Rei tidak punya pilihan selain pulang ke rumah keluarga Gianina. Dia tidak ingin bertemu dengan Luo. Rei hanya ingin menenangkan diri. Rei memutuskan untuk pulang ke rumah Agatha. Rei tidak kesulitan mencari alamat Agatha, karena keluarga Gianina merupakan salah satu keluarga terpandang dan kaya di kota nya. Taxi yang Rei tumpangi berhenti di sebuah rumah mewah dengan desing klasik lengkap dengan pilar yang menjulang tinggi di depannya. Rei menatap kagum pada rumah mewah yang menjulang tinggi di depannya. Rei menekan bel pintu rumah Agatha. Tampak seorang pelayan dengan pakaian formal membukakan pintu untuknya dan tersenyum ke arahnya.
"Nona muda sudah pulang?" Tanya nya.
Rei tersenyum. Dia tidak tau siapa pria itu. Melihat pakaian yang beliau gunakan, dapat membuat Rei yakin jika beliau salah satu pekerja di rumah Agatha.
"Tuan muda Luo menunggu anda di dalam" lanjut seorang pria paruh baya yang masih setia menatap Rei dengan ramah, lengkap dengan senyum yang menghiasi wajahnya. Rei terkesiap. Dia segera mengubah tatapan matanya. Tak percaya dengan indera pendengarannya. Rei memutuskan untuk bertanya ke pada pria itu.
"Luo?" Tanya Rei, seolah tak percaya dengan apa yang di dengarnya.
"Iya. Tuan muda Luo sedang berada di ruang baca bersama tuan besar" jawab pria itu sopan. Membuat Rei tak enak hati.
"Oh—, aku lelah. Boleh aku segera ke kamar ku?" Tanya Rei. Rei mencoba sebisa mungkin menghindari Luo.
"Nona sudah berubah." Kata pria itu,"Seperti yang Tuan muda katakan. Mari saya antar ke kamar anda, saya pastikan tidak akan ada yang tau tentang keadaan Nona"lanjutnya,
Rei mengernyitkan dahinya. Memangnya kenapa kalau dia amnesia? Apakah itu sebuah masalah bagi keluarga Agatha?
"Terima kasih"
———
Rei masuk ke dalam sebuah kamar. Kamar yang megah. Kamar yang luasnya sepuluh kali kamarnya di Panti. Rei masih tidak percaya dengan nasib baik yang kini menerpa dirinya. Rei menyusuri satu per satu sudut ruangan kamar Agatha. Hingga akhirnya, Rei terpikat pada potret diri Agatha di sampingnya. Rei sangat mengagumi kecantikan Agatha yang terpancar dari sebuah foto yang tingginya hampir sama dengan tinggi tubuh Agatha. Frame gambar diri Agatha diletakkan di samping pintu masuk kamar Agatha.
"Kamu cantik" puji Rei,"Sayangnya hidup mu sangat rumit. Apakah hanya aku yang mengeluh mendapatkan hidup yang tak beruntung? Ataukah nasib kita sama hanya berbeda kelas? Kamu akan bangun kan? Kamu harus segera bangun Agatha. Kita kembali ke dalam hidup kita masing-masing."
Tangan Rei yang menyentuh bingkai foto Agatha terhenti ketika dia menyadari pintu kamarnya terbuka. Tampak Luo yang menatap nya dengan tatapan yang sulit Rei gambarkan.
"Kenapa di sini?" Tanya Rei tak suka kemudian berjalan menjauh dari Luo. Lebih tepatnya menghindar dari Luo.
"Wajar kan? Kalau aku ke dalam kamar tunangan aku?" Tanya Luo sembari mengikuti langkah kaki Rei yang menjauh dari dirinya. Luo mengabaikan kalimat pedas yang Agatha lontarkan kepada dirinya. Seharusnya kata-kata pedas itu keluar dari mulutnya. Bukan Agatha.
"Bukannya kita sudah berakhir? Jadi jangan ganggu aku" pinta Rei setengah berteriak.
"Benarkah?" Cibir Luo,
Rei berbalik, kemudian melipat kedua tangannya di depan dada dan mengernyitkan dahinya. Membuat jarak antara Rei dan Luo dekat. Karena Rei tiba-tiba menghentikan langkahnya. Membuat Luo tidak punya pilihan lain, selain memiliki jarak dekat yang aman bagi mereka berdua.
"Aneh? Apa mau mu?" Tanya Rei, membuat Luo semakin mendekatkan wajahnya ke arah Rei, lebih tepatnya ke arah wajah Agatha.
"Tidak ada. Aku hanya ingin minta maaf" jawab Luo acuh,
"Maaf?" Tanya Rei tak percaya. Meragukan niat baik tunangan Agatha.
"Iya"
"Aku sudah memaafkan mu." Kata Rei,"Jadi keluarlah!" lanjut Rei sembari menunjuk ke arah pintu kamarnya yang Luo tutup.
"Hanya itu?"Tanya Luo tak percaya,
"Lalu? Apa mau mu?" Tanya Rei tak suka,
"Agatha yang aku kenal akan memeluk ku, begitu dia mendengar kata maaf dari ku"
Rei menatap ke arah Luo tak percaya, "kamu pikir setelah perkataan kamu tadi siang. Aku akan bertingkah seperti itu? Apa kamu lupa? Aku tidak mengingat mu! Bahkan, semenjak aku sadar. Aku tidak merasa, kamu mencintai aku sebagai tunangan mu" Cecar Rei. Dia kesal dengan Luo yang bertingkah sok malaikat tapi lidahnya sepanas api neraka.
"Apa perlu kamu aku buat kecelakaan satu kali lagi, supaya kamu sadar. Siapa aku?" ancam Luo dengan senyum licik yang tercetak di bibirnya.
"Kamu mau apa sih sebenarnya!" tunjuk Rei, membuat Luo lagi-lagi tersenyum.
"Kamu tau apa yang aku mau. Kejujuran"
Rei meneguk ludahnya kasar. Apa maksud Luo? Apa Luo mendengarnya tadi? Bagaimana Rei harus menjelaskan nya?
"Ke-jujuran? Aku harus jujur apa?" Tanya Rei,
"Cukup jawab aku saja" jawab Luo sembari menuju ke arah sebuah sofa yang berada di dekat ranjang tidur Agatha.
Luo duduk di sofa itu. Dia tampak meneliti Rei dari ujung rambut sampai ujung kaki.
"Duduk sini!" perintah Luo sembari menepuk paha nya.
"Aku? Duduk di situ?" Tanya Rei sembari menunjuk dirinya sendiri.
"Lakukan atau kamu akan tau akibat menolak dari apa yang aku inginkan" jawab Luo membuat Rei tidak punya pilihan lain, Rei segera berjalan ke arah Luo. Rei menatap ragu ke arah Luo. Kemudian Rei mengikuti apa yang Luo perintahkan ke padanya.
"Bagus!" Puji Luo sembari memeluk pinggang Agatha, membuat Rei risih. Dia tidak menyukai posisi tubuh Agatha yang dia pinjam dengan Luo, tunangan Agatha.
"Kamu mau tanya apa?" Tanya Rei dingin, membuat Luo mengangkat satu sudut bibirnya dan tersenyum. Bukan marah atau kesal. Luo justru tertantang dengan sosok Agatha yang baru. Baginya Agatha yang amnesia lebih menarik daripada Agatha sebelumnya. Luo tidak tertarik dengan paras ayu Agatha. Dia lebih jatuh hati ke pada kepribadian Agatha yang baru, sayangnya Luo tidak tau. Jika di dalam diri Agatha ada sosok lain, seseorang yang tidak bisa Luo tebak. Tentu saja, karena kebenaran masih belum terungkap.
"Kamu mau tanya apa?" Ulang Rei membuat Luo segera tersadar dari lamunannya sendiri.
"Kenapa kamu ketemu Rion di belakang aku?"Tanya Luo penuh selidik,
"Rion? Memangnya kenapa?" Tanya Rei balik,"setau ku kamu tidak pernah peduli akan hal itu bukan?" Cecar Rei membuat Luo mengernyitkan dahinya.
"Benar. Seharusnya aku tidak peduli. Sekalipun aku tau, kamu dan Rion selingkuh di belakang aku. Sayangnya, sekarang aku berubah pikiran. Aku mulai tertarik ke padamu. Kamu milik ku, dan akan tetap begitu" tandas Luo membuat Rei menatap netra yang dia hindari sedari tadi.
"Kamu kira aku barang?" Tanya Rei kesal.