James menghembuskan nafasnya, lalu dia duduk di sofa bersama dengan yang lain. Anakku!? Apa kamu selama ini menganggap aku bukan ayah Rado? batin James. Dia merasa hatinya sakit bagai dihujam belasan anak panah saat Bella berkata anakku. Dan kekasih? Apa maksudnya? Kekasihku? Siapa? batin James tidak mengerti dengan semua ucapan Bella.
" Sial! Harusnya gue nggak kelepasan seperti ini! Argghhhh! Kenapa, sih, dengan gue? Kenapa hati gue sakit ngeliat dia sama wanita lain?" kata Bella ambigu.
Bella kemudian berdiri dari kursinya dan meraih tasnya. Dengan langkah cepat dia keluar dari ruang kerjanya.
" James!" panggil Felicia saat mereka telah sampai di dermaga dan James siap-siap akan kembali ke rumah.
" Ya?" sahut James.
" Trima kasih atas ilmunya!" kata Felicia tersenyum.
" Sama-sama!" jawab James.
" Apa kita bisa berdiskusi lagi kapan-kapan?" tanya Felicia berharap.
" Tentu saja! Selama saya bisa membantu!" jawab James.
" Ok, Thanks!" kata Felicia.
" Ok, Jeff! Gue cabut dulu!" pamit James.
" Ok! See you!" jawab Jeff.
" Bye Rado!" kata Felicia.
" Bye, Tante Feli! Trima kasih mainannya!" kata Rado tersenyum.
" Sama-sama anak hebat!" kata Felicia.
James berjalan mendahului mereka karena Jeff masih akan jalan-jalan lagi.
" Dia udah ada istri, Sis!" kata Selly menyenggol lengan Felicia yang tidak lepas memandang James.
" Apa, sih!" ucap Felicia terkejut.
" I know what's in your mind, sis!" kata Selly lagi.
" What? Apa lo dukun?" goda Felicia.
" Istrinya CEO, sis! Cantik! Lo nggak mungkin bisa ngalahin dia dan dia...cinta mati sama istrinya!" tutur Selly.
" O, ya? Tapi bukan itu yang gue denger tadi!" jawab Felicia sinis.
Ternyata Felicia sempat mendengar percakapan James dan Bella sebelum berubah ke Mode telpon dan Felicia bisa melihat perubahan wajah James saat melihat wajah istrinya di layar ponsel. Kamu memang sangat mempesona Dr. James Stuart! batin Felicia.
" Apa yang lo denger?" tanya Selly penasaran.
" Sepertinya dia ada masalah dengan istrinya!" jawab Felicia.
" Jangan bilang lo bakal..."
Felicia mengangkat kedua bahunya sambil menaikkan alisnya.
" Cinta dan nafsu itu beda tipis, sis! Jika di dalam rumah tangga ada masalah, maka di dalam...."
" Kamar juga ada masalah!" sahut Selly.
" Masih inget kan lo sama kata-kata itu?" kata Felicia menepuk pipi sahabatnya.
" Gue udah ngingetin lo, Fel!" kata Selly lagi.
" Ngingetin apa?" tanya Jeff yang keluar dari dalam kapal.
" Nggak ada!" sahut Felicia.
James langsung pulang ke rumah dan memandikan Rado. Mereka mandi bersama dalam bathtub milik Bella.
" Dad! Kapan-kapan kita pergi lagi, ya!" kata Rado saat James menggosok tubuhnya dengan sabun mandi.
" Iya!" jawab James singkat.
" Ajak mami, ya, Dad!" kata Rado lagi.
" Iya! Kita tunggu saat mami nggak sibuk!" kata James lagi.
" Sekarang Rado yang gosok punggung Daddy!" kata Rado.
James hanya mengangguk dan tersenyum melihat tingkah putra tirinya itu.
Bella tiba saat jam menunjuk angka 10 malam. Rado telah tertidur di ruang kerja James. Bella mencari-cari putranya itu setelah dia membersihkan diri.
" Kenapa kamu biarkan dia tidur disini?" tanya Bella datar.
" Maaf! Dia memaksa untuk tidur disitu!" jawab James yang terkejut melihat Bella datang.
" Tapi kamu bisa mengangkatnya ke kamar'kan!" kata Bella lagi sedikit sinis.
" Maaf!" kata James lagi.
" Biar aku yang mengangkatnya!" kata James yang berdiri dari kursi kerjanya.
" Nggak perlu! Aku masih kuat mengangkat putraku!" kata Bella lalu mengangkat tubuh mungil itu dari sofa.
James merasa hatinya kembali terluka saat mendengar Bella menyebut Rado putraku.
" Dan satu lagi! Jauhkan anakku dari kekasihmu!" kata Bella sarkas.
" Dia..."
James tidak melanjutkan pembelaannya karena Bella yang langsung berjalan meninggalkan dirinya. Sudah seminggu ini hubungan antara James dan Bella semakin memburuk. Ada saja yang membuat Bella marah pada suaminya itu dan James semakin dibuat salah paham yang akhirnya berpikir jika Bella sudah tidak ingin memperpanjang pernikahan mereka lagi.
" Daddy!" teriak Rado membuka pintu ruang praktek James.
" Haiiii!" sahut James tersenyum gugup lalu menggendong putra tirinya itu.
" Eh, ada Tante Feli!" sapa Rado yang ternyata ada Felicia di ruangan James.
James menatap putranya dengan tatapan bingung, karena saat Rado masuk, Felicia sedang memeluk dirinya sangat erat.
" Rado sama siapa?" tanya Felicia yang bersikap biasa saja, karena dia memang sengaja agar Rado tahu jika daddynya tidak bahagia dengan maminya.
" Sama mami, Tante!" jawab Rado.
Hmmm! Kesempatan! batin Felicia.
" Aduhhh!" tiba-tiba Felicia memegang kepalanya.
" Fel! Kamu kenapa?" tanya James terkejut lalu meletakkan Rado di kursinya dan mendekati Felicia yang memegangi kepalanya.
" Entah, James! Kepalaku rasanya sakit sekali!" kata Felicia merintih kesakitan.
" Sebaiknya kamu berbaring saja dulu, biar saya periksa!" kata James memapah Felicia ke arah brankar. Senyum smirk wanita itu tergambar di wajah cantiknya.
" Rado..."
Tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, Bella tiba-tiba membuka pintu ruang praktek James dan melihat Felicia yang sedang berbaring di atas brankar sedang bergelayut manja di leher James.
" Apa-apa'an ini? Dasar kalian pasangan mesum! Apa kalian tidak lihat ada anak kecil disini?" kata Bella marah.
" Ap..."
" Aku sudah pernah bilang, jangan kotori hidup putraku dengan melihat kemesuman kalian! Ayo, sayang!" ajak Bella melambaikan tangannya tanda mengajak Rado pergi.
" Cari Hotel!" ucap Bella yang membuat James semakin heran dengan tingkah istrinya itu.
James terpaku melihat pintu ruang prakteknya tertutup dengan keras, Bella benar-benar marah. Setelah sadar, dia melhat apa yang menyebabkan kemarahan wanita itu, dengan cepat dia melepaskan tangan Felicia di lehernya dan duduk di kursinya.
" Sebaiknya kamu pergi!" kata James.
" James! Aku..."
" Please, Fel! Saya tidak mau istri saya memiliki pikiran yang macam-macam!" kata James menatap Felicia dengan sedih.
" Jika kamu tidak bahagia...datanglah padaku! Karena aku mencintaimu, James!" kata Felicia dengan tegas.
" Fel..."
" Please! Jangan melarangku! Karena cintaku sangat tulus dan tidak mengharapkan balasan apapun darimu!" kata Felicia dengan tatapan penuh cinta pada James.
Hujan turun dengan sangat deras malam itu. James merasa sangat lelah setelah melakukan operasi ditambah dengan semua kejadian hari ini.
" Selamat malam, Dok!" sapa Dodi, satpam rumah sakit.
" Malam. Dod!" sahut James.
" Mau pulang, Dok?" tanya Dodi lagi.
" Iya, Dod!" jawab James.
" Saya antar ke mobil, Dok!" tawar Dodi yang mengambil payung yang berada di dekat pintu jaga.
" Trima kasih, Dod!" kata James.
" Dod! Tolong kamu ke antar obat ini ke Dokter Teddy di kamar VVIP Anggrek sekarang, saya harus melakukan operasi sejam lagi!" tiba-tiba Dokter Sendy, rekan sejawat James datang dengan tergopoh-gopoh.
" Tapi..."
" Pergilah!" kata James.
" Dokter mau pulang?" tanya Sendy.
" Iya, Dok!" jawab James.
" Hati-hati, Dok! Hujan sangat deras, rawan banjir dan pohon tumbang!" kata Sendy.
" Trima kasih, Dok!" jawab James tersenyum.
" Saya ke lantai 2 dulu!" kata Sendy.
" Good luck!" kata James.
" Trima kasih!" jawab Sendy lalu berjalan meninggalkan James.
James menatap hujan yang masih terlihat deras, bahkan petir sesekali menggelegar di angkasa. James sedikit was-was, tapi dia tidak mau membuat keluarganya khawatir. Beberapa saat kemudian dia berlari menuju ke mobilnya tanpa payung.
" Ah! Untung aku bawa baju ganti!" gerutu James.
James kemudian mengganti pakaiannya yang basah dengan kaos diambilnya dari dalam tasnya. Perlahan James menjalankan mobilnya ke arah jalan raya.