Keesokan harinya Bella terbangun dengan tubuh terasa remuk, dia membuka kedua matanya dan mengingat kejadian semalam.
" Do! Sayang! Bangun! Bukannya kita ada kerjaan?" tanya Bella mengusap lembut tangan Evan yang melingkar di perut dan dadanya.
" Ehmmmm!" jawab Evan yang masih malas untuk bangun.
" Babe! Aku harus mandi! Tapi tubuhku rasanya remuk!" rengek Bella manja.
" Give me a morning kiss!" ucap Evan yang terbangun karena rengekan Bella.
" Cuppp!" Bella mengecup lembut bibir Evan.
" Thank You!" balas Evan lalu dia bangun tanpa sehelai benangpun menempel di tubuhnya.
" Wow! Sexy!" ucap Bella tersenyum genit melihat pahatan sempurna dari sang Kuasa.
" Jangan menggodaku! Atau kamu nggak akan bisa bangun hari ini!" ancam Evan mendengar godaan Bella.
" Iya, sayang! Ampun, deh!" sahut Bella.
Evan mengangkat Bella ala bridal style dan meletakkan wanita itu di dalam bathtub, lalu dia memutar kran air hangat untuk berendam Bella.
Ting! Tong! Bel apartement Bella berbunyi.
" Sayang! Sepertinya bel apartementmu berbunyi!" ucap Evan.
" What? Shittt! Kamu harus sembunyi, sayang!" ucap Bella panik.
" Apa maksudmu? Aku tidak akan kemana-mana!" kata Evan.
" Please, Do! Aku nggak tahu siapa yang datang. Mungkin mama atau papa!" kata Bella memohon.
" Bagus jika begitu, aku akan langsung bicara dengan mereka!" kata Evan semangat.
" Do!" panggil Bella kesal.
" Ok! Ok! Aku ngalah!" kata Evan.
" Pergilah ke balkon kamar!" kata Bella yang memakai pakaian tidurnya lalu memakai outernya. Setelah beberapa saat, dia berjalan ke arah pintu apartementnya. Bella melihat ke arah lubang pintu, tapi orang tersebut menundukkan kepalanya. Bella menekan tombol pintunya, lalu dia mendorongsedikit pintu tersebut.
" Dimana suami gue?" tanya Dania yang telah berada di depan pintu apartement Bella. Bella terkejut saat melihat kedatangan Dania.
" Kenapa lo nyari suami lo kesini? Lo nggak salah? Bukannya tadi dia ada di rumah!" kata Bella malas.
" Kalo memang dia nggak ada disini, lo pasti ngijinin gue masuk buat meriksa, bukan?" kata Dania.
" Sorry, ini sudah malam dan gue nggak suka dipaksa!" kata Bella.
" Berati suami gue ada di dalam!" kata Dania mengintimidasi.
" Serah lo ngomong apa, tapi dia nggak ada disini!" kata Bella lalu menutup pintu apartementnya.
" Jangan munafik, lo, Bel! Dasar pelakor! Gue tau Evan di dalam!" teriak Dania. Bella mengepalkan tangannya, untung saja unit di lantai itu hanya ada 3, jadi suara Dania nggak terdengar di seluruh bangunan.
" Keluar, lo, Bel!" teriak Dania lagi.
Bella yang memang sangat tidak menyukai Dania lalu kembali membuka pintu apartementnya dan keluar menghadapi Dania.
" Nyolot banget ya, mulut lo!" kata Bella marah.
" Gue nggak akan nyolot kalo lo emang bisa ngebuktiin kalo Evan nggak ada disini!" kata Dania marah.
" Kenapa laki lo bisa kesini? Bukannya lo istrinya? Aneh banget!" sindir Bella.
" Lo nggak usah berlagak bego! Lo kira gue nggak tahu kalo kalian ada apa-apa? Lo kira perbuatan bejat kalian itu bisa kalian tutup-tutupi?" maki Dania.
" Jaga mulut lo, ya! Dasar wanita gila!" kata Bella tersinggung.
Dia sadar jika dia memang salah karena telah mengambil Evan dari Dania. Tapi dia juga tidak mau semua ini terjadi, karena tidak ada yang salah dengan jatuh cinta dan mencintai. Tapi itu akan menjadi salah jika orang itu telah memiliki pasangan atau keluarga.
" Lo yang gila! Dasar pelakor!" balas Dania lalu mendorong Bella ke dinding.
Bella terkejut saat Dania tiba-tiba saja mendorongnya dengan cukup keras. Bella membentur dinding dan merasakan sakit pada perutnya.
" Akhhhhh!" teriak Bella memegangi perutnya.
" Ara!" teriak Evan yang keluar dari dalam apartement Bella.
Dia terkejut melihat Dania mendorong Bella dengan keras. Lalu Evan mendekati Bella yang terduduk kesakitan.
" Sa...kit, Dooo!" teriak Bella.
" Apa yang kamu lakukan? Apa kamu sudah gila?" teriak Evan pada Dania.
Dania terkejut melihat kemarahan Evan, dia baru kali ini meliht raut wajah Evan yang sedang marah. Dania gemetar melihat wajah gelap suaminya.
" Van...kamu..."
" Cukup! Pergi!" teriak Evan lagi.
" Aku akan mengadukan semua ini pada orang tuamu!" kata Dania berlari meninggalkan Evan dan Bella.
" Nia! Tunggu!" teriak Evan terkejut.
Jika benar Dania kan mengadukan pada kedua orang tuanya, dia takut jika jantung mamanya akan kumat, karena mama Evan memiliki riwayat penyakit jantung.
" Sayang, aku akan memanggil ambulance, tapi aku harus mengejar Dania, karena mama akan terkena serangan jantung jika mendengar tentang semua ini!" kata Evan menjelaskan.
" Sak...kitttt, Dooo!" rintih Bella.
" Aku tahu, sayang! Tapi aku harus melakukan ini!" kata Evan lalu mencium kening Bella dengan cukup lama.
" I love you!" ucap Evan lalu dia berlari meninggalkan Bella mengejar Dania.
Evan menelpon ambulance dan menghubungi asistennya agar datang menolong Bella. Dania yang baru saja keluar dari lift langsung berlari keluar apartement menuju ke mobilnya.
" Nia!" panggil Evan saat dilihatnya istrinya itu telah sampai di pintu mobilnya..
Dania menoleh ke arah suara Evan, dia berhenti sejenak, lalu membuka pintu mobilnya dan menyalakan mobilnya. Evan berlari mendekati mobil Dania. Saat Evan berdiri menghadang di depan mobil Dania, Dania dengan marah menginjak pedal gas dengan keras sehingga Evan merasa terkejut dan menjatuhkan dirinya ke kanan. Dilihatnya mobil Dania yang melaju kencang, lalu Evan berdiri dan menekan tombol kontak mobilnya. Evan masuk ke dalam mobil dengan amarah yang tergambar di wajah tampannya. Dia menyalakan mesin mobilnya dan menekan pedal gas dengan keras hingga menimbulkan bunyi berdecit yang cukup keras.
Dania melihat dari kaca spionnya jika mobil Evan mengejarnya setelah beberapa saat dia keluar dari bangunan apartement Bella. Dania tahu maksud Evan dengan terus saja membunyikan klakson mobilnya. Dia tahu jika Evan mau Dania menghentikan mobilnya saat itu juga. Tapi Dania mengabaikan peringatan Evan, dia semakin menekan pedal gas mobilnya. Evan yang melihat ada truck dari arah kanan Dania yang hampir dekat, langsung menekan keras-keras pedal gas mobilnya hingga menabrak bagian belakang mobil Dania.
Kecelakaan tidak dapat dihindari, bagian belakang mobil Evan disambar oleh truck yang berjalan cukup kencang walau terdengar deritan ban yang direm secara mendadak oleh sopir truck.
Ciiiittttttttt! Braakkkkkk! Mobil Evan sempat berputar sekali lalu menabrak tiang listrik hingga kepala Evan terbentur kemudi dan kaca pintu mobil. Dania yang melihat semua itu langsung keluar dari dalam mobil dan berteriak.
" Evannnnnnnnnn!"
Dania berlari mendekati mobil Evan dan mencoba membuka pintu mobil suaminya, tapi tidak bisa dikarenakan macet.
" Tolongggg! Tolongggg!" teriak Dania, karena jalanan memang sedang sepi malam itu.
" Please, Van! Kamu harus bertahan! Tolonggggggg!" teriak Dania lagi.
Tidak berapa lama ada sebuah mobil dan sepeda motor yang melintas, mereka berhenti karena melihat kecelakaan tersebut.
" Tolong suami saya!" mohon Dania pada orang-orang yang datang ke lokasi kecelakaan.