Aku nggak akan biarin dia mengakui anakku! Nggak akan! batin Evan.
" Jangan berani-berani melakukan itu, Ra! Sial!" umpat Evan menahan amarah.
" Sayang?" panggil Dania yang melihat Evan marah-marah sendiri di balkon kamar.
" Eh, ya? Kamu sudah selesai?" tanya Evan terkejut memutar tubuhnya.
" Kamu kenapa marah-marah?" tanya Dania curiga.
" Nggak! Itu anak-anak di lokasi pada nggak becus!" kata Evan berbohong.
" Apa kita jadi jalan, sayang?" tanya Dania.
" Tentu saja!" jawab Evan.
Ada apa denganmu, Van? Kenapa aku merasa jika kamu berubah dan menyembunyikan sesuatu? Kamu membuatku takut? batin Dania menatap Evan yang saat ini sedang membawa mobilnya dengan sedikit kencang.
" Halo, Bro!" sapa Max.
" Max! Apa kabar? Lama kita nggak ketemu!" kata Damar.
" Baik, Dam!" jawab Max tersenyum.
" Apa kabar calon menantuku? Pasti dia tambah cantik!" kata Damar.
" Baik! Ya, gitulah! namanya buah jatuh tak jauh dari pohonnya!" kata Max melirik putrinya.
" Hahaha! Ya ya ya, Netta memang sangat cantik!" kata Damar membuat hati Max cemburu karena mendengar ada pria lain yang memuja istrinya.
" Ehmmm!" dehem Max membuat Damar tersadar akan kesalahannya yang telah memuja istri orang.
" Sorry! Sorry! Ada yang bisa aku bantu?" tanya Damar.
" Bel akan mengadakan kerjasama dengan sahabatnya dan membutuhkan kerjasama dengan pemerintah!" kata Max langsung.
" Tentu saja aku akan membantu menantuku!" kata Damar senang.
" Baguslah!" kata Max.
" Besok siang aku ada meeting di Balai Kota, suruh saja dia datang dengan kawannya itu!" kata Damar.
" Ok! Thank's, Dam!" jawab Max.
" Sama-sama, Max!" jawab Damar. Max mematikan panggilannya.
" Besok siang Om Damar ada meeting di Balai Kota, bawa Evan kesana!" kata Max pada Bella.
" Ok, Pa! Besok Bel akan ajak Edo kesana!" kata Bella.
Acara malam itu berlangsung dengan penuh kehangatan, tapi tidak dengan hati Bella yang penuh dengan kepura-puraan. Pada saat makan malam, Bella merasa semua makanan membuat perutnya mual dan ingin muntah.
" Kamu kenapa, Bel?" tanya Netta khawatir saat melihat putrinya hanya menatap saja makanan di meja tanpa menyentuhnya.
" Nggak papa, Ma! Bel hanya belum lapar aja!" kata Bella.
" Kalo gitu makan salad saja dulu!" kata Netta.
" Iya, baby! Nanti kamu bisa sakit!" kata Richard yang ikutan khawatir.
" Bel permisi ke belakang dulu!" pamit Bella lalu berdiri dan menuju ke kamar mandi dekat dapur.
" Hoeekkkk! Hoeekkkkk!" Bella memuntahkan cairan bening dari dalam mulutnya. Rasa pahit menjalar di lidah dan kerongkongannya. Perutnya seperti diaduk-aduk dan kepalanya terasa sedikit pening.
" Pasti ini gara-gara aku telat makan kemarin!" kata Bella ambigu.
Bella kembali ke ruang makan setelah merasa lebih baik, lalu dia meminum air putih dan memakan salad yang ada di meja.
" Apa semua baik-baik saja, sayang?" tanya Netta yang melihat wajah putrinya sedikit pucat.
" Iya, Ma! Bel baik-baik saja! Hanya sedikit mual karena kemarin telat makan!" kata Bella pada Netta dengan tersenyum. Dia tidak mau mamanya khawatir pada dirinya.
Setelah acara makan malam itu, Richard berusaha mengambil hati seluruh keluarga Bella, membuat Bella merasa jijik dan muak pada calon suaminya itu.
" Rich! Aku sudah mengantuk!" kata Bella pada Richard.
" Baiklah, baby! Saya pamit dulu, Om! Tante! Bella sepertinya sudah lelah!" kata Richard penuh pengertian.
" Baik, nak Richard! Kamu hati-hati di jalan!" kata Netta.
" Pasti, Tante!" kata Richard. Bella mengantar Richard ke depan pintu rumahnya. Richard segera memeluk pinggang Bella dan melumat bibir Bella dengan lembut. Bella yang terkejut ingin melepasnya, tapi dia tidak ingin Richard jadi curiga.
" I love You, Bella! Aku janji akan membahagiakan kamu selamanya!" kata Richard yakin.
" Me too!" jawab Bella pendek.
" Jangan meragukan cintaku!" kata Richard lagi.
Sementara itu Evan dan Dania kembali ke rumah orang tua Evan setelah mereka berjalan-jalan menikmati pemandangan kota.
" Pa! Ma!" sapa Evan.
" Van!" sahut Papa dan Mama Evan.
" Beberapa hari lagi kita di undang Om Max buat pertunangan Bella!" kata papa Evan sambil memperlihatkan undangan itu pada Max.
" Bella sahabat kamu itu, sayang?" tanya Dania. Evan menganggukkan kepalanya menerima undangan itu dan membukanya.
" Syukur kalo dia sudah menemukan kebahagiaan juga, Van!" kata papa Evan.
" Kita berempat akan datang kesana!" kata mama Evan.
" Iya, Ma!" jawab Dania tersenyum. Sementara hati Evan terasa sakit saat melihat foto Bella yang sedang berpelukan mesra dengan Richard. dan Dania bisa melihat semua sikap dan raut wajah Evan pada saat itu.
Bella membaringkan tubuhnya lalu meraih ponselnya, dia membaca notifikasi dari Evan.
@ Besok ada undangan makan siang dari pemerintah
@ Aku tunggu kamu jam 11 disana
tulis Bella di ponselnya lalu dikirimkannya ke Evan dan mematikan ponsel tersebut.
Keesokan harinya, setelah sarapan, semua orang akan pergi ke Mall, tinggal Malv dan Bella masih di rumah karena Bella harus mempersiapkan materinya buat acara makan siang dengan Damar, sedangkan Malv masih di rumah karena akan ada meeting penting di perusahaan cabangnya disini, tapi waktunya agak siangan.
" Bel!" panggil Malv.
" Kak!" balas Bella.
" Proyek lo sepertinya udah Ok! Tinggal eksekusi aja sama Om Damar!" kata Malv.
" Thank's Kak! Semalam Papa udah nelponin Om Damar, dia ngundang kita makan siang di Balai Kota!" kata Bella.
" Bagus kalo gitu! Proyek ini akan menyita banyak waktu lo kalo Gol!" kata Malv lagi.
" Iya, Kak! Gue tahu!" jawab Bella.
" Lo uda sarapan?" tanya Malv.
" Sudah!" jawab Bella.
" Wajah lo agak pucet!" kata Malv yang melihat wajah adiknya.
" Gue sedikit nggak enak badan, mungkin masuk angin aja, Kak!" kata Bella.
" Tuan Muda! Ini juz duriannya!" kata Sumi memberikan Juz pesanan Malv itu pada putra majikannya. Bella yang sedang bergelanyut manja di lengan kakaknya mencium bau juz itu dan seketika dia berlari ke kamar mandi.
" Hoeekkkkk! Hoeekkkk! Hoeekkkkk!" Bella kembali memuntahkan isi perutnya yang hanya berupa cairan dan buah.
" Hooeekkkk! Hooeekkkk!" Bella memijit pelipisnya dan memijit tengkuknya.
Setelah merasa lega, Bella mencuci mulutnya, dia merasa tubuhnya lemas lalu bersandar di dinding kamar mandi.
" Lo baik-baik aja?" tanya Malv tiba-tiba.
Bella terkejut melihat kakaknya yang telah berdiri di pintu kamar mandi sambil menatapnya dengan tajam.
" Iya, Kak! Tadi udah gue bilang, gue masuk angin aja!" kata Bella.
" Lo yakin hanya masuk angin?" tanya Malv curiga.
" Iya! Gue yakin!" jawab Bella lalu dia kembali membasuh wajahnya di westafel.
" Kalo gitu gue pergi dulu!" kata Malv yang masih menatap Bella dengan curiga.
" Iya!" jawab Bella santai.
Bella berjalan keluar kamar mandi dan duduk di meja makan, dia melihat buah-buahan di atas meja.
" Mbok! Apa masih belum musim mangga?" tanya Bella pada Sumi yang sedang membersihkan dapur bekas memasak.
" Sepertinya belum, Non! Karena di pasar belum ada yang jual! Ada juga mangga muda, tapi masam banget!" kata Sumi membuat air liur Bella seakan menetes.
" Aku masakin daging asam mangga dong, mbok!" kata Bella.
" Nona Muda mau makan sekarang?" tanya Sumi.
" Nanti malam aja, Mbok!" kata Bella.
" Baik, Nona!" jawab Sumi.