webnovel

Taman Air Merah

Theodor memilih pesta ulang tahun tak biasa. Theo dan kekasihnya Nauctha sebenarnya memilih Tovkla Water Park sebuah wahana taman air out door berada di Ibu Kota tetangga sebut saja Detulca. Namun, karena suatu hal yang tak terduga mobil yang mereka tumpangi mengalami masalah. Akhirnya mereka liburan di Winter Water Park sebuah wahana taman bermain out door yang di dominasi warna putih dan biru di kota kelahiran mereka, bernama Alustra. Teror dimulai ketika mereka akan mencoba wahananya. Seorang hantu Wanita menyamar menjadi salah satu pengawas wahana taman bermain tersebut. Ada motivasi apakah sang hantu menampakkan diri pada mereka?

Yi_EunSha · สยองขวัญ
Not enough ratings
56 Chs

Masuk Ke Dalam Perangkap

"Sejauh penemuanku, belum ada pihak mencurigakan di mataku" kata Theo sambil terus berpikir apakah ada hal terlewatkan?

"Semua orang di dalam Motel, sangat jelas berada di pihak yang sama dengan Dadku. Terlebih lagi, Lucas dan Zack menemukan botol yang mereka pikir adalah vaksin, di tempat itu juga" tambah Theo menjelaskan mengapa dia bisa yakin tidak menemukan orang mencurigakan yang berpotensi besar mengkhianati Marcus.

"Mereka mencuri objek penelitian Sergei dengan tujuan membuat vaksin. Sayangnya mereka ketahuan dan dimusnahkan sebelum sempat membuat vaksin. Kurasa ini jauh lebih masuk akal dibandingkan berpikir ada musuh dalam selimut di tim Marcus" Zack mengutarakan pemikirannya.

"Sulit untuk bergerak dengan informasi sekecil ini" Kenatt menghela napas panjang setelah mengucapkan hal ini.

"Hisashi. Menurutmu jiwa yang terperangkap dalam tubuhku ini ada hubungannya dengan kasus Sergei?" Theo tiba-tiba menanyakan pertanyaan ini kepada Hisashi.

"Aku tidak bisa memastikannya karena belum pernah berbicara dengannya. Ngomong-ngomong siapa saja yang sering melihat Theo melakukan hal aneh sambil tidur?" Hisashi mencoba menyelidiki semampunya.

"Kami punya CCTV. Oliver selalu memantau perkembanganku dengan benda itu. Ayo kita periksa" sahut Theodor, meminta Hisashi dan Kenatt mengikuti ke mana dia melangkahkan kaki.

Mereka berhenti di sebuah ruangan yang berada di lantai tiga. Satu-satunya ruangan di lantai ketiga. Sepertinya ini lantai khusus untuk mengawasi gerak-gerik Theodor.

Theo membuka pintu dan mulai mencoba mencari rekaman dirinya dari tahun ke tahun. Kenatt dan Hisashi melihat dengan saksama apa saja yang terekam ke dalam CCTV.

Ternyata sebelum Oliver memiliki ide memasang pagar listrik memang benar Theo menyebabkan banyak korban patah tulang.

"Sepertinya sejak kau keluar dari kamarmu sampai ke halaman rumahmu, kau selalu mengucapkan kata-kata yang sama. Kau selalu mengulangi kalimat itu. Apa kau ingat? apa yang sedang kau katakan?" Kenatt memerhatikan gerakan bibir Theo dalam rekaman CCTV.

"Tidak. Aku tidak mengingat apa pun. Apa yang sebenarnya diinginkan si pencuri tubuhku itu? Lihat lah korban berjatuhan sebanyak itu mengapa hanya mereka yang terluka? lalu mengapa hanya aku yang baik-baik saja? bahkan setelah aku mendapatkan tubuhku lagi, tidak ada tanda-tanda bekas perkelahian ditubuhku" keluh Theodor frustrasi.

"Oliver tidak mengatakan apa pun tentang ini?" Kenatt menatap aneh ke arah Theodor.

"Dia hanya berkata aku mematahkan tulang beberapa penjaga keamanan di sini. Anehnya, dia tidak pernah mengijinkanku untuk melihat kejadian sesungguhnya. Dia bilang agar aku tidak merasakan trauma lebih dalam lagi" sahut Theo setelah menuntaskan seluruh rekaman CCTV.

"Bagaimana keadaanmu saat ini? Apa kau butuh istirahat? kalau kau menyerah, kami tidak akan melanjutkan. Semua terserah padamu" Ferghus menatap khawatir pada Theodor.

"Tidak. Aku harus menyelesaikan misteri ini. Ketakutan Oliver tidak terjadi." Theodor bersikeras.

"Masalahnya tidak ada petunjuk baru keberadaan anggota organisasi Otra. Kami sulit mendeteksi" Armian mengacak-acak rambutnya.

"Satu-satunya cara kita harus memecahkan teka-teki password" kata Eve tanpa beban.

"Theo dalam bahaya jika melakukannya" tampak Ferghus tidak setuju.

"Kita bisa menyelamatkan Theo jika masuk dengan caraku. Aku akan membuat pintu dua dimensi menjadi satu. Jika kau masuk lewat pintu itu, kau juga harus keluar lewat pintu yang sama."

"Kau belum lama lepas dari bahaya. Masih mau mengantar nyawa?" Kenatt ikut tidak setuju.

"Hisashi dan Amarru bisa menolongku dari sini. Jangan lupa kekuatan pikiranku akan sangat berguna di dalam sana" sahut Eve penuh keyakinan.

"Baru saja kau ingin membuat pintu dua dimensi. Artinya kau tidak akan bisa menggunakan kemampuanmu dengan maksimal. Jangan gegabah" Hisashi tegas mengatakan ketakutannya.

"Apa ada ide lain? Aku hanya tidak ingin Theo bernasib sama denganku. Dipaksa menjadi monster itu menakutkan" sepertinya Eve mencoba untuk mendorong semua orang di sana mengikuti keinginannya.

"Kalau tidak biarkan aku tidur. Mungkin Sergei akan datang ke dalam mimpiku" tambah Theodor.

"Hisashi. Menurutmu? lebih berbahaya mana? bertemu Sergei di dalam mimpi, atau di dimensi lain?" tanya Ferghus mau tak mau.

"Kedua pilihan itu sama-sama berbahaya. Menurut pertimbanganku, lebih baik kalian bertemu Sergei saja di dimensi lain" Hisashi memutuskan.

"Tunggu. Kalau roh mereka tidak kembali seperti pengalaman Lucas bagaimana? mengirim kembali satu roh ke dalam raganya saja, sudah sangat heboh. Bagaimana kalau dua?!" Kabil mengingatkan.

"Justru kalau yang bangun bukan Theo, artinya kita harus bertarung dengan dua makhluk jahat. Apa itu yang kau harapkan?" Hisashi memperingatkan.

"Password. Kita harus menemukan password kan?" Lucas mencoba menengahi.

Kepala Hisashi berdenyut, lalu dia menutup mata perlahan.

"Tidak akan bekerja jika bukan targetnya yang mencoba" Hisashi membuka matanya seketika.

Theo dan yang lainnya bergegas menuju perpustakaan lagi. Sebelum semua orang mengerubungi laptop, Hisashi memberi kode berhenti.

"Selain Theo dan Eve harus menjauh dari laptop. Aku tidak ingin mengambil risiko sewaktu-waktu kalian, ikut tersedot dan jiwa kalian malah tersesat" peringatan keras sudah dilayangkan Hisashi.

Perlahan tetapi pasti. Theo mendekat ke arah laptop di ikuti Eve. Pria muda ini berharap semoga Nauctha tidak panik ketika tiba-tiba dia menghilang di dalam rumahnya sendiri.

"Rrrrr...apa yang harus aku lakukan? tanpa password?" tanya Theo berbalik menatap Hisashi seperti orang bodoh.

tik tik tik

tik tik tik

tik tik

suara keyboard berbunyi. Seolah ada seseorang yang mengetik. Theo menoleh dan menatap tak percaya. Di layar tidak tertulis apa pun padahal jelas-jelas keyboard itu sedang mengetik dengan sendirinya.

"Perhatikan urutan huruf di keyboardnya. Itu petunjuk bagaimana cara bermain gamenya" kata Eve tanpa melepaskan pandangan ke arah Keyboard.

"Kau yakin?"

"Yup, lihat saja dia selalu mengulang huruf dan angka yang sama. Jelas dia menginginkan kita mengetik sesuai petunjuknya"

"Kau bisa mundur sekarang. Sergei hanya mengincarku. Untuk apa kau mau memasuki jebakan yang dibuat olehnya?" kata-kata Theo terdengar sebagai perintah di telinga Eve.

"Aku datang kemari bukan sebagai pengangguran. Aku bekerja untukmu sekarang. Jadi jelas aku orang paling tepat yang dapat bekerja sama denganmu sekarang" Eve menolak mundur.

"Theo berhenti berdebat. Percayalah dengan Eve oke, bawa dia bersamamu" tegas Ferghus.

Theo mengangguk lalu mengetik sesuai petunjuk. Angin berhembus kencang di dalam perpustakaan. Padahal pintu dan jendela semuanya ditutup rapat. Lampu tiba-tiba padam. lima menit kemudian lampu menyala kembali. tetapi Theo dan Eve menghilang tanpa jejak.

"Bagaimana caramu tahu mereka dalam bahaya atau tidak di dalam sana?" Lucas menuntut jawaban dari Hisashi.

"Itulah fungsi Eve pergi bersama Theo. Dia punya hal yang bisa kita anggap sebagai transportasi darurat" jawab Hisashi tenang sambil menepuk bahu Lucas.

"Jadi password itu jebakan sungguhan? dan...sungguh tidak ada satu pun file yang bisa kita lihat? toh password sudah terpecahkan" Kabil sungguh penasaran.

"Kau mau coba? dekati saja laptop itu, pasti akan ada permintaan password muncul kembali. tetapi jangan coba-coba mengetik karena sekali passwordmu benar, kau akan langsung menghilang seperti dua orang barusan" tantang Hisashi sambil berjalan ke tempat yang lebih luas di ikuti Amarru.