" Doooo! Ak...ku...ma...u...peeeeee....!" kata Bella terbata setelah beberapa saat Evan membuat Bella menggila.
" Keluarin, babe! Sebut namaku keras, Ara!" bisik Evan melepaskan bibirnya lalu kembali ke tempat itu lagi dan melakukan dengan lebih.
" Edoooooo!" teriak Bella dengan tubuh menggeliat kencang lalu luruh dan merasa lemas.
" Kamu suka, Ra?" tanya Evan ditelinga Bella dan wanita itu menganggukkan kepalanya. Mata mereka bertemu.
" Aku akan pergi jika kamu..."
" Aku milikmu, Do!" ucap Bella pasrah. Evan mencium kembali bibir Bella dengan panas untuk membangkitkan kembali gairah wanita itu sambil meremas-remas dada Bella. Saat dirasa Bella telah kembali bergairah, Evan yang entah bagaimana telah polos juga, segera mengarahkan juniornya ke lubang Bella.
" Ahhhh! Do, pelan!... Sakitttt!" ucap Bella yang terkejut dan langsung menggigit bahu Evan saat Evan mendorong juniornya masuk.
" Kamu sempit sekali, Ra!" kata Evan yang sudah tidak tahan dan memaksa dengan menghentakkan juniornya hingga membobol milik Bella.
" Doooo!" teriak Bella mencengkeram punggung Evan dan menggigit lagi bahu Evan.
" Kamu...masih..."
Evan menatap nanar mata Bella, dia tidak menyangka jika sahabatnya itu masih virgin dan dia yang telah menikmati semua itu. Bella menatap Evan dengan penuh perasaan. Semua bercampur aduk menjadi satu, bagai permen nano-nano.
" Kamu menyesal?" tanya Evan pelan.
" No!" jawab Bella melingkarkan tangannya ke leher Evan.
Bella lalu mencium bibir Evan dengan sangat lembut, Evan membalas lumatan Bella lalu perlahan Evan menggoyang tubuhnya. Bella menahan nyeri di bagian intinya saat milik Evan bergerak di dalamnya. Semakin lama rasa sakit itu menjadi rasa yang sangat nikmat, perasaan yang belum pernah dia rasakan dan itu membuatnya menjadi ingin lebih dan lebih lagi. Bella terbuai oleh perasaan itu hingga mendapatkan pelepasannya beberapa kali.
" Aku akan keluar, Ra!" kata Evan setelah beberapa lama menggerakkan tubuhnya. Bella menganggukkan kepalanya saat Evan menatapnya dengan penuh gairah.
Bella memnggerakkan pinggangnya membuat junior Evan semakin terasa dicengkeram dan berkedut, lalu muncratlah cairan Evan ke dalam rahim Bella. Evan sedikit terkejut karena hal itu, tapi entah kenapa dia sama sekali tidak merasa takut jika akan terjadi sesuatu pada Bella.
Evan menjatuhkan tubuhnya sejenak diatas tubuh Bella, lalu dia berpindah ke samping wanita yang telah merasa lelah dan mengantuk itu. Evan mengecup rambut Bella lalu memeluk erat tubuh polos itu dari belakang dan kemudian ikut tertidur.
Keesokan harinya Evan terbangun dengan melihat sahabatnya berada dipelukannya. Perasaan apa ini? Kenapa rasanya aku tidak ingin melepaskanmu, Ra? Aku ingin selalu bersamamu! batin Evan mempererat pelukannya dan mengecup dan menghirup ceruk leher Bella yang selalu membuatnya mabuk. Leher putih itu berubah menjadi berwarna keunguan akibat kissmark yang Evan berikan.
" Emmm!" geliat Bella karena ada yang meremas dadanya dan memainkan pucuk mungilnya.
" Ahhhh!" desahan lolos dari bibir Bella akibat usapan tangan Evan di bagian intinya. Bella membuka lebar kedua matanya, dia berniat memutar tubuhnya, tapi tangan kokoh Evan berhasil mengangkat pahanya dan meneroboskan juniornya ke lubang surgawi Bella.
" Akhhhh!" erang Bella terkejut.
" Sorry, Ra! I want inside you again and again!" bisik Evan lalu menggeoyang tubuhnya sambil masih meremas dan menambah kissmark di bahu dan punggung Bella.
" Ahhhh, Doooo!" Bella tidak kuasa melawan kenikmatan yang baru saja dia rasakan. Evan mempercepat gerakannya dititik G-Spot Bella, wanita itu menggeram merasakan pelepasannya dan Evan mengulangnya hingga beberapa kali dengan berbagai gaya.
Bella merasa kepalanya sedikit pusing, tubuhnya remuk dan lemas bagai tak bertulang pada keesokan harinya. Evan benar-benar mengempurnya habis-habisan hingga matahari hampir naik di atas kepala. Perutnya terasa sangat lapar dan bagian intinya terasa kebas dan perih, bahkan untuk bergerak saja, Bella tidak berani. Bella mencoba mengingat yang terjadi, semalam dia sedikit mabuk, tapi dia masih sadar saat dirinya dan Evan melakukan penyatuan. Wajah Bella berubah menjadi merah pada kedua pipinya. Dia mengingat kembali malam panas itu yang membuat dirinya melambung ke angkasa hingga membuat intinya terasa kebas dan perih. Perasaan asing yang belum pernah dia rasakan selama hidupnya, begitu nikmat dan membuat ketagihan. Tubuhnya bergetar mengingat semua sentuhan dan ucapan Evan.
" Apa kamu tidak mau mandi, babe?" panggil Evan yang berdiri di pintu kamar mandi dengan handuk yang melilit di pinggangnya. Bella yang melihat tubuh seksi dan atletis Evan seketika memutar membelakangi Evan. Dia menghindari melihat tubuh Evan, dia takut tidak bisa mengontrol nafsunya jika melihat tubuh sahabatnya itu.
" Kenapa membelakangiku?" tanya Evan sedih dan menghentikan perbuatannya mengeringkan rambutnya. Apa kamu menyesal, Ra? batin Evan kecewa. Evan memakai kembali pakaiannya sambil sesekali melihat Bella yang masih saja tidak mau menghadap dirinya.
" Maaf, jika kamu marah karena kejadian semalam! Aku tidak akan mengulanginya lagi!" kata Evan pelan kemudian dia pergi meninggalkan Bella sendiri setelah mengecup rambut dan bahu Bella.
" Do, aku..." Bella baru akan menjawab saat dia memutar tubuhnya dan Evan telah pergi.
" Dasar bodoh! Kesel banget gue!" ucap Bella menahan amarahnya. Bella mencoba bangun dari ranjangnya dan berdiri.
" Ahhhhh!" rintih Bella saat merasakan pangkal pahanya yang perih dan tubuhnya yang pegal.
" Edoooooo! Dasar begoooooo'!" teriak Bella kesal.
Evan tidak pulang ke rumah orang tuanya, tapi dia langsung menuju ke rumahnya sendiri dengan perasaan yang bercampur aduk. Dia berpikir Bella menyesali semua yang terjadi dan dia merasa sangat terpukul dengan keadaan itu. Evan tidak pernah merasakan hal ini sebelumnya, tidak pada Dania. Ini berbeda, Bella membuat sesuatu dalam dirinya merasakan kepuasan yang belum pernah dia rasakan saat bersama Dania. Arghhhhh! Evan menyugar rambutnya lalu memukul kemudinya dengan keras hingga menyebabkan tangannya menjadi lebam.
" Sayang!" sapa Dania di layar ponsel Evan. Dania menelpon suaminya dengan VC.
" Ya?" sahut Evan.
" Aku sudah dirumah mama!" kata Dania.
" Apa? Tapi a...tunggulah! Aku akan segera kesana!" kata Evan terkejut. Evan memutar balik mobilnya untuk kembali ke rumah orang tuanya. Selama perjalanan, kembali pikirannya tidak bisa lepas dari Bella. Apa yang mereka lakukan semalam telah membekas begitu dalam pada hati Evan. Dia tidak menyangka jika pada akhirnya mereka tidak lagi bisa melawan perasaan dan nafsu saat mereka bersama.
" Sayang!" sambut Dania saat melihat Evan keluar dari mobilnya. Evan tersenyum lalu berjalan mendekati Dania dan mereka berpelukan. Dania sangat merindukan Evan, pria itu telah membuatnya tergila-gila sejak pertama mengenalnya dulu.
" Aku sangat merindukanmu!" ucap Dania menghirup aroma tubuh Evan. Beruntung Evan sudah mandi saat di rumah Bella, kalo tidak pasti Dania mencium aroma lain dari tubuh suaminya. Mereka masuk ke dalam rumah dengan Dania yang telah bermanja di lengannya. Evan melihat kedua orang tuanya sedang duduk diruang tengah.
" Kamu baru pulang?" tanya papanya saat melihat putra semata wayangnya..
" Iya, Pa!" jawab Evan lalu duduk di depan orang tuanya setelah bersalaman dengan mereka.