webnovel

Tales of Princess Wang Ru Yi

Terdapat 10+++++ ribu pria di harem, manjakan yang kamu suka! #truereservedharem! Dia berasal dari abad ke-21 dengan identitas pembunuh brutal. Sara Wang tidak tahu arti dari rasa takut bahkan saat diambang kematian. Sementara Putri kerajaan Chin, Wang Ru Yi, menderita penghinaan seumur hidup yang merusak jiwanya. Apabila dewa pelindung roh menyedari kesalahan yang terjadi dalam sistem mereka, dia meminta bantuan dewa yang mengola takdir untuk merubah nasib kedua wanita itu seperti sediakala. Karena mereka lahir dan mati pada saat yang sama sehingga menyebabkan perselisihan waktu dan roh bertukar. "Tidak! Aku bukan Wang Ru Yi! Aku Sara Wang! Kembalikan aku ke langit sekarang!" Bagaimana seorang pembunuh upahan diabad ke21 menjalani kehidupan kuno yang dipimpin oleh kaum wanita?!

littlesaichi · ย้อนยุค
เรตติ้งไม่พอ
1 Chs

Bab 1 : Sara Wang Atau Wang Ru Yi

Bunyi sirene darurat di lantai atas hotel memanggil lebih banyak pria bersenjata. Mereka segera melindungi Headmaster yang tertembak di kaki dan membawanya keluar ruangan.

Sasaran penembak jitu dituju ke gedung tinggi di dekat hotel apabila melihat sosok serba hitam cuba melarikan diri meninggalkan tempatnya.

Sara segera memisahkan bagian senjatanya dan membuangnya ke tempat sampah dengan pakaian di tubuhnya. Dia meninggalkan lokasi tanpa diduga oleh orang-orang yang berlari mencarinya.

Bergegas ke bar, mobil diparkir rapi dan joknya dijatuhkan. Sara bersandar dengan tenang saat melihat sisi perutnya yang berlubang menembus peluru.

Sesaat kemudian, pembuluh darah di sekitar perutnya menjadi hitam menyebarkan rasa sakit ke otak. "Sial, aku diracuni."

Penglihatannya mulai kabur dan rasa sakitnya perlahan menghilang.

"Sara Wang."

Sebuah suara serak memanggilnya dari belakang saat Sara tetap diam melihat tubuh pucatnya di dalam mobil. Sosok hitam tinggi dengan wajah tertutup kain menatap dingin ke matanya.

"Sara Wang, 36, meninggal pada pukul 10 malam, tewas."

Sara menarik napas dalam, mengikuti dewa kematian ke langit. Namun sebuah cahaya muncul di depan mereka dan menarik Sara ke dalamnya.

Rasa sakit yang menyebar ke seluruh tubuh membuat Sara terbangun dan meludahkan darah. Dia meraih porselen buruk di atas meja yang berisi teh dingin, diminum rakus.

Setelah menenangkan diri, Sara memerhati sekeliling ruangan yang terlihat sangat usang untuk disebut Syurga. Mungkin tempat ini adalah neraka? Lagipula kerjaanku membunuh orang.

"Gongzhu." Dua pria berpakaian rapi muncul di pintu kamar membawa bak mandi. Mereka mengobrol lagi setelah menyapa Sara yang duduk konyol di tempatnya.

*Putri Kerajaan. Anak perempuan sang Ratu

Gongzhu? Sara bergumam sebelum tangannya ditarik kasar oleh kedua pria itu. Mereka ingin melepas pakaian dari tubuhnya, mengundang tangan sang putri ke wajah mereka.

Kedua pria itu menatap Ruyi dengan terkejut. Mereka tidak pernah berpikir akan ada hari di mana putri lemah-tak-berguna ini akan membalas perlakuan buruk mereka terhadapnya.

"Beraninya kalian meremehkanku?" ucapan Sara membuat mereka tunduk. Mendadak aura putri keenam menjadi dominan.

Dari pantulan cermin, Sara menatap wajah Ruyi dan menyadari bahwa putri ini diperlakukan dengan sangat buruk. Terlepas dari keindahannya yang dikategorikan sebagai harta kerajaan.

Sara bangkit meninggalkan kedua pria itu yang berlari mengikutinya. Mereka berusaha menghentikan Sara, khawatir jika ada yang melihat pakaian usang di tubuh sang putri.

"Gongzhu, anda masih kurang sehat... Mohon Gongzhu kembali ke istana dan beristirahat." Banyak mata melihat dua pria yang mengejar langkah besar Sara, tanpa mengenali sosok gadis muda itu karena kondisinya yang buruk.

"Sebutkan nama dan departemen kamu bertugas." arah penjaga gerbang istana yang sempat menahan Sara dari menyelinap keluar. Berkat dua pelayan yang terus memanggilnya.

Sara tidak menyangka begitu sukar untuk keluar dari istana walaupun dia menyatakan diri sebagai seorang pelayan. Dia tidak punya bukti kukuh untuk mengclaim identitasnya.

"Ruyi Jie Jie!"

*saudara perempuan

Sosok pria muda bertubuh bundar keluar dari sebuah tandu, berlari memeluk Sara. Penjaga gerbang istana langsung tunduk padanya. "Salam pangeran kesebelas!"

Bocah itu menjawab mereka dengan "Hmph!" dan menarik Sara masuk ke dalam tandunya.

"Liu Jie, kamu telah sembuh! Aku merindukanmu..." Pangeran kesebelas masih memeluk Sara. Kedua pelayannya menyaksikan dengan tidak senang.

"Aku baik-baik saja, shiyi didi tidak perlu khawatir." Sara memikirkan cara untuk keluar dari tandu, sekaligus memisahkan dirinya dari bocah ini.

*saudara kecil kesebelas

Wajah Pangeran kesebelas menjadi pucat saat menyadari panggilan Sara padanya. Ia ketakutan setengah mati karena mengira Ruyi masih marah setelah ia gagal membujuk ayah dan ibu Ratu untuk menikahkannya dengan kakak keenam.

Melihat air mata Pangeran Kesebelas mulai bertakung, Sara dengan enggan membalas pelukannya dan membujuk bocah itu agar tenang. Ini adalah pertama kalinya dia tidak menanggapi tangisan dengan kekerasan.

Setelah setengah jam berlalu, mereka tiba di depan sebuah gedung berlantai lima yang dihiasi berbagai jenis tanglung.

Munurut Pangeran kesebelas, restoran ini adalah properti kerajaan yang terkenal karena semua penyair yang berkunjung akan menyebut "Shìjiè de fánróng" dalam puisi mereka.

"Ai'er, kamu duluan." Sara telah belajar dari kesalahan sebelumnya. Dengan minda terbuka dia melayani sang Pangeran. Untungnya dia mendapat banyak informasi penting dari anak ini.

Wang Ru Yi lahir dari seorang pria bangsawan yang diangkat oleh Ratu sebagai Huang Guifei. Setelah keluarganya membantah sang Ratu, mereka semua dipenggal. Kini, hanya Ruyi satu-satunya yang membawa darah Klan Nuwa.

(*Imperial Noble Consort, Selir Resmi Kekaisaran, merupakan selir tertinggi satu tingkat di bawah Kaisar. Empat pria menduduki posisi ini.)

"Jie jie, ayo makan!" Berbagai jenis makanan sudah menghiasi meja saat mereka masuk ke dalam ruang makan itu. Pangeran Kesebelas membantu Sara memilih daging dan sayuran sehingga mangkuknya terisi dengan lauk pauk.

Melihat pemuda itu makan dengan riang, Sara tersenyum kecil tanpa menyadarinya. Entah kapan terakhir kali dia tidak makan sendirian. Ah, aku merindukan ibu.

Like it ? Add to library!

littlesaichicreators' thoughts