webnovel

GELISAH

Dania datang beberapa saat setelah keluarga Bella pulang. Dania masih sempat melihat jika punggung suaminya.

" Evan sudah pulang? Apa mereka sempat bertemu? Arghhh! Sial! Ini semua gara-gara Sisca!" umpat Dania kesal. Dia begitu cemburu dan marah karena melihat Evan yang telah berada di rumah.

Sementara Evan saat ini sedang gundah akibat ucapan Malv tadi. Dia sangat takut jika Bella benar-benar akan dijodohkan dengan temannya.

" Van! Tadi istrimu pamit ke rumah saudaranya!" kata papa Evan yang sudah duduk di ruang tengah sambil menonton TV.

" Van?" panggil papa Evan, karena putranya itu tidak merespon ucapannya barusan.

" Apa ada yang serius, Van?" tanya papa Evan lagi.

" Evan!" teriak papa Evan.

" Papa!" tegur mama Evan karena terkejut.

" Ya, Pa?" sahut Evan yang juga terkejut.

" Apa masalahnya memang serius, sampai-sampai kamu tidak mendengar ucapan papa?" tanya papa Evan kesal.

" Belum tahu juga, Pa! Besok kan baru ketemu sama orangnya!" kata Evan datar.

" Aku mau kerja dulu!" kata Evan yang berjalan masuk ke dalam ruang kerjanya.

" Persis seperti kamu! Gila kerja!" sindir mama Evan pada suaminya.

" Kan buat keluarga, Ma!" balas papa Evan.

" Itu hasilnya! Dia hanya seorang diri di dunia!" sindir mama Evan lagi.

Papa Evan menghela nafas panjang. Dia memang selalu merasa bersalah jika mengingat kesibukannya yang sangat menyita waktunya sehingga dia sering melupakan istri dan anaknya.

" Iya, Papa minta maaf, mama sayang! Makanya Papa nggak mau Evan jadi kayak papa!" kata papa Evan membela diri.

" Buah jatuh tak jauh dari pohonnya!" sindir mama Evan lagi.

" Ichh, Mama! Kok sewot terus! Apa mau nyindir papa semalaman?" ucap papa Evan pada istrinya.

" Pengennya sih!" sahut mama Evan menahan tawa karena berhasil mengerjai suaminya.

" Ampun, deh, ma! Papa nyerah! Papa pasrah, deh, mama maunya apa, asalkan mama nggak marah sama papa!" kata papa Evan pasrah.

" Kalo gitu malam ini papa tidur di sofa!" kata mama Evan berlalu dari hadapan suaminya.

" Yaaaa, mama, nggak asik! Yang lain dong hukumannya!" tawar papa Evan.

" Gak ada tawar menawar!" balas mama Evan.

" Nasibbbb, nasib!" ucap papa Evan menghela nafas.

Sedangkan dibalik dinding ruang tamu, Dania hanya terdiam tanpa bermaksud untuk beranjak dari tempatnya. Setelah kedua mertuanya masuk ke dalam kamar mereka, Dania kemudian naik ke lantai 2 dan masuk ke dalam kamarnya. Aroma berbeda tercium oleh indra penciuman Dania.

Ini bukan aroma parfum milikku! batin Dania. Ini aroma parfum mahal dan hanya ada di luar negeri! batin Dania lagi. Dania memang penggemar parfum-parfum branded, jadi dia tahu aroma berbagai parfum mahal.

Brengsek kamu, Van! Apa kamu memasukkan jalang itu ke kamar kita? batin Dania marah. Apa yang kalian berdua lakukan disini? Apa kalian saling menyatu? batin Dania mengepalkan kedua tangannya.

" Arghhhhh!" teriak Dania sambil menarik sprei ranjangnya lalu membuang semua bantal dan guling di ranjang tersebut.

" Aku nggak akan membiarkan kalian bersama! Kamu milikku, Van! Aku akan membuatmu kembali padaku!" kata Dania ambigu.

Dania berjalan ke arah walk in closet dan masuk ke dalamnya. Dia membuka laci meja yang ada di dalamnya dan mengambil sebuah botol berwarna putih. Dania membukanya tutup botol tersebut dan mengambil 2 butir kapsul yang ada di dalam botol tersebut lalu di kembalikannya botol itu ke dalam laci dan menguncinya.

Tok! Tok! Tok! Sebuah ketukan terdengar di pintu ruang kerja Evan.

" Siapa?" tanya Evan.

" Saya Ani, Tuan Muda!" jawab Ani, PRT di rumah Evan.

" Masuk!" jawab Evan.

" Maaf, Tuan Muda! Apa Tuan Muda ingin saya membuatkan sesuatu?" tanya Ani.

" Aku akan lembur! Buatkan aku kopi saja!" kata Evan tanpa melihat ke arah Ani.

" Baik, Tuan Muda! Permisi!" kata Ani pamit lalu keluar dari ruang kerja Evan.

Ani pergi ke dapur untuk membuatkan minuman buat Evan. Disana telah menunggu Dania dengan outer yang menutupi lingerienya.

" Tuan Muda minta kopi, Nona!" kata Ani.

" Biar aku yang bikin, kamu ambilkan kue kesukaan suamiku!" kata Dania.

" Baik, Nona Muda!" jawab Ani. Ani mengambil sebuah piring kue dan menuju ke arah lemari makan. Sementara Dania membuatkan kopi Evan dan tidak lupa mencampurkan 2 butir kapsul yang telah dibuka lapisan gelnya. Dania mengaduk kopi tersebut dengan hati senang dan senyum smirknya.

" Sudah, An?" tanya Dania. Ani yang sekilas melihat perbuatan majikannya hanya diam dan pura-pura tidak mengetahui. Dia menata kembali kue yang ada di piring lalu mendekati majikannya.

" Sudah, Nona!" jawab Ani. Dania memberikan kopi yang dibuatnya dan meletakkannya di baki yang dibawa Ani.

" Pergilah!" kata Dania.

" Permisi, Nona!" kata Ani pada Dania yang menganggukkan kepalanya.

Ani berjalan membawa baki itu ke ruang kerja Evan, sementara Dania naik ke kamarnya untuk bersiap-siap menghabiskan waktu bersama Evan.

" Ini kopinya, Tuan Muda!" kata Ani.

" Letakkan saja dimeja!" kata Evan.

" Iya, Tuan Muda!" jawab Ani yang berjalan menuju meja yang dikatakan Evan dan meletakkan piring berisi kue dan kopi di atasnya.

" Saya permisi, Tuan Muda!" pamit Ani.

" Iya!" jawab Evan.

" Hahaha! Malam ini kita...No! Kamu akan sangat menginginkan diriku Evando! Dan aku akan membuatmu puas sampai kamu sendiri meminta untuk berhenti!" Dania tertawa sambil membuka outernya hingga memperlihatkan lingerie tipisnya yang sangat memperlihatkan seluruh lekuk dan bagian tubuhnya.

Sementara itu di dalam ruang kerjanya, Evan tidak dapat berkonsentrasi, dia mondar-mandir di depan meja kerjanya. Sesekali dia duduk di balik meja dan menatap layar laptop, tapi sebentar kemudian dia menyandarkan punggungnya ke kursi kerjanya sambil menyugar rambutnya. Evan sangat takut karena memikirkan ucapan Malv saat makan malam tadi.

" Arghhhh! Kamu milikku Ara! Hanya milikku! Kalian berdua adalah segalanya bagiku! Kamu dan calon anak kita" kata Evan ambigu. Evan menyalakan ponselnya dan melihat WA, tapi Bella tidak satupun mengirimkannya pesan.

" Aku harus bicara dengan Ara! Jangan sampai dia pergi bersama kakaknya besok" kata Evan lagi. Dia kembali menyalakan ponselnya dan menekan nomor Bella, tapi hanya nada dering yang dia dengar.

" Come on, babe! Arghhh!" teriak Evan frustasi.

" Aku tidak bisa menunggu hingga pagi, karena Kak Malv pasti memaksa Ara untuk pergi menemui temannya!" kata Evan lagi.

Dia kemudian meminum kopi yang disiapkan oleh Dania hingga habis. Dengan cepat dia meraih kunci mobilnya dan sedikit berlari keluar dari ruang kerjanya. Evan kembali menghubungi Bella, tapi Bella tidak mengangkat ponselnya karena dia sedang di dalam kamar mandi.

" Sial! Kemana kamu, sayang!" umpat Evan.

Evan masuk ke dalam mobilnya dan menyalakan mesin mobilnya, dia meletakkan ponselnya di kursi samping. Mendadak kepalanya sedikit pusing, lalu dia meneguk air mineral yang ada di pintu mobil dan perlahan menjalankan mobilnya.

" Tuan Muda?" sapa Bakri satpam rumahnya.

" Buka! Saya mau pergi!" kata Evan.

" Siap, Tuan Muda!" jawab Bakri.

Bakri pergi ke dalam pos dan menekan tombol otomatis agar pintu pagar terbuka dengan sendirinya. Evan menjalankan kembali mobilnya ke jalan raya. Evan membawa mobilnya ke apartement Bella, padahal dia tidak tahu jika Bella ada disana atau tidak. Kepala Evan bertambah pusing dan tubuhnya terasa panas.