webnovel

11. Mabuk

Akhirnya seminggu kemudian Kenzi berangkat terlebih dahulu ke Spanyol dan Vina menyusul seminggu kemudian karena dia harus menyelesaikan pesanan pakaian dari Jepang dahulu.

" Kamu jaga diri baik-baik, sayang!" kata Max memeluk Vina.

" Iya! Jangan lebay, deh! Ada Kenzi disana, dia pasti akan menjagaku, sayang!" kata Vina.

" Jangan terlalu dekat dengan Kenzi! Aku bisa cemburu!" kata Max tersirat.

" Astaga, Max! Dia itu sahabatku! Kita sudah seperti saudara, masa iya kamu cemburu!" jawab Vina sebel.

" Kamu selalu membicarakan dia, sayang!" ucap Max.

" Sudahlah! Cemburumu nggak beralasan, Max! Aku harus pergi! Awas! Jangan berani-berani melirik atau bermain dengan wanita lain!" kata Vina tegas.

" Kamu tahu kalo itu tidak mungkin terjadi! Aku sangat tergila-gila padamu, sayang! Aku sangat mencintaimu Ervina!" kata Max merayu.

" Iya, aku tahu! Semut aja tahu! Aku pergi dulu, udah ada panggilan tuh!" kata Vina saat panggilan untuk pesawat yang ditumpanginya terdengar. Kemudian dia mencium suaminya dan pergi.

" I love you so much!" teriak Max. Vina hanya melambaikan tangannya dan memberikan ciuman jauh.

Sejak Vina pergi, Max tenggelam dalam pekerjaannya, karena sejak dia menerima proyek dari Frank, ternyata banyak perusahaan yang mengetahuinya dan mereka menjadi tertarik untuk mengajak kerjasama dalam proyek-proyek besar.

" Kennnnn!" teriak Vina sambil berlari-larian. Tapi Kenzi seolah tidak mendengar, dia terus mencipratkan air ke wajah Vina. Dengan cepat, Vina berlari-lari berusaha mendekati Kenzi dan memeluk Kenzi erat saat tubuh mereka bertemu.

" Gue jadi basah!" ucap Vina cemberut.

" Gue juga!" balas Kenzi.

" Lihatlah pakaian gue!" kata Vina lalu melepaskan pelukannya. Kenzi melihat pakaian Vina yang basah karena air laut dan dia hanya tersenyum.

" Kita pergi?" tanya Kenzi pada Vina.

" Ya, boleh!" jawab Vina. Kemudian mereka pergi berjalan-jalan disepanjang pantai yang sedikit sepi karena bukan weekend. Tangan Kenzi dimasukkan ke dalam saku celana pendeknya, sesekali dia menendang pasir ke arah laut. Vina terkekeh melihat tingkah konyol Kenzi, dia merindukan saat-saat mereka berdua seperti dulu.

" Apa lo sering merindukan kebersamaan kita?" tanya Vina yang duduk dipasir pantai.

" Terkadang!" jawab Kenzi. Mereka menatap ke arah lautan dihadapan mereka.

" Apa lo juga?" tanya Kenzi. Vina hanya terdiam, karena dengan kesibukannya dan urusan rumah tangganya, dia tidak pernah memikirkan apapun.

" Ternyata lo sudah lupa!" ucap Kenzi, ada nada kekecewaan disana. Tapi dia menyadari jika sahabatnya itu telah menjadi milik orang lain.

" Gue...!"

" Nggak perlu lo jelasin! Gue mengerti!" sahut Kenzi.

" Sorry!" kata Vina pelan.

" Hei! Ayolah! Gue tahu posisi lo! Kalo gue entar nikah sama Linda..."

" Lo...jadi nikah sama dia?" potong Vina. Kenzi merasa ada nada tidak rela dalam pertanyaan Vina.

" Ya! Kenapa?" tanya Kenzi.

" Nggak! Gue do'ain lo bahagia!" jawab Vina. Tiba-tiba hujan turun dengan deras tanpa mereka sadari.

" Kennnnn!" teriak Vina.

" Pake kemeja gue!" kata Kenzi lalu menutupkan kemeja flanelnya yang tadinya diikatkan di leher. Mereka berlari menuju ke parkiran mobil mereka yang cukup jauh.

" Buat lo aja!" kata Vina menolak." Gue nggak apa-apa!" kata Kenzi.

" Jangan sok kuat!" kata Vina, tapi Kenzi tidak menghiraukan ucapan Vina, dia berlari me arah mobilnya dan segera diambilnya payung lalu mendekati Vina dan mereka masuk ke dalam mobil.

" Sial! Kenapa bisa tiba-tiba? Hatchiiii!" Kenzi bersin dengan kerasnya, hidung dan pipinya merah.

" Udah gue bilang! Sok sih, lo!" ucap Vina kesal.

" Gue nggak apa...Hatchiiii! apa, Vin!" jawab Kenzi lalu membawa mobilnya ke arah hotel. Setelah sampai di hotel, Vina segera membuka pintu kamar Kenzi dan membawa Kenzi ke dalam kamar mandi. Dibukanya shower yang mengeluarkan air hangat. Kenzi merasakan tubuhnya menghangat karena guyuran shower. Tanpa sengaja Kenzi melihat ke arah Vina yang sibuk membersihkan pakaiannya dari pasir.

Di Indonesia, Max fokus pada pengerjaan proyek besarnya dengan perusahaan Frank.

" Bagaimana persiapannya?" tanya Max.

" Sudah, Bos! Semua sudah 50% dan tinggal menunggu berita dari sana!" kata Feri.

" Kalau begitu aku bisa pergi ke Spanyol minggu depan dan setelah semua beres, kita langsung ke Aussie!" kata Max.

" Apa saya juga ikut?" tanya Feri berharap.

" Kamu harus mengurus semua disini!" jawab Max.

" Baik, Bos!" jawab Feri kecewa. Max sangat senang karena akan bertemu dengan Vina di Spanyol. Hampir tiap hari Max melakukan VCall dengan Vina, walaupun dia sangat sibuk. Kadang Vina tidak menjawab karena tertidur dan Max menjadi kesal karenanya.

Malam itu Vina diajak Kenzi untuk menghadiri acara peresmian perusahaan kolega papa Kenzi. Vina terlihat anggun memakai batik karyanya sendiri.

" Kenzi!" sapa Sonny, anak kolega papanya.

" Son!" sahut Kenzi, mereka bersalaman.

" Lama nggak ketemu, bro! Gimana kabar lo?" tanya Sonny.

" Baik, bro! Lo gimana? Masih sibuk ngejar janda?" kata Kenzi sedikit berbisik.

" Mereka lebih hot dibanding gadis, bro!" jawab Sonny.

" Tapi gadis lebih sempit bro!" kata Kenzi lagi.

" Halah! Janda jg bisa disempitin!" jawab Sonny, lalu mereka tertawa bersama.

" Ken!" panggil Vina yang baru saja dari toilet.

" Vin! Son, kenalin Vina...!"

" Istri lo! Ternyata lo udah nikah, bro! Kok, nggak undang-undang?" kata Sonny.

" Gila aja lo! Dia temen gue, bro! Dia udah nikah!" kata Kenzi tertawa.

" Sayang banget! Halo, gue Sonny! Temen kuliah Kenzi!" kata Sonny.

" Hai! Gue Vina sahabatnya" jawab Vina menyambut tangan Sonny.

" Kita cabut, yuk! Nggak asyik disini!" kata Sonny.

" Ok! Vin, gue anter lo ke Hotel, ya!" kata Kenzi.

" Lo mau kemana?" tanya Vina penuh selidik.

" Gue mau ke club sama Sonny!" jawab Kenzi.

" Jangan mabok, Vin!" kata Vina sedih.

" Nggak lah!" jawab Kenzi.

" Gue titip sobat gue, ya!" kata Vina. Lalu Kenzi mengantar Vina ke Hotel dan pergi bersama Sonny juga temannya. Vina melanjutkan menggambar sketsa batik dikamar hotelnya karena ada beberapa permintaan. Jam telah menunjukkan pukul 2 pagi saat ponsel Vina berdering.

" Halo, Ken? Ada apa?" tanya Vina setelah membuka matanya dan melihat si penelpon.

" Vina?"

" Ini siapa?" tanya Vina kaget yang didengarnya bukan suara Kenzi.

" Gue Sonny! Gue ada di lobby, Kenzilagi mabok!" kata Sonny.

" Apa? Ckk! Lo ke kamar 207!" kata Vina lalu mematikan ponselnya. Kemudian dia mencuci wajahnya dan keluar dari kamar. Tidak berapa lama, dilihatnya Sonny yang sedang memapah Kenzi keluar dari dalam lift.

" Ki...ta...ma...u...kema...na...hiks!" kata Kenzi.

" Kok, dia bisa mabok?" tanya Vina.

" Sok nantangin temen gue yang resek!" kata Sonny.

" Huh! Masih aja sok kepedean!" kata Vina sebel.

Vina membuka pintu kamarnya dan masuk diikuti Sonny bersama Kenzi.

" Vin...na? Lo...sek.si...hiks!" racau Kenzi yang melihat Vina.

" Tidurin aja disitu!" kata Vina. Vina lupa jika dirinya hanya memakai kaos oblong dengan celana pendek saja. Mata Sonny sempat menatap garang dirinya.

" Ok!" jawab Sonny lalu membaringkan Kenzi yang masih meracau.

" Makasih, ya!" kata Vina yang telah menutup dirinya dengan piyama mandi yang lumayan panjang.

" Ok! Gue cabut dulu!" kata Sonny.

" Ok!" jawab Vina kemudian mengantar Sonny ke pintu dan menguncinya.