webnovel

6. Keributan dan Hukuman

"Gara-gara kamu aku jadi diusir dari kelas," ucap Feifei mengacungkan tangannya pada Li Rouwan.

"Gara-gara kamu juga. Kalau kamu tidak menamparku, kita tidak akan ketahuan," jawab Li Rouwan memukul tangan Feifei dengan bajunya yang panjang.

"Dasar laki-laki pengecut, kalau berani kita adu kekuatan sekarang," ucap Feifei. Suara pedang yang ditarik membuat Li Rouwan menatap ke arah Feifei. Feifei sudah mengacungkan pedangnya.

"Dilarang ribut dengan sesama murid," kata Li Rouwan menunjuk batu besar bertuliskan peraturan padepokan.

"Siapa peduli, aku sudah bersusah payah masuk ke Padepokan ini, tapi kamu membuatku tidak bisa mengikuti pelajaran," ujar Feifei menyabetkan pedangnya pada Li Rouwan.

"Akhh! Rouawan terpekik saat merasakan pinggangnya kegores pedang. Rouwan lantas menarik pedangnya, pria itu menyabetkan pada Wei Feifei.

Feifei menahan serangan Li Rouwan dengan mudah, gadis itu tampak cekatan membalas serangan Li Rouwan. Li Rouwan benar-benar pengecut, beraninya dengan perempuan. Hal yang paling membuat Feifei kesal dengan Li Rouwan adalah saat di gerbang pintu utama padepokan, Li Rouwan mengatainya mesum, dan lagi Li Rouwan kembali mencari gara-gara dengan membuatnya keluar dari kelas.

"Kamu pikir aku akan memaafkanmu, jangan harap!" teriak Feifei menendang dada Li Rouwan dengan kencang.

Tubuh Li Rouwan terpental hingga jatuh. Feifei memainkan pedangnya dengan senyum miring yang menghiasi wajahnya. Gadis itu terlihat cantik tapi sadis di saat bersamaan. Gadis itu menerjang tubuh Li Rouwan, tapi Li Rouwan segera menghindar saat Feifei akan menusuknya. Li Rouwan mengangkat kakinya dan berdiri dengan tegak. Pria itu mengacungkan pedangnya, Feifei menangkisnya dan kembali menendang Li Rouwan.

"Aku sudah menantikan hari di mana aku akan belajar di padepokan ini, dan kamu membuatku tidak mengikuti kelas. Satu menitnya sangat berharga untukku!" teriak Feifei masih mengayun-ayunkan pedangnya.

Suara sabetan pedang dan teriakan dari seorang perempuan terdengar sampai di dalam kelas. Lan Yunxi memejamkan matanya mendengar suara Feifei yang terus mencari keributan.

Brakkk!

Lan Yunxi, Kai Wenning dan seluruh murid tersentak saat guru Su Ziran memukul meja dengan kencang. Begitu pun anak satu-satunya Su Ziran yang bernama Su Zanghi yang baru pulang dari negeri sebelah pagi tadi. Su Zanghi berdiri, pria itu bergegas untuk keluar melihat keributan apa yang tengah terjadi.

"Lan Yunxi!" desis Su Ziran menatap murid seniornya.

"Mohon ampun, Guru," ucap Lan Yunxi memberikan penghormatan.

Lan Yunxi bergegas untuk keluar dari kelas, begitu pun dengan yang lain karena penasaran dengan suara-suara pedang dan teriakan.

"Waaahhh … pendekar perempuan," pekik Kai Wenning dengan antuasias tatkala ia melihat Feifei tengah beradu senjata dengan Li Rouwan.

Lan Yunxi mengepalkan tangannya melihat pemandangan yang berada di depannya. Kini ia melihat Feifei dengan membabi buta menyabetkan pedangnya menyerang Li Rouwan. Terlihat sekali Li Rouwan tampak kuwalahan membalas serangan Feifei. Meski Li Rouwan laki-laki, tapi kekuatan Feifei tidak bisa diragukan. Gadis yang terlihat polos itu bukanlah tandingannya. Gerakan tangan dan kaki Feifei benar-benar melumpuhkan Li Rouwan. Li Rouwan jatuh telentang saat Feifei melibaskan pedangnya tepat di hadapannya. Meski pedang Feifei tidak sampai mengenai wajahnya, tapi hembusan angin yang kencang membuat Li Rouwan terjatuh.

Bukannya melerai, Kai Wenning dan teman-temannya bertepuk tangan mengaggumi kehebatan Feifei. Fefei menyarungkan pedangnya, gadis itu masih menatap tajam Li Rouwan.

"Ini hanya peringatan, Li Rouwan. Sekali lagi kamu membuatku dalam masalah, aku pastikan kepalamu menggantung di hutan pinus seberang sana," ucap Wei Feifei dengan tajam. Baju bawah yang digunakan Feifei menyingkap, memperlihatkan kaki seputih susu itu yang tengah terluka.

"Wah hebat. Dalam keadaan terluka saja gadis itu bisa mengalahkan Li Rouwan," ucap murid lain mengagumi Feifei.

"Bukankah itu murid yang kemarin ditolak? Sekarang dia ada di sini," timpal yang lainnya.

"Heh, kalian tidak tahu, semalam Feifei melawan ular raksaksa sendirian. Ularnya langsung mati," ujar Kai Wenning yang ikut dalam pembicaraan. Kai Wenning tampak antusias menceritakan Feifei.

"Tapi meski kakinya terluka dia masih bisa mengalahkan Rouwan, gadis itu juga sangat cantik," jawab Li Wen.

"Semalam Guru Lan Yunxi yang membawa gadis itu."

Lan Yunxi masih mengepalkan tangannya dengan kuat melihat kelancangan Feifei yang saat ini menumbangkan seorang laki-laki yang bahkan ukuran tubuhnya dua kali lipat lebih besar dari Feifei. Suara orang berdehem kecil terdengar, Lan Yunxi melirik ke arah kanan. Su Zanghi berdiri di sampingnya.

"Aku dengar dari Guru Su Ziran, kamu yang membawanya kemari," bisik Su Zanghi. Lan Yunxi tidak menjawab, pria itu masih mencoba mengendalikan emosinya.

"Dari mana gadis itu berasal sampai membuat Lan Yunxi membawanya kemari," tambah Su Zanghi.

Su Ziran memegangi dadanya yang terasa sesak melihat pertempuran anak muridnya sampai salah satu di antara mereka kalah telak. Su Ziran tidak pernah punya firasat buruk tentang penerimaan murid baru, tapi hari ini pemandangan yang tidak pernah ia inginkan malah ia lihat dengan mata kepalanya sendiri.

"Lan Yunxi!" teriak Su Ziran dengan amarah yang sudah memuncak. Lan Yunxi menolehkan kepalanya, pria itu mendekati Su Ziran dan menundukkan kepalanya beberapa kali.

"Maafkan Yunxi, Guru. Yunxi salah," ucap Lan Yunxi.

"Dia tanggung jawabmu, Lan Yunxi," desis Su Ziran.

"Yunxi siap dihukum, Guru," jawab Lan Yunxi.

"Kedisiplinan, hukum mereka!" teriak Su Ziran.

Tidak berapa lama orang kedisiplinan menarik Li Rouwan dan Feifei dengan paksa. Feifei memberontak, gadis itu mencoba melepaskan diri dari kedua orang yang kini memegang tangannya dengan erat dan menariknya dengan paksa.

"Eh aku mau dibawa kemana?" teriak Feifei.

Begitu pun Li Rouwan yang ditarik paksa. Li Rouwan tidak punya kemampuan lagi untuk melawan karena tenaganya sudah habis. Kedua orang itu dibawa ke tempat hukuman. Tempat hukuman dilakukan di tempat yang terbuka disaksikan oleh seluruh murid agar bisa memberikan efek jera dan murid lain tidak melakukan kesalahan yang sama.

Li Rouwan dan Feifei duduk bersimpuh di tempat hukuman, kedua orang itu menatap seluruh murid yang saat ini menatapnya. Lan Yunxi ikut bergabung, pria itu bersimpuh di samping Feifei.

"Guru, kenapa guru juga di sini?" tanya Feifei bingung. Lan Yunxi tidak menjawab, pria itu masih menatap lurus tanpa melirik sedikit pun pada Feifei.

"Guru, kenapa guru ada di sini?" tanya Feifei mengulangi.

"Feifei, diam!" titah Guru Su Ziran. Feifei mengatupkan bibirnya.

"Su Zanghi, hukum dia!" titah Su Ziran. Su Ziran memilih pergi dari tempat hukuman. Untuk pertama kalinya setelah bertahun-tahun lamanya, ia melihat Lan Yunxi melakukan kesalahan. Sebenarnya bukan kesalahan Lan Yunxi, hanya saja Lan Yunxi yang tanggung jawab atas Wei Feifei.

"Feifei, Li Rouwan, sudah puas ributnya?" tanya Su Zanghi.

"Guru, hukum saja aku dan Li Rouwan, jangan hukum Guru Lan Yunxi, dia tidak salah apa-apa," ucap Feifei.

Dugh!

Li Rouwan memukul kepala belakang Feifei dengan kencang sampai Feifei menundukkan kepalanya.

"Kenapa kamu memukulku?" sentak Feifei mengepalkan tangannya ingin memukul Li Rouwan. Namun gerakannya terhenti saat mendengar suara Su Zanghi.

"Sudah sudah, jangan ribut," lerai Su Zanghi.

Su Zanghi anak satu-satunya Su Ziran, pria menawan dengan perangai yang baik dan lemah lembut. Wajah teduh dan suara yang menjadi candu karena kelembutannya.

"Menurut peraturan keluarga Su, di padepokan Ghuzhi tidak boleh ada keributan. Siapapun murid yang terlibat keributan antar murid lain, hukumannya cambuk lima puluh kali," ucap Su Zanghi.

Li Rouwan dan Feifei membulatkan matanya mendengar hukuman itu. "Guru, apa tidak bisa dikurangi?" tanya Li Rouwan.

"Tidak. Kalian sudah membuat keributan yang membuat pelajaran terganggu. Untuk Lan Yunxi, hukuman cambuk seratus kali."

"Kenapa bisa begiu? Guru Lan tidak melakukan kesalahan apa-apa," ucap Wei Feifei protes.

"Karena Lan Yunxi yang membawamu ke sini, jadi kamu di bawah tanggung jawabnya. Apapun kealahan yang kamu lakukan, Lan Yunxi harus bertanggung jawab penuh," jelas Su Zanghi. Feifei membulatkan matanya mendengar itu.

"Tidak bisa, aku yang salah. Cukup cambuk saja aku seratus lima puluh kali. Aku tidak akan keberatan, asal jangan Guru Lan," pekik Feifei.

"Akhhh!"

"Aduhhh!"

Li Rouwan dan Feifei berteriak nyaring saat tubuh belakang mereka mulai dicambuk dengan kencang.

"Aku belum siap," teriak Feifei menegakkan tubuhnya. Namun bukannya berhenti mencambuk, orang kedisplinan lebih mengencangkan ayunan cambuknya.

Teriakan Li Rouwan dan Feifei saling bersahutan dengan suara cambuk yang kencang. Feifei merasa kesakitan, gadis itu terus berteriak mengatakan 'belum siap, 'istirahat dulu dan pekikan-pekikan lain. Di sela hukumannya, Feifei melirik pada Lan Yunxi. Lan Yunxi sama sekali tidak memberikan reaksi apapun, Lan Yunxi tetap mempertahankan wajah datarnya padahal tengah dicambuk dengan kencang juga.

Su Zanghi menggelengkan kepalanya seraya tersenyum, pria itu menatap ketiga orang yang tengah bersimpuh seraya dicambuk.