webnovel

TENTANG RASA SEASON 2

Ini merupakan kelanjutan dari novel TENTANG RASA karya aku terdahulu Ini menceritakan salah seorang putri Max dan Arnetta yang bernama Arabella Netta Smith ... Tetap dukung ya... Semoga kalian suka...

Ms_Azr · สมัยใหม่
Not enough ratings
52 Chs

TAK HARUS BERSATU

" Sayang! Kamu harus bangun! Bukannya hari ini ada meeting bulanan?" tanya Dania pada Evan yang masih tertidur di ranjangnya.

Ya, Evan dan Dania bersama setelah kecelakaan itu.

" Sebentar lagi, sayang! Kamu tahu jika aku sangat malas meeting dengan mereka!" sahut Evan dengan mata terpejam.

" Aku tahu, sayang! Tapi kamu harus melakukannya, kalau tidak perusahaanmu akan kacau!" kata Dania sambil mengusap wajah tampan suaminya yang sekarang ditumbuhi bulu. Evan memutuskan untuk menumbuhkan bulu di wajahnya, karena dia merasa bosan dengan wajahnya yang klimis.

" Arghhhh! Kau benar! Mereka bisa membuat kacau perusahaanku!" kata Evan, lalu dia membuka kedua matanya dan Dania langsung mengecup bibirnya dengan dalam.

" Ilove you so much!" ucap Dania.

" Me too!" balas Evan dengan tersenyum dan membalas ciuman istrinya.

Evan lalu bangun dan berjalan ke arah kamar mandi dan membersihkan tubuhnya. Evan melepaskan seluruh pakaiannya, dia menyalakan shower dan air membasahi kepalanya lalu turun ke seluruh tubuh kekar itu. Tubuh Evan memang terlihat semakin besar, karena dia semakin rajin fitness untuk membentuk tubuhnya.

" Mama!" panggil seorang anak perempuan di pintu kamar Dania.

" Eh, anak mama udah bangun!" kata Dania lalu menggendong putrinya dan meletakkannya di atas ranjang.

" Ai aus, ma!" kata putri Dania.

" Kita mandi dulu, ya, terus sarapan!" kata Dania sambil menyiapkan pakaian kerja Evan.

" Yuk!" kata Dania kemudian.

" Endon, ma!" rengek anak Dania.

" Shakira manja sekali! Mama gemes, deh!" ucap Dania yang menggelitik pinggang putrinya.

" Eli, ma! Hahahaha!" tawa Shakira memecah kamar.

Dania menggendong Shakira keluar kamar lalu masuk ke kamar putrinya untuk memandikannya. Sementara Evan baru selesai mandi dan berdiri di depan kaca setelah mengeringkan tubuhnya. Dia menatap tubuhnya, tiba-tiba dia merasa ada sekelebat bayangan melintas di kepalanya.

" Akhhhhh!" teriak Evan memegangi kepalanya.

Kepalanya semakin terasa sakit, Evan memegangi dan memukul-mukul kepalanya sambil menyandarkan tubuhnya di meja wastafel. Dia lalu berdiri dengan sekuat tenaga dan membuka kotak obat yang ada di dinding. Diraihnya sebuah botol obat dan diambilnya sebutir, dengan cepat ditelannya obat itu menggunakan air di kran westafel. Perlahan Evan merasakan sakitnya berkurang sedikit demi sedikit. Evan menyandarkan tubuhnya di dinding sambil memejamkan kedua matanya.

" Ara..bella?" ucap Evan ambigu.

" Selamat Pagi, Papa!" sapa Shakira yang melihat papanya sedang duduk di meja makan.

" Pagi, sayang!" jawab Evan tersenyum.

Dania meletakkan Shakira di pangkuan Evan seperti biasa. Sebenarnya Shakira tidak suka duduk di pangkuan Evan, tapi mamanya akan marah jika dia tidak melakukan itu.

" Mau sarapan apa, sayang?" tanya Evan mengecup rambut putrinya.

" Aku mau selai kacang sama kayak papa!" kata Shakira.

" Ok!" sahut Evan.

Mereka menikmati sarapan pagi dengan penuh kebahagiaan. Dania menatap kedua anak dan ayah itu dengan senyum bahagianya.

Sementara itu di negara lain, seorang anak laki-laki sedang berusaha untuk naik ke atas kursi. Dia membuka lemari set yang ada di atas dan mengambil sekotak sereal yang telah terbuka.

" Astaga, sayang! Kenapa nggak minta sama mami aja?" tanya seorang wanita.

" Rado sudah besar, mi! Rado sudah bisa sendiri!" kata Rado.

" Selamat Pagi, anak ganteng daddy!" tiba-tiba seorang pria menyapa mereka.

" Daddy Malv!" teriak Rado yang begitu gembira melihat kedatangan Malv.

Tiba-tiba kursi yang dipakai Rado bergoyang dan miring.

" Radooooo!" teriak wanita itu terkejut.

" Aaaaaaa!" teriak Rado.

Dengan sigap Malv berlari dan menangkap Rado yang hampir saja terjatuh dari kursi.

" Anak daddy kok nggak hati-hati?" tanya Malv memeluk Rado dan mengusap punggung anak laki-laki itu.

" Rado!" panggil wanita itu marah.

" Bel!" sahut Malv.

" Dia harus dihukum, kak! Bagaimana jika tadi kakak nggak ada? Apa dia tahu bagaimana perasaan Bel jika terjadi sesuatu padanya? Bel bisa mati, Kak!" teriak Bella sambil mengeluarkan airmatanya. Malv memeluk Bella dan Rado. Dia tahu apa yang dirasakan adik kesayangannya itu.

" Iya, Kakak tahu!" jawab Malv.

" Hanya dia milik Bel satu-satunya yang mengingatkan tentang dia, Kak!" ucap Bella terisak.

" Iya! Sudah!" kata Malv.

" Mami! Maafin Rado! Rado janji nggak akan nakal lagi! Mami jangan nangis, ya!" ucap Rado sambil membelai wajah Bella dan mengusap airmata dipipi Bella.

" Rado janji?" tanya Bella.

" Iya, mi! Rado janji!" kata Rado memeluk Bella.

" Rado sayang mami!" kata Rado.

" Mami juga sangat sangat menyayangi Rado!" balas Bella.

" Ayo kita sarapan!" kata Malv mengajak mereka duduk di meja makan. Malv mengeluarkan makanan yang dibawanya tadi.

" Kakak baru datang?" tanya Bella membantu Malv menghidangkan makanan.

" Iya! Kakak dari bandara langsung kesini!" jawab Malv.

" Apa kakak ada kerjaan?" tanya Bella.

" Ada sedikit! Tapi kakak ada kabar buat lo!" kata Malv.

" Apa?" tanya Bella.

" Ada reuni di SMA lo!" kata Malv.

" Reuni?" tanya Bella.

" Ya!" jawab Malv.

" Kapan?" tanya Bella.

" Sabtu ini!" jawab Malv.

" Dimana?" tanya Bella.

" Di sekolah lo!" jawab Malv.

" Menurut kakak dia akan datang?" tanya Bella dengan wajah sedih.

" Mungkin!" jawab Malv.

" Dengan istri dan anaknya?" tanya Bella lirih.

" Entah!" sahut Malv.

" Bel nggak usah datang saja, Kak!" kata Bella dengan nada sendu.

" Apa lo yakin?" tanya Malv yang merasa ikut sedih melihat adik yang sangat di sayanginya itu.

" Bel takut nggak akan bisa menahan diri jika bertemu dengannya, Kak!" balas Bella.

" Apa lo masih belum bisa melupakannya?" tanya Malv, walau dia sangat tahu dan yakin akan apa yang ada di hati Bella.

" Entahlah, Kak!" jawab Bella.

" Apa hati lo masih belum bisa menerima Arvin?" tanya Malv lagi.

" Siapa saja pasti mudah menerima dan jatuh cinta pada Kak Arvin! Dia sangat baik, penyayang dan sabar!" kata Bella.

" Tapi dia bukan Evan, begitu maksud lo?" tanya Malv tersamar.

" Bukan seperti itu, Kak!" jawab Bella.

Bella tahu jika Malv telah berusaha membuatnya lupa pada Evan selama 5 tahun ini dan menghadirkan Arvin diantara mereka. Arvin adalah teman Malv saat mereka di Aussie dulu. Arvin baru saja kehilangan istrinya saat mereka bertemu lagi. Arvin langsung jatuh cinta pada pandangan pertama saat melihat interaksi Bella dengan Rado yang membuat hatinya menghangat. Dan saat Malv memperkenalkan mereka 3 tahun yang lalu, Arvin secara terang-terangan memperlihatkan kepedulian dan sayangnya pada Rado dengan maksud agar mudah menarik perhatian dan memikat hati Bella sebagai maminya.

" Lalu bagaimana, Bel? Arvin pria yang sangat baik! Dia juga secara finansial sangat bisa menghidupi kalian! Dia tampan, single dan..."

" Kak! Ok, Bel akan pergi kesana dengan Kak Arvin!" potong Bella karena dia tahu kakak posessifnya itu nggak akan berhenti sebelum mendapatkan apa yang dia mau.

" Itu baru adik gue yang tersayang!" sahut Malv tersenyum bahagia.

" Tapi Bel nggak janji secepat itu akan menerimanya sepenuh hati!" kata Bella.

" Fine! Dia hanya butuh lo setuju 50%, sisanya dia akan melakukan sendiri!" kata Malv senang.

" Kakak ngebet banget sama Kak Ervin!" ucap Bella serius.

" Karena Kakak tahu siapa dia, Bel! Lo nggak akan nyesel memilih dia!" kata Malv.

" Semoga kakak bener!" ucap Bella pelan.