webnovel

TENTANG RASA SEASON 2

Ini merupakan kelanjutan dari novel TENTANG RASA karya aku terdahulu Ini menceritakan salah seorang putri Max dan Arnetta yang bernama Arabella Netta Smith ... Tetap dukung ya... Semoga kalian suka...

Ms_Azr · สมัยใหม่
Not enough ratings
52 Chs

PERANGSANG

" Sial! Kenapa sangat panas sekali, padahal AC sudah gue poll in!" ucap Evan ambigu. Evan mempercepat laju mobilnya dan tidak lama kemudian dia telah sampai di parkiran apartement Bella. Dengan langkah sedikit sempoyongan, dia masuk ke dalam lift dan naik ke apartement Bella. Evan melepaskan kemeja dan kaos dalamnya.

" Ada apa dengan tubuh gue?" tanya Evan ambigu.

" Perasaan tadi baik-baik saja!" jawab Evan sendiri. Dia menekan-nekan angka di dinding lift.

" Cepetttttt!" teriak Evan kesal.

Untung saja dia sedang sendiri di dalam lift tersebut karena keadaan malam itu sedikit sepi, sebab jam telah menunjuk angka 11 lewat tengah malam. Evan keluar saat pintu lift terbuka, dia berjalan dengan cepat menuju ke pintu apartement Bella. Ditekannya kode masuk pintu dan setelah bunyi klik, pintu didorong oleh Evan dengan cepat. Evan masuk dan naik ke lantai 2 apartement Bella. Dia membuka pintu kamar Bella dan tidak mendapati wanitanya disana. Evan hampir frustasi dan lemas saat didengarnya suara gemericik air di kamar mandi. Dengan cepat dia melepaskan seluruh pakaiannya dan masuk ke dalam kamar mandi. Dilihatnya bayangan Bella sedang mandi di dalam box kaca shower. Wajah Evan berbinar cerah, perlahan dia mendekati box kaca tersebut dan masuk kedalamnya.

" Ahhhhh!" teriak Bella kaget.

" Sshhhhh! Ini aku, sayang!" bisik Evan di telinga Bella.

Bella memukul tangan Evan dan mencubitnya.

" Aucchhh! Sakit, sayang!" ucap Evan manja.

" Kaget tau'! Kirain rampok!" sahut Bella ketus.

" Bukannya kamu yang rampok!" kata Evan menggoda.

" Apa'an?" tanya Bella mengernyitkan keningnya.

" Kamu berhasil menguras habis hatiku!" bisik Evan lalu menggigit lembut telinga Bella.

" Alayyyyy! Sayang, papi kamu sudah jadi orang alay!" kata Bella mengusap lembut perutnya.

" Aku bisa jadi apa saja agar kamu selalu jatuh cinta dan sayang sama aku, Ra!" rayu Evan di telinga Bella.

Bella memutar tubuhnya, wajahnya berubah menjadi sangat cerah. Ucapan Evan membuat hati dan jiwanya sangat melambung tinggi dan perutnya terasa geli karena ribuan kupu-kupu seakan berputar di dalamnya menggelitik perutnya.

" Aku sangat mencintaimu Evando Bakhtiar!" ucap Bella lalu mencium dalam bibir Evan.

" Jika memang begitu, bisakah kamu menghilangkan rasa panas ditubuhku?" ucap Evan dengan bibir dan tubuh bergetar.

" Sayang!? Kamu kenapa?" tanya Bella terkejut saat melihat tubuh Evan.

" Sepertinya Dania memberiku obat perangsang!" kata Evan.

" Apa? Apa dia sudah gila?" teriak Bella marah.

" Aku hanya berpikir jika dia tahu sesuatu tentang kamar kami!" kata Evan sambil meraup bibir seksi Bella. Bella ingin menjawab, tapi Evan sudah tidak tahan lagi. Dia mengangkat satu kaki Bella dan melingkarkannya di pinggangnya lalu dengan sedikit kasar menyatukan juniornya dengan milik Bella.

" Akhhhh! Sakit, Doooo!" rengek Bella.

" Maaf, sayang! Aku bisa mati jika tidak segera melakukannya!" kata Evan sedih.

" Aku tahu, sayang! Lakukanlah! Tapi ingat didalam ada anak kita!" kata Bella.

" Iya, sayang!" jawab Evan lalu memompa tubuhnya perlahan sambil meremas dada dan menyesap puncaknya agar Bella bisa merasakan rangsangan dan melepaskan pelumasnya.

" Ahhh, Dooo!" Bella mulai mendesah dan mengerang sementara Evan semakin mempercepat gerakannya dan menyemburkan laharnya ke dalam rahim Bella. Evan memeluk Bella dan meletakkan kepalanya di ceruk leher wanita itu dengan nafas menderu.

" Kita lanjut di ranjang babe!" ajak Evan melepaskan juniornya perlahan.

Tanpa menunggu persetujuan Bella, Evan mengangkat tubuh ibu dari calon anaknya itu ala bridal style menuju ranjang mereka.

" Auuuu! Dooo! Isshhhh! Dasar mesum!" ucap Bella kesal karena dia terkejut dengan perlakuan Evan. Tapi dia mengalungkan tangannya ke leher Evan dengan memukul pelan dada pria itu.

" Maaf, sayang! Dia masih membutuhkan milikmu!" ucap Evan dan melihat ke arah juniornya yang masih tegak menantang.

" Aku lelah, Do!" ucap Bella manja.

" Ayolah, sayang! Kamu nggak mau'kan kalo aku pulang saat ini juga?" goda Evan.

" Awas aja kalo sampe kamu berani!" ancam Bella.

" Makanya puaskan suamimu ini!" bisik Evan di telinga Bella.

" Sejak kapan kamu menjadi suamiku?" ucap Bella kesal.

" Sejak kita melakukan penyatuan pertama kali, sayang!" jawab Evan lalu melumat bibir seksi itu.

Mereka melakukan penyatuan berkali-kali dengan sangat hati-hati walau Evan harus mati-matian menahan hasratnya yang brutal akibat obat perangsang itu.

Sementara itu Dania menunggu Evan dengan gelisah. Mulai dari jam 11 malam hingga jam 12 malam dia menunggu dan berpikir apakah obatnya tidak bekerja dengan baik? Lalu Dania memakai outernya dan turun ke lantai 1 dan menuju ke ruang kerja Evan. Dania menempelkan telinganya ke pintu ruang kerja itu. Tidak terdengar apa-apa! Lalu perlahan Dania memutar gagang pintu ruang kerja Evan dan perlahan dia melihat ke dalamnya. Betapa terkejutnya Dania yang melihat ruangan tersebut kosong. Dania masuk ke dalam ruang tersebut dan melihat seisi ruangan, dia terkejut saat melihat gelas kopi Evan sudah kosong. Dengan cepat Dania berlari keluar dan mencari Evan ke seluruh bagian rumah. Lalu dia berlari keluar rumah untuk melihat ke garasi. Betapa terkejutnya Dania saat dia melihat pintu garasi terbuka dan mobil Evan tidak ada di dalamnya. Dania berlari lagi menuju ke pos satpam.

" Nona Muda? Ada perlu dengan saya?" tanya Bakri yang sedang berdiri di depan pos sambil merokok. Dia mematikan rokoknya dan melihat wajah penuh keringat majikannya.

" Apa Evan pergi?" tanya Dania.

" Iya, Nona! Kira-kira sejam yang lalu!" jawab Bakri.

" Apa dia bilang mau kemana?" tanya Bakri lagi.

" Tidak, Nona! Apa Tuan Muda tidak memberitahu Nona?" tanya Bakri balik.

Dania hanya diam saja, lalu dia berjalan dengan langkah lemah ke arah pintu masuk rumah.

" Sepertinya tadi Tuan Muda sedang sakit kepala, Nona!" kata Bakri tanpa diminta saat Dania baru berjalan beberapa langkah .

Deg! Berarti obat itu benar-benar bereaksi! batin Dania tanpa berhenti melangkah. Dania menutup rapat lalu mengunci pintu tersebut setelah masuk ke dalamnya dan berjalan naik ke lantai 2. Airmatanya menetes perlahan di kedua pipinya, hatinya hancur membayangkan suaminya diluar sana sedang dalam keadaan penuh gairah akibat obat perangsang miliknya.

" Siapa yang kamu ajak untuk memuaskanmu, Van?" tanya Dania di atas ranjangnya.

" Apa kamu pergi kepadanya?" tanya Dania lagi.

" Akhhhhhhh! Brengsekkkkk!" teriak Dania yang turun dari ranjang lalu menarik selimut dan spreinya. Untung saja kamar Evan memang dipasang alat kedap suara, sehingga teriakan Dania tidak terdengar dari luar kamar.

" Trima kasih, sayang! mMaaf jika aku menyakitimu dan anak kita!" bisik Evan setelah puas menyalurkan hasratnya. Bella hanya mengangguk dan terpejam akibat mengantuk. Perlahan Bella tertidur karena rasa lelah yang menerpa tubuhnya. Evan mengecup rambut Bella dan memeluk wanita itu dari belakang.

" Aku harus hati-hati ke depannya! Dania bukan wanita yang bisa dianggap remeh!" ucap Evan ambigu. Evan melihat ponselnya bergetar berkali-kali, nama My Love tertera di layar ponselnya. Evan hanya diam saja tanpa ada niatan untuk mengangkatnya.