"Apa?" tanya Luo yang kini mendapatkan tatapan penghakiman dari kedua sahabatnya.
"Jangan-jangan kamu lembur untuk melakukan sesuatu tanpa kami berdua?" tanya Aheng penuh selidik,
"Jika kalian bergabung. Aku akan membunuh kalian dengan tanganku sendiri" jawab Luo membuat sahabatnya menelan ludah secara bersamaan,
"Ha? Berarti hal itu bukan sesuatu yang baik" kata Naraka,
"Tidak juga. Hal itu sangat baik untuk ku. Tapi, bukan untuk kalian. Karena Agatha hanya milik ku." tandas Luo,
"Jangan bilang kamu dan Agatha sudah melakukan hal itu"
"Hal apa sih? Heran deh, pakai kode rahasia segala. Aku penasaran" timbrung Naraka yang mulai kepo dengan apa yang Luo lakukan bersama Agatha semalam.
"Bodoh! Mereka berdua sudah bercinta." Maki Aheng yang merutuki kelemahan Naraka yang suka lemot saat membicarakan sesuatu yang diluar konteks pekerjaan.
"Ah! Aku baru sadar. Kamu beneran? Kamu yakin dengan keputusan kamu?" cecar Naraka yang kini menatap Luo dengan rasa penasaran yang luar biasa dari hatinya,
"Tentu, aku yakin"
"Bagaimana dengan Rei?" tanya Naraka,"kamu akan meninggalkannya setelah bangun dari koma, atau kamu akan merelakan Rei untuk menjadi ibu tiri mu?"
"Aku tidak tahu. Jika Agatha adalah tempat ku untuk pulang. Maka aku akan bersamanya, dan membiarkan Rei bersama siapapun yang bisa membuatnya bahagia." Jawab Luo membuat Aheng mengernyitkan dahinya.
"Lalu, bagaimana jika dia minta pertanggung jawaban atas hidupnya. Bukankah, Rei menderita karena kamu?" tanya Aheng, menyuarakan isi hatinya yang kini berporos pada Rei, gadis yang terbaring koma karena perbuatan Agatha.
"Aku akan melakukannya" tandas Luo.
"Haish! Kamu mau poligami? Bahagia sekali hidup mu?" sindir Aheng,
Luo menatap Aheng tajam,"lalu, kamu ingin aku melakukan apa?" tanya Luo dengan nada yang tidak bersahabat.
"Aku tau. Kamu saat ini sedang di mabuk asmara dengan Agatha. Kamu sadar gak sih? Agatha bukan seperti sosok Agatha yang kita sebelumnya, dia berubah seratus delapan puluh derajat. Apa kalian berdua tidak mencurigainya? Jika Agatha kembali ke sifat sebelum kecelakaan terjadi, apakah kamu akan tetap mencintainya? Atau kamu akan membuangnya dan kembali bersama Rei?"cecar Aheng, membuat Naraka dan Luo berfikir dan menelaah apa yang dikatakan Aheng.
Apa yang dikatakan Aheng benar. Perubahan Agatha sangat kentara, tidak ada perilaku Agatha yang sama persis seperti sebelum Agatha mengalami kecelakaan bersama Rei. Luo menatap ipad-nya dengan tatapan kosong. Dia masih memikirkan apa yang Aheng katakana, bagaimana jika Agatha kembali ke sifat asalinya? Apakah Luo akan mencintai Agatha sama seperti saat ini.
Naraka menghampiri Luo yang saat ini tengah melamun. Naraka sadar,apa yang Aheng katakana berpengaruh ke pada Luo. Naraka memutuskan untuk menepuk bahu sahabatnya, membuat Luo menoleh ke arah Naraka.
"Sudah. Jangan terlalu difikirkan, lebih baik kamu jalani saja dulu. Apa yang Aheng katakan, semua itu karena dia khawatir sama kamu. Benar kan Heng?"
"Iya Luo. Aku hanya tidak ingin kamu kecewa. Itu saja" tandas Aheng,
"Thanks. Kalian sudah memikirkan aku sampai sejauh itu. Aku tidak tahu, apa yang harus aku lakukan tanpa kalian" aku Luo yang kini menatap kedua sahabatnya secara bergantian.
*.*
Sementara itu, Rei memilih pergi ke panti untuk bertemu dengan raganya. Setidaknya Rei merasa tenang, saat kembali ke rumahnya. Rei melihat raganya yang masih setia menutup mata, Rei menggenggam erat tangannya sendiri, seolah-olah ingin membuat raganya bangun. Rei sangat berharap, saat ini Agatha merasakan apa yang Rei rasakan,
"Hei! Gatha. Apakah kamu akan tetap setia menutup mata mu?" tanya Rei yang masih setia menggenggam tangannya sendiri,"Gatha, aku minta maaf. Aku mengambil posisi mu. Aku berbuat hal yang tidak pantas dengan tubuh mu. Maafkan aku, aku tidak menyangka diriku akan berbuat seperti itu saat bersama Luo. Sungguh maafkan aku, aku ke sini juga ingin menyampaikan jika aku dan Luo akan bertunangan secara resmi. Aku tidak tahu harus berkata apa Gatha, tapi sungguh ini harus aku lakukan karena aku hanya memiliki Luo yang bisa aku percaya untuk saat ini. Bahkan keluarga mu, tidak sebaik yang aku pikirkan. Maafkan aku. Aku berharap,kamu segera bangun. Aku juga lelah, menjadi dirimu dan berbohong ke pada semua orang jika Aneisha Reishana adalah Agatha Gianina" jelas Rei sendu dan tanpa Rei sadari Lisya ada di sana. Lisya segera menghampiri Rei dengan tertatih-tatih, dia berharap apa yang dia dengar tidak hanya sekedar omong kosong belaka.
"A-apa yang kamu katakan benar? Bagaimana bisa kamu mengaku dirimu Rei? Jelas sekali yang terbaring di sana adalah sahabatku. Dia masih terpejam, lelucon apa yang kamu katakana?" tanya Lisya yang kini menggenggam tangan Agatha erat.
Rei termenung. Dia tidak mengira jika Lisya, sahabatnya, mendengar apa yang dia katakan ke pada raganya sendiri.
"Ehm, kamu-, sejak kapan kamu ada di sana?" tanya Rei gugup, tangan Rei bergetar. Sebuah kebiasaan yang Rei lakukan jika dia merasa gugup atau takut akan sesuatu. Lisya paling mengenal Rei, tanpa basa-basi Lisya memeluk sahabatnya itu.
"Benarkah ini kamu Rei. Aku tidak sedang berhalunasi kan?" isak Lisya yang kini membuat Rei juga mengalirkan air matanya,
"Lisya, sahabatku. Terima kasih, kamu sudah menyadari keberadaan ku" jawab Rei, Lisya melepas pelukan mereka berdua. Kemudian Lisya meraba wajah Agatha, yang sangat berbeda dengan Rei.
"Bagaimana ini bisa jiwa mu berada di raga wanita ini?" tanya Lisya,
"A-aku tidak tahu. Aku tiba-tiba berbangun dan menjadi dirinya. Aku hanya berharap, keajaiban akan mengembalikan keadaan ku seperti semula." Aku Rei yang kini menatap sendu ke pada sahabatnya.
"Aku sangat merindukan mu, Rei. Meskipun sebenarnya sangat konyol untuk mempercayai ini. Tapi, bisakah kamu meyakinkan aku, jika kamu adalah Rei, sahabat ku?" pinta Lisya penuh harap. Lisya sangat berharap, Agatha yang berdiri di depannya memberikan sebuah keyakinan ke pada dirinya.
"Dulu, saat kamu berusia delapan tahun. Kamu pernah hampir terjatuh ke dalam kolam, sebenarnya kamu bukan hampir terjatuh, tetapi kamu sengaja menjatuhkan diri karena kamu kecewa dengan keadaan mata mu yang tiba-tiba tidak bisa melihat secara sempurna, mata mu tidak buta sepenuhnya tetapi kamu masih bisa melihat dalam jarak sepuluh centi meter. Benarkan Lisya?"
Lisya tergugu, dia memeluk Rei kembali. Hanya Rei dan Tere yang mengetahui fakta tentang mata Lisya. Lisya mempercayai Agatha yang kini berubah menjadi Rei, sahabatnya. Mereka berdua saling berpelukan,
"Aku bahagia mendengar kamu baik-baik saja. Aku harap, kamu sering mengunjungi aku dan Tere" kata Lisya,
"Ehm, maaf. Tapi aku tidak ingin Tere tahu tentang keberadaan ku. Aku takut dia salah paham, bisakah kamu menunggu sampai aku siap memberi tahu Tere tentang semua ini?" tanya Rei penuh harap.
"Baik. Jika itu keinginan mu, aku akan menurutinya" jawab Lisya membuat Rei tersenyum.