webnovel

19. Dihukum Lagi

Lan Yunxi menatap Wei Feifei dengan diam. Pandangan pria itu menelusuri tubuh Feifei dari atas sampai bawah, sedangkan yang ditatap balik menatap. Hanya Feifei yang berani menatap gurunya. Kai Wenning saja enggan dan merasa tidak enak hati menatap Guru Lan meski mereka sudah bersama dalam waktu yaang lama.

"Em … Bagaimana keadaan kamu?" tanya Lan Yunxi.

Feifei menatap dirinya sendiri, "Aku baik," jawab Feifei.

Lan Yunxi menganggukkan kepalanya, pria itu membalikkan badannya dan beranjak pergi. Namun suara Feifei mencegahnya.

"Em, tunggu!" pekik Feifei. Lan Yunxi menghentikan langkahnya, kendati demikian pria itu tidak membalikkan tubuhnya.

"Ada apa?"

"Apa guru Lan yang menyembuhkanku? Akumerasa ada yang bersamaku semalam menyalurkan energinya," ujar Feifei.

"Aku juga merasa tengah malam aku kedinginan dan kesakitan, ada yang menemaniku sampai pagi. Tapi saat aku membuka mata, aku tidak menemukan siapapun," tambah gadis itu.

Lan Yunxi menolehkan kepalanya sekilas, tangan pria itu mencengkram erat pedang yang ia bawa. Pandangan lan Yunxi menyorot tajam ke depan. Semalam ia memang menyalurkan energi untuk Feifei, tetapi saat tengah malam sampai pagi, itu jelas bukan dirinya.

"Guru Lan, guru yang mengobatiku?" tanya Feifei mendekati Guru Lan dan berdiri di hadapan pria itu.

"Kamu tidak tahu siapa yang bersamamu semalaman?" tanya Lan Yunxi.

"Kalau aku tahu, aku tidak akan tanya, Guru," jawab Feifei.

"Lain kali, kunci pintunya sebelum tidur!" desis Lan Yunxi, mata pria itu menyorot tajam ke arah Feifei.

"Hah?" Feifei membeo.

Lan Yunxi mendorong bahu Feifei sedikit dan memilih meninggalkan gadis itu. Tangan pria itu masih mencengkram erat pedangnya. Sedangkan Feifei yang melihat kepergian gurunya segera berlari menyusul.

"Guru, tolong jawab aku. Apa guru yang mengobatiku semalam?" pekik Feifei.

"Guru, jawab dengan jujur. Kalau itu guru yang melakukannya aku tidak khawatir. Tapi bagaimana kalau itu orang lain?"

"Kalau orang lain lalu kenapa? Kamu juga akan senang?" sentak Lan Yunxi membalikkan tubuhnya tiba-tiba.

Brukk!

"Akhhh!" Feifei terpekik kecil saat kepalanya menubruk tubuh Lan Yunxi karena pria itu yang berhenti mendadak.

Tangan kanan Lan Yunxi dengan sigap memeluk pinggang Feifei, menahan tubuh gadis itu agar tidak limbung. Mata Feifei dan Lan Yunxi bersih tubruk, warna mata milik Feifei yang indah membuat Lan Yunxi membeku di tempatnya. Lan Yunxi menyelami lebih dalam mata itu, mata bening yang sangat memikat. Mata itu sudah membuat Yunxi jatuh cinta saat awal mereka bertemu.

Saat itu Feifei sibuk menutupi wajahnya dengan rambut panjangnya, akan tetapi saat rambut itu tersibak dan memperlihakan mata indah, Lan Yunxi langsung jatuh cinta dengan mata itu.

"Eh, Guru, bisa lepaskan pinggangku?" tanya Feifei kikuk. Buru-buru Lan Yunxi melepas cekalan tangannya dari Feifei. Feifei menegakkan badannya dan mengusap rambutnya dengan kikuk.

"Semalam aku yang mengobatimu, ini terakhir kalinya aku melihatmu terluka. Kalau kamu terluka untuk kedua kalinya, aku tidak akan mengobatimu. Dan satu lagi, kunci pintu kamarmu saat malam," ujar Lan Yunxi bertubi-tubi.

Feifei menganggukkan kepalanya beberapa kali. "Siap, aku akan melaksanakan. Tapi ijinkan aku ikut dalam pemburuan monster," jawab Feifei.

"Kamu perempuan, bukan tugas kamu untuk ikut."

"Tapi aku ingin ikut. Aku akan belajar dengan giat agar bisa ikut dalam pemburuan," jawab Feifei yang masih keukeuh. Feifei memang sangat keras kepala, apapun yang ia inginkan akan ia lakukan.

"Terserah saja," jawab Lan Yunxi memilih pergi meninggalkan Feifei. Feifei menaikkan bahunya acuh.

Pembicaraan Lan Yunxi dan Feifei tidak luput dari pendengaran Kai Wenning. Pria itu diam-diam mendengarkan pembicaraan guru dan temannya. Meski dalam jarak jauh, tetapi Kai Wenning punya keahlian khusus untuk mendengar.

Kai Wenning tidak tahu apa yang direncanakan Lan Yunxi. Kai Wenning tidak ingin curiga terhadap Lan Yunxi, tetapi Kai Wenning tidak bisa kalau tidak berpikiran buruk. Awalnya Lan Yunxi menolak Feifei untuk masuk padepkan karena tidak mempunyai Adamas Core, tetapi pada akhirnya Lan Yunxi yang menyelamatkan Feifei dan membawa Feifei ke padepokan. Dari raut wajah Lan Yunxi, Kai Wenning tidak bisa menilai apa yang dipikirkan pria itu. Kai Wenning juga tidak tahu pasti apakah Lan Yunxi tahu kalau Feifei adalah anak dari sekte Wei. Namun apapun itu, Kai Wenning akan menjaga Feifei.

Ia sudah menghianati Wei Lian Zai, kali ini ia tidak akan menghianati sahabatnya lagi. Ia akan menjaga Feifei bagaimana pun caranya.

"Feifei!" panggil Kai Wenning berlari menghampiri Feifei. Pria itu merangkul pundak Feifei yang membuat tubuh kecil Feifei tenggelam dengan tubuhnya.

Lan Yunxi yang mendengar seseorang memanggil Feifei pun menolehkan kepalanya. Ia melihat Feifei tengah bercanda tawa dengan muridnya, Kai Wenning.

"Hari ini waktunya kita latihan sabre. Nanti latihan sama aku, aku ingin merasakan kehebatan pedang darimu," ujar Kai Wenning.

"Jangan menyesal kalau kamu sudah tahu kehebatanku," kata Wei Feifei mendongakkan dagunya angkuh. Kai Wenning tertawa kencang karena ucapan Feifei.

"Feifei, kamu punya Aurum core," bisik Kai Wenning.

"Hah? Aku tidak punya."

"Kamu punya," jawab Kai Wenning.

"Bagaimana kamu tahu?"

"Kamu punya, hanya saja energi dari tubuhmu belum bisa menerimanya. Aku akan membantumu. Bagaimana, apa kamu setuju?"

Wei Feifei memegangi dadanya, perempuan itu menatap Kai Wenning dengan lekat. Feifei menganggukkan kepalanya. Lan Yunxi masih menatap kedua orang itu, tetapi Kai Wenning dan Feifei melewatinya begitu saja seolah tidak melihatnya. Kai Wenning mengajak Feifei ke lapangan tempat berlatih sabre.

Tidak berapa lama, murid-murid pun berkumpu. Feifei berdiri di barisan paling depan berdekatan dengan Kai Wenning dan Li Rouwan. Namun, sejak berdiri, Li Rouwan terus bergerak gelisah. Pria itu beberapa kali menengokkan kepalanya ke belakang.

"Ai Biyan, tukar tempat, yuk!" ujar Li Rouwan pada Ai Biyan yang berada di belakangnya. Ai Biyan menggelengkan kepalanya pelan.

"Ai Biyan, tolong, aku ingin di belakang saja," bisik Li Rouwan. Ai Biyan tetap menggelengkan kepalanya. Li Rouwan semakin gelisah. Bukan tanpa alasan Li Rouwan gelisah, pria itu berada tepat di samping Feifei, secara tidak langsung saat praktek sabre, ia akan berpasangan dengan Feifei. Li Rouwan belum siap dipermalukan lagi oleh gadis ingusan itu. Tidak latihan saja Feifei bisa mengalahkannya, apalagi kalau latihan. Belum lagi Feifei kesal padanya, bisa-bisa gadis itu menyerangnya dengan membabi buta.

Ai Biyan tidak mau bertukar tempat karena ia juga tidak mau berhadapan dengan Feifei. Melihat Li Rouwan yang kalah dengan Feifei sudah membuatnya gentar.

"Li Wen, ayo tukar tempat!" ajak Li Rouwan mengarah pada Li Wen.

"Tidak usah, terimakasih," jawab Li Wen segera memalingkan wajahnya.

"Li Rouwan, lari keliling lapangan sepuluh kali!" titah Su Ziran membuat Li Rouwan dan murid lainnya tercekat.

"Ah … ta … tapi aku salah apa?" tanya Li Rouwan yang bingung.

"Di aturan padepokan nomor seratus dua belas, tidak boleh berisik saat latihan sabre," jawab Su Ziran. Li Rouwan semakin membulatkan matanya. Feifei terkikik geli melihat wajah Li Rouwan.

"Cepat!" titah Su Ziran.

"Tapi …."

"Menolak, hukumannya bertambah."

Li Rouwan segera berlari memutari lapangan. Semua murid menahan tawanya melihat Li Rouwan yang lagi-lagi ketiban sial. Feifei tidak bisa menahan tawanya yang meledak, gadis itu tertawa terbahak-bahak sembari memegangi perutnya. Lan Yunxi mengisyaratkan agar Feifei diam, tetapi Feifei sama sekali tidak peka. Tawa Feifei mengundang tawa dari murid lain. Su Ziran sudah mengepalkan tangannya, sejak Feifei datang, gadis itu terus membuat ulah.

"Feifei, keliling lapangan sepuluh kali!" titah Su Ziran berteriak. Feifei menghentikan tawanya, gadis itu juga membulatkan matanya. Su Ziran menarik pedangnya yang membuat Feifei gelagapan. Gadis itu bergegas keluar dari barisan dan berlari mengelilingi lapangan. Tidak ada lagi yang berani tertawa karena takut terkena hukuman.