webnovel

KETAKUTAN

Setelah sampai di sebuah rumah minimalis, Richard langsung keluar dari mobilnya dan masuk ke dalam rumah itu, tapi dia terkejut saat melihat seorang wanita yang duduk di ruang tamu bersama Julie.

" Richard!" sapa Julie langsung tersenyum dan berdiri memeluk pria itu. Richard hanya diam dan melihat ke arah wanita yang duduk di sofa.

" Dinda! Kenalin ini Richard! Richard, ini Dinda, sepupuku! Dia yang telah menolongku selama aku hilang ingatan setelah kecelakaan waktu itu!" kata Julie yang memeluk lengan Richard dengan manja. Dinda berdiri dan tersenyum, lalu dia mendekati Richard dan mengulurkan tangannya.

" Hai!" sapa Dinda.

" Halo!" balas Richard dingin. Richard tidak suka kebersamaannya dengan Julie diketahui oleh orang lain, meskipun itu saudara Julie, karena akan membahayakan hubungannya dengan Bella.

" Aku pulang Julie! Nanti aku telpon!" kata Dinda.

" Iya!" jawab Julie. Dinda keluar dari rumah Julie tanpa diantar oleh Julie yang sangat rindu dengan Richard.

" Kenapa kamu tidak bilang jika ada dia?" tanya Richard datar.

" Aku tidak tahu jika dia akan datang! Lihatlah!" ucap Julie yang membuka outer panjangnya. Terlihatlah tubuh polos Julie di depan Richard.

" Aku tahu kamu akan datang setelah melihat videoku, tapi tiba-tiba dia sudah di depan pintu!" kata Julie jujur.

" Kamu nakal! Aku akan menghukummu!" kata Richard dengan hasrat yang kembali naik. Julie segera mengusap celana Richard dan menemukan junior tuannya itu telah mengeras. Dengan cepat Julie menurunkan tubuhnya dan melucuti celana Richard lalu mengulum benda keras itu. Richard memejamkan kedua matanya dan memegang kepala Julie sesekali menggoyangkan tubuhnya maju mundur. Mereka tidak menyadari jika ada sepasang mata yang melihat adegan itu dan merekamnya hingga mereka berdua telanjang dan melakukan penyatuan.

" Minggu depan aku akan melamar Bella!" kata Richard setelah penyatuan mereka berakhir dengan Julie yang hampir pingsan dibuat kelelahan oleh Richard. Mereka saat ini sedang berbaring di sofa dengan posisi saling berpelukan.

" Kapan kita bertemu lagi?" tanya Julie dengan airmata yang membasahi pipinya.

" Aku tidak tahu, Julie! Mungkin ini terakhir kali kita bertemu!" kata Richard.

" Tapi kamu bilang kamu sering pergi ke kota dimana kamu akan membelikanku rumah, baby!" kata Julie.

" Iya! Tapi aku tidak mau mengkhianati Bella! Aku sangat mencintainya, Julie!" kata Richard.

" Aku mohon Richard! Dia tidak akan tahu! Aku hanya ingin menemanimu saat kamu disana!" kata Julie memohon.

" Tapi Julie..."

" Aku mohon! Aku akan sangat merindukanmu dan juga sentuhanmu!" rayu Julie sambil meraba tubuh Richard sehingga membuat juniornya tegang kembali.

" Kau membuatnya kembali tegang, Julie!" kata Richard menahan dagu Julie.

" Aku akan membuatnya selalu menginginkan lubangku!" kata Julie lalu dia kembali menikmati junior Richard. Walau tubuhnya merasa sangat lelah, dia tidak pernah sekalipun mengecewakan pria itu, karena dia tidak mau pria itu berpaling darinya.

Pagi ini Bella harus kembali bertemu dengan Evan karena sekretaris mereka sudah membuat schedule meeting untuk mereka berdua. Bella masih kesal pada Evan karena kejadian beberapa hari yang lalu, bahkan Bella tidak pernah menghubungi Evan lagi. Tapi dia tidak bisa mengabaikan Evan, karena kali ini mereka harus membicarakan tentang kerjasama mereka secara serius.

" Pagi!" sapa Evan pada Bella yang dilihatnya datang di resto kemarin.

Bella hanya diam saja, Evan menatap rindu pada wanita yang telah membuat hati dan pikirannya tidak bisa fokus akhir-akhir ini. Apa dia masih marah? batin Evan. Sejak kecupan Bella yang mendarat manis di bibirnya waktu itu, Evan seakan dibuat gila oleh rasa bibir sahabatnya itu. Evan memberikan dokumen tentang proyek itu pada Bella.

" Jadi apa kita akan melakukan kerjasama ini?" tanya Evan serius.

" Gue harus mempelajari dokumen ini dulu!" jawab Bella sambil melihat isi dokumen yang Evan berikan.

" Tentu saja! Kira-kira kapan lo akan beri keputusan?" tanya Evan lagi.

" Lusa!" jawab Bella pendek.

" Kenapa nggak besok?" tanya Evan lagi.

" Calon suami gue ngajak beli cincin buat acara lamaran!" jawab Bella santai, membuat hati Evan memanas karena cemburu.

" Lo masih marah?" tanya Evan akhirnya.

" Nggak penting!" sahut Bella kembali kesal karena Evan mengingatkan kejadian waktu itu. Bella tidak bisa tidur beberapa hari ini karena ciumannya pada Evan. Dia merasakan hal yang berbeda saat mencium Evan. Perasaan yang berbeda dari yang dirasakannya pada Richard saat mereka berciuman.

" Gue minta maaf jika perkataan gue menyinggung lo!" Evan meminta maaf pada Bella.

" Gue bilang nggak penting!" sahut Bella sedikit nyolot.

" Lo kenapa, sih?" tanya Evan masih dengan nada datar karena dia tidak mau membuat kegaduhan di resto itu.

" Ini undangan dari bokap buat bokap lo sekeluarga!" ucap Bella mengeluarkan undangan dari dalam tasnya. Evan hanya menatap undangan itu tanpa menyentuhnya.

" Bokap harap lo dan keluarga datang! Acaranya minggu depan!" kata Bella dengan wajah datar.

" Lo kenapa, sih? Gue nggak suka keadaan ini, Ra!" kata Evan sedih.

" Gue mau ke toilet!" kata Bella lalu pergi meninggalkan Evan yang menatap undangan di meja itu dengan perasaan tidak menentu..

Ponsel Evan bergetar, ada panggilan masuk ke ponselnya, terlihat nama istriku tertera di layar ponsel. Evan menggeser ikon berwarna hijau.

" Sayang! Kenapa lama sekali?" tanya Dania manja.

" Sorry, Nia! Tadi aku dari toilet!' jawab Evan bohong. Deg! Baru kali ini Evan memanggilnya dengan nama saja selama mereka menikah. Tapi Dania hanya mengabaikan semua itu, dia sangat mencintai suaminya itu.

" Dinda ternyata ada di kota ini, baru saja dia menelpon ngajakin makan siang! Apa kamu bisa?" tanya Dania.

" Lebih baik kalian pergi berdua saja, aku tidak enak jika nanti Dinda merasa risih dengan kehadiranku!" jawab Evan.

" Aku tidak berpikir begitu! Ok, mungkin kamu benar! Aku boleh pergi?" tanya Dania.

" Tentu saja, sayang!" jawab Evan tersenyum. Hati Dania merasa sejuk mendengar kata sayang dari Evan.

" Baiklah! Kamu jangan lupa makan!" kata Dania.

" Iya, sayang! Kamu juga!" kata Evan. Bella telah kembali dari toilet. dia mendengar dialog mesra Evan dan Dania. Entah kenapa hatinya merasa panas dan cemburu mendengar semua itu. Dengan cepat Bella duduk kembali di hadapan Evan, membuat pria itu terkejut.

" Ok, kalo begitu kamu hati-hati!" kata Evan.

" Ok, sayang! Love you!" kata Dania.

" Me too!" balas Evan lalu menutup panggilan Dania.

Evan mematikan panggilan Dania dan meletakkan ponselnya di atas meja, sementara Bella hanya diam menikmati makanannya sambil membuka-buka dokumen Evan. Tringgg! Sebuah notifikasi masuk ke ponsel Bella. Bella hanya diam saja tanpa melihatnya. Evan mengamati wanita dihadapannya itu dengan perasaan heran. Tidak lama kemudian ponsel Bella bergetar, ada panggilan masuk di ponselnya. Sekali lagi Bella hanya diam saja tanpa menghiraukan itu semua.

" Apa kamu tidak akan menjawabnya?" tanya Evan.

" Nggak!" jawab Bella pendek. Evan menghela nafasnya, dia bingung dengan semua sikap Bella pagi ini.