webnovel

Taman Air Merah

Theodor memilih pesta ulang tahun tak biasa. Theo dan kekasihnya Nauctha sebenarnya memilih Tovkla Water Park sebuah wahana taman air out door berada di Ibu Kota tetangga sebut saja Detulca. Namun, karena suatu hal yang tak terduga mobil yang mereka tumpangi mengalami masalah. Akhirnya mereka liburan di Winter Water Park sebuah wahana taman bermain out door yang di dominasi warna putih dan biru di kota kelahiran mereka, bernama Alustra. Teror dimulai ketika mereka akan mencoba wahananya. Seorang hantu Wanita menyamar menjadi salah satu pengawas wahana taman bermain tersebut. Ada motivasi apakah sang hantu menampakkan diri pada mereka?

Yi_EunSha · สยองขวัญ
Not enough ratings
56 Chs

Semakin Berbahaya

Ternyata keluarga Marcus Sanders merupakan keluarga spesial. Gen keluarga Sanders, mampu melihat detik kematian korban pembunuhan. Marcus dalam potongan ingatan Theodor memiliki tiga orang Putra. Si anak pertama Felix Sanders, mati tercebur ke sebuah danau ketika berusia lima tahun jazadnya tidak pernah ditemukan.

Suatu hari, Marcus dapat melihat detik kematian dari salah satu jazad korban pembunuhan berantai, di rumah sakit yang tidak sengaja berpapasan dengannya.

Theo menatap lekat wajah Marcus yang penuh tanda tanya. Tangan Theo yang satu lagi akan menggapai bahu Diandra siapa tahu dia bisa mengetahui keberadaan roh cantik tersebut. Sebelum tangannya mendarat di bahu Suster Diandra, sebuah kekuatan besar menyeretnya!

"Kalian dari mana saja? Apa kalian sedang menunjukkan kemampuan trik sulap kalian?!" marah Michella menyambut kedatangan kembali kedelapan tamunya, yang mendadak hilang lalu muncul kembali, setelah 10 menit berlalu.

"maaf kami harus pergi ke suatu tempat sekarang. Tolong jaga Diandra" jawab Theo tegas berpamitan sambil menggandeng Nauctha, sekaligus memberi isyarat pada ke enam temannya yang lain untuk ikut keluar.

Sesampainya di dalam mobil, Theo merebahkan diri di jok mobilnya. dia tak melakukannya lama, karena setelah itu dia tancap gas diikuti satu mobil di belakangnya. Theo melirik pada teman-teman yang lainnya di jok belakang.

"Nauctha. Buat Video Call ke nomor Kabil sekarang" mendengar penegasan Theo, semua orang dalam mobil tersebut mulai paham, suasana hati Theodor sedang tidak baik. Nauctha memilih tidak bertanya tetapi melakukan saja perintah dari Theo.

"Hey, mengapa?" jawab Kabil cemas.

"Keraskan volume ponselmu broo. Ini sangat penting, jadi semua orang harus tahu" sahut Theo masih menyetir.

"Oke lanjutkan," balas Kabil was-was.

"Saat aku memegang bahu Dokter Marcus, aku melihat sesuatu yang dapat membahayakan nyawa kita semua"

"Bagaimana pun, kasus yang menyangkut Diandra dan Dokter Marcus adalah kasus, pembunuhan berantai. Kita harus segera pulang dan lebih baik melupakan segalanya yang pernah terjadi ditempat itu"

"Hey, kita masih bisa terhubung dengan Michella. Bagaimana jika terjadi sesuatu pada Diandra nantinya? Kita akan tetap diam saja?!" protes Zack di jok depan, sedang sibuk mengemudi. Mobil yang dia kemudikan berada tepat di belakang mobil tempat Theo berada.

"Ayolah, bangun bung!! Ini bukan permainan oke, ribuan orang yang terlibat menghilang tanpa jejak!"

"Bahkan identitas mereka turut menghilang itu sebabnya tidak ada satu pun, polisi maupun media masa, yang berusaha mengusut kasus ini. Apa kalian masih ingin terlibat? Sekaligus ingin menghilang, mengikuti jejak ribuan korban terdahulu?" marah Theo.

"Apa dengan diam kita jelas tidak akan mengalami kejadian buruk lagi? Apa kau bisa menjamin keselamatan kami? Kau sendiri yang bilang. Kalau hantu sialan itu ingin, dia bisa kapan saja muncul mencabut nyawa kita"

"Jadi apa bedanya dengan sekarang? Setidaknya kita tidak mati penasaran" kata-kata Lucas menohok hati Theodor. Memang siapa yang bisa menjamin keselamatan semua sahabatnya itu? Si hantu jahat bisa melakukan apa saja sewaktu-waktu kalau mau.

"Mari kita lihat kedepannya oke, kalau dengan kita pulang hantu itu tidak beraksi lagi mari kita benar-benar lupakan. tetapi, kalau sampai kita dikerjainya lagi sampai membahayakan nyawa kita, maka kita semua sepakat. Mengusut bersama kasus Diandra" tegas Arletha menengahi.

"Sepakat" jawab semua teman Theodor kecuali Theo sendiri.

"mengapa? Kau tidak mau bergabung?" tanya Nauctha melihat raut wajah pucat Theodor.

"Semua berawal dari mimpiku. mengapa kalian yang harus menanggung? Biarkan aku saja yang mengusut jika hal terburuk terjadi" tegas Theodor sedang menahan sesuatu yang tampak menyakitkan bagi dirinya.

"Mimpimu itu menjadi nyata dan melibatkan kami semua. Jadi kami berhak untuk ikut membereskan Dokter hantu jahat itu" sergah Berta kesal.

"Lagi pula, masalah ini terlalu berisiko jika hanya satu orang saja yang melakukan penyelidikan. Kau butuh banyak tenaga bantuan" tegas Berta di setujui semua temannya.

"Theo. Kau belum menjelaskan apa yang kau lihat ketika memegang bahu Dokter Marcus? mengapa setelah itu kami kau seret untuk pulang?" Nauctha tak dapat menahan lagi rasa penasarannya kali ini.

"Si Dokter Sergei rupanya mengetahui kelebihan gen keluarga Marcus Sanders. Dia ingin menggunakan kemampuan Marcus tetapi Marcus bukan seseorang yang rakus sehingga Sergei pada akhirnya berusaha melenyapkannya. Itu hasil dari dugaanku setelah melihat potongan ingatan Marcus" jawab Theo menghela napas panjang.

"Kelebihan? Kelebihan apa?"

"Sepertiku. Bisa melihat potongan ingatan jazad yang mati." Jawab Theo disambut dengan raut wajah tercengang dari semua orang.

"Mati kau!! Jika teorimu benar, artinya si Sergei juga pasti tertarik denganmu bukan? Makanya dia menampakkan wujudnya padamu. Wah, kalau begini pulang pun tidak akan ada artinya. Dia pasti akan membuat ulah lagi untuk mendapatkanmu" umpat Zack menggebrak kemudi mobil kesal.

"Memangnya dalam keluargamu ada yang memiliki kemampuan sama sepertimu?" tiba-tiba pertanyaan Arletha mengheningkan suasana.

"Tidak. Hanya aku"

"Bukankah keluarga Sanders memiliki gen dengan kemampuan sepertimu? Seharusnya ada anggota keluargamu lainnya yang juga memiliki kemampuan itu." Tanya Arletha menambahi.

"Mom dan Dad tidak pernah membahas itu padaku sebelumnya" jawab Theo menghentikan laju mobilnya karena lampu merah.

Theodor disambut oleh kedua orang tuanya setelah mobil Theo terparkir rapi di halaman rumahnya.

"Apa kalian terburu-buru? Ada kesempatan untuk sekadar makan siang?" tanya sang Ibu pada teman-teman Theodor.

"Kalau diizinkan saya ingin menginap di sini?" jawab Zack di sambut dengan anggukan semua teman Theodor.

"Maksudnya Bibi, kami semua ingin menginap di rumah yang nyaman ini" tambah Nauctha meralat ucapan Zack.

"Benarkah? Wah, kami akan sangat senang dengan keramaian yang akan tercipta di rumah ini karena kalian semua. Rumah ini tampak jauh lebih hidup. Iyakan, sayang," kekeh sang Ibu pada Suaminya.

"Ya, kapan lagi kalian bisa kompak begini bukan? Tunggu apa lagi? Anggap rumah kalian sendiri anak-anak," seru sang Ayah sambil menepuk punggung Putranya bahagia.

"Yeeeeeeey!!" seru para muda mudi itu, berlari menyerbu kamar Theodor sementara si empunya kamar hanya berdiri terbengong-bengong melihat lampu hijau dinyalakan kedua orang tuanya terang-terangan.

"Hey, aku tahu kalian itu super sibuk. mengapa mendadak membuat acara bermalam di rumahku?" protes Theodor begitu memasuki kamarnya dan menutup pintu tersebut sebelumnya.

"Well, harus ada yang mengawasimu mulai saat ini. Pertama, dari setiap mimpi burukmu. Dan kedua, tentu dari si hantu gila itu" jawab Zack sesantai mungkin.

"Berhentilah mencoba melibatkan diri dari situasi berbahaya semacam ini oke, yang diincar adalah aku, bukan kalian." Jawab Theo melotot kesal melihat semua sahabatnya bahkan kekasihnya kini dengan senang hati menenggelamkan diri pada masalahnya. Masalah seorang Theodor Rulf.

"Kau bisa membuat kekasihmu itu, menurunkan sedikit keegoisannya?" protes Zack melotot pada Nauctha gemas.

"Anggap saja kau sedang bertanggung jawab atas keamanan kami. Kau tidak bisa mengawasi keadaan kami satu persatu kalau tinggal ditempat terpisah bukan? Sementara, Mr. Sergei kapan saja bisa menyerang siapa pun, di antara kita semua" geram Berte menatap penuh tuntutan pada Theodor.

"Kalian bisa memakai kamar sebelah. Kurasa para Gadis akan menyukai kamar itu" jawab Theodor mulai merasa tersudut. Para Gadis saling membuat tos di udara, lalu dengan cepat mereka menyerbu kamar sebelah.

"Kalau kau takut aku tiba-tiba mati karena mimpi burukku malam ini, itu tidak akan terjadi. Psikologku datang setiap hari dan selalu memonitorku" jawab Theo sambil menunjuk salah satu sudut kamar, yang dipasangi sebuah cermin besar, menghadap langsung ke arah tempat tidur Theo. Cermin tersebut di dalamnya terdapat kamera tersembunyi.