wajahnya pada Sam, Netta tersenyum pada Sam dan membelai pipi Sam.

" Kamu sudah makan?" tanya Netta lembut.

" Masih makan, honey!" jawab Sam mengecup punggung tangan Netta yang mengelus pipinya.

" Apa kamu akan mengantarku?" tanya Netta.

" Tentu saja, Honey! Aku telah selesai meeting!" jawab Sam dengan tersenyum.

" Apa lo mau pergi padahal meeting ini belum mencapai sepakat?" tanya Max sinis.

" Kita lanjut besok, Max!" jawab Sam.

" Cih! Apa tunangan lo itu nggak bisa membedakan antara kerja dan kesenangan?" sindir Max. Netta tahu jika Max sedang menyindirnya, ditahannya sakit di hatinya.

" Dia benar, Sam! Aku pulang sendiri saja!" kata Netta tahu diri.

" Dasar perayu!" gumam Max.

" Maaf, ya, honey!" kata Sam.

" Iya, Sam! Atau aku tunggu saja di pojok buku!" kata Netta.

" Ok! Aku akan secepatnya menyelesaikan semua, honey!" jawab Sam, lalu Netta pergi ke pojok buku, tempat yang masih berada di dalam resto dimana orang bisa membaca buku disana sambil menunggu temannya. Kebetulan tempat itu tidak jauh dari tempat mereka duduk saat ini. Max melirik Netta yang sedang berjalan dengan anggunnya, dia saat itu memakai mini dress off shoulder berwarna putih dengan garis hitam di bagian bawah. Cantin! batin Max memejamkan matanya, sekilas terlintas bayangan saat mereka berciuman. Ada apa dengan gue? Dasar wanita jalang! batin Max.

" Apa kita bisa mulai lagi?" tanya Frank.

" Iya, Pa!" jawab Sam. Kemudian mereka melanjutkan pembicaraan tentang proyek itu dan memang benar, Sam lebih banyak setuju karena dia ingin segera mengantarkan Netta pergi.

" Apa sudah selesai semua?" tanya Sam.

" Hebat juga tunangan lo! Bisa membuat seorang Sam sedikit bicara!" sindir Max yang benar-benar terkejut dengan sikap Sam yang berubah total.

" Kalau sudah, gue akan pergi!" kata Sam.

" Cukup, son! Pergilah!" kata Frank. Sam berdiri lalu menatap Netta dengan penuh cinta. Netta yang kebetulan melihat, meletakkan bukunya dan menghampiri mereka. Max meliriknya tanpa berkedip.

" Apa sudah selesai?" tanya Netta.

" Sudah, honey!" jawab Sam tersenyum.

" Honey, Apa besok kamu jadi ke Perth?" tanya Sam lembut sambil memegang tangan Netta. Max melirik keduanya sebentar saja. Hatinya entah mengapa sangat marah. Ada apa dengan gue? Tidak! Gue sangat membenci dia! Gue akan balas semua perbuatan kakaknya! batin Max mengepalkan tangannya di bawah meja. Feri mengamati setiap gerak-gerik Bosnya, dia yakin jika sesuatu telah terjadi padanya.

" Jadi, Sam!" jawab Netta tersenyum. Sangat cantik! batin Max.

" Aku tidak bisa mengantarmu, honey! Aku ada proyek yang harus dikunjungi dengan Max, jadi aku harus professional!" kata Sam sedih.

" Tidak apa-apa! Aku hanya 3 hari saja, Sam! Kalo pekerjaanmu sudah selesai dan aku belum, kau bisa menyusulku kesana!" kata Netta lembut. Entah mengapa Max menjadi muak melihat kemesraan mereka berdua. Darahnya mendidih melihat senyum Netta, mendadak dia jadi teringat perbuatan Kenzi pada Vina. Brengsek! Kakak dengan adik sama saja kelakuannya! batin Max.

" Max!" panggil Sam.

" Ya?" sahut Max kaget tapi masih bisa mengendalikan dirinya yang memikirkan Netta.

" Bagaimana tunanganku?" tanya Sam.

" Biasa aja!" kata Max dengan tegas.

Netta yang mendengar ucapan Max langsung merasa sedih dan kembali merasakan sakit hati. Luka yang selama ini sedikit demi sedikit terobati, kini kembali terbuka. Ternyata Max memang tidak pernah melihat apalagi meliriknya walau setelah sekian lama.

" Dia lebih segalanya dari istri lo!" sindir Sam.

" Lo...!" kata Max menahan amarah.

" Apa lo yakin dia gadis baik-baik?" sindir Max.

" Gue yakin!" jawab Sam mantap.

" Jangan sampai lo mengalami apa yang gue alami!" kata Max dingin.

" Gue bukan lo!" jawab Sam tegas.

" Cih!"

" Gue nggak perduli tentang siapa dia dulu! Karna gue sangat mencintai dia!" jawab Sam. Netta bertekad tidak akan lagi berharap atau mencoba untuk memperdulikan Max. Dia sekarang ingin fokus dengan karir dan hubungannya dengan Sam. Sam begitu baik dan begitu mencintainya, bahkan dia sangat menjaga kehormatannya. Sam tidak pernah memaksakan kehendaknya dalam hal apapun pada Netta. Netta sudah bertekad mulai detik ini dia tidak akan lagi mengharapkan ataupun memikirkan sesuatu hal yang berhubungan dengan Max.

" Kita pergi, honey?" tanya Sam.

" Ayo!" jawab Netta.

" Aku pergi dulu, pa!" kata Sam lalu memeluk Frank.

" Iya, son! Hati-hati!" jawab Frank.

" Netta pergi dulu, Om!" pamit Netta.

" Iya, Net! Hati-hati!" jawab Frank.

" Iya, Pa!" jawab Sam. Lalu mereka berdua bergandengan tangan, Sam tepatnya yang menggandeng tangan Netta sambil melirik ke arah Max. Tiba-tiba hati Max terasa sakit dan panas, tangannya mengepal sempurna dibawah meja melihat tatapan mata Sam yang seolah menghinanya..

" Apa kamu akan pergi juga?" tanya Frank.

" Apa masih ada yang akan kita bicarakan lagi?" tanya Max pada Frank.

" Bagaimana kabar orang tuamu?" tanya Frank.

" Mereka baik-baik saja!" jawab Max.

" Baguslah! Aku dengar mama dan papamu baru pulang dari Bali!" kata Frank lagi.

" Iya! Mereka kesana karena ada teman papa yang anaknya melahirkan!" kata Max.

" Dan kamu? Apa kalian menunda memiliki anak?" tanya Frank lagi.

" Tidak! Tapi memang kami masih sibuk, jadi mungkin faktor kelelahan!" jawab Max gamblang.

" Om selalu mendo'akan yang terbaik buat kalian!" kata Frank tulus.

" Trima kasih, Om!" sahut Max datar.

" Kalau begitu sampaikan salam om pada mereka jika mereka telah kembali!" kata Frank.

" Baik, Om!" jawab Max.

" Kalau mau pergi, pergi saja!" kata Frank.

" Kita Pergi!" kata Max pada Feri, lalu berdiri tanpa berpamitan pada Frank. Frank hanya bisa geleng-geleng kepala saja. Feri menganggukkan kepalanya pada Frank dan dibalas dengan anggukan pula oleh Frank.