webnovel

Pulang ke rumah

"Gatha!" Panggil Lou, membuat Rei segera berpaling ke arahnya,

"Ah—, maaf. Aku masih belum terbiasa dengan—" kata Rei serba salah, namun sebisa mungkin Rei meralat ucapannya, "maksud ku, aku masih—"

"Sudahlah! Jangan terlalu kamu paksakan. Semua terjadi bukan karena kehendak mu. Cepat masuk ke dalam, jangan terlalu lama berdiri di depan pintu" kata Lou begitu menyadari Rei yang belum beranjak dari tempat Rei berdiri.

"Lou-, apakah kita tinggal satu apartemen?" Tanya Rei hati-hati,

"Bukankah kamu yang memintanya?" Tanya Lou balik, membuat Rei tak enak hati. Karena bagi Rei sangat riskan jika tinggal bersama pria yang bukan suaminya di dalam satu atap. Meskipun Rei saat ini berada di dalam tubuh Agatha, Rei tidak ingin bersikap sembrono.

"Oh-, maafkan aku. Aku tidak mengingatnya" aku Rei,"apa hubungan kita berjalan tidak baik sebelumnya?"Tanya Rei kemudian,

"Maksud mu? Tanya Lou menatap tidak suka ke arah Rei,

"Maafkan aku, aku merasa. Kamu tidak menyukai pertunangan kita, bahkan kamu juga sepeti terpaksa membawa ku ke sini. Apa aku tidak punya rumah? Kamu bisa memulangkan aku ke rumah ku. Aku tidak keberatan" Jawab Rei, membuat Lou mengernyitkan dahinya.

"Kamu yakin mau pulang ke rumah mu?" Tanya Lou,

"Tentu. Jika keberadaan ku tidak membuat kamu nyaman" Jawab Rei yakin,

"Kamu sangat sopan" Puji Luo

"Ha?"

"Ah! Sudahlah! Kamar mu ada di ujung sana. Kamu cepat ganti baju, kita pergi ke basecamp. Aku tidak ingin terlalu lama meninggalkan mereka" Kata Luo

"Hmm—, kenapa dengan baju ini?" Tanya Rei sembari melihat dress selutut yang dia gunakan,

"Gatha! Jangan konyol. Kamu mau pakai dress buat naik motor? Sekalian aja pakai bikini!" Protes Luo membuat Rei mengerjapkan kedua matanya,

"Oh—, baik aku ganti sekarang" kata Rei sembari menuju ke arah kamar yang dia yakini milik Agatha,

"Cepat! Jangan buat aku menunggu!" hardik Luo membuat Rei semakin mempercepat langkahnya.

Rei segera menuju kamar yang Lou maksud. Rei melangkah ke arah lemari yang berada di kamar itu. Semua pakaian yang Agatha miliki, sangat modis dan sexy. Tidak ada dress tertutup atau celana panjang. Hanya ada pakaian yang terbuka, bahkan ada lingerie di lemari itu. Rei tertegun sesaat. Seperti apa hubungan Agatha dan Luo? Rei semakin ingin kembali ke tubuhnya.

Badan Agatha sangat bagus, kulitnya pun sangat mulus. Tidak heran jika dia mengumbar tubuhnya yang indah dan molek.

"Aku—, harus pakai baju yang mana?" Tanya Rei pada diri sendiri sembari menatap lemari yang tampak menyuguhkan pakaian ber merk di dalamnya,

"Agatha sangat beruntung... Pakaiannya sangat mahal. Sayangnya, semua kekurangan bahan" curhat Rei pada dirinya sendiri.

Rei memilih sebuah celana jeans panjang dengan tank top berwarna hitam yang dia padu padankan dengan jaket kulit. Rambut panjang Agatha, Rei ikat sehingga mengekspos leher jenjang Agatha.

"Aku rasa ini cukup baik. Besok aku harus membeli beberapa baju" kata Rei sebelum ke luar dari kamarnya. Rei ke luar dari kamarnya, menghampiri Lou yang tampak menutup matanya di ruang tengah.

"Em—, Lou. Maaf menunggu lama, aku—" kata Rei tak enak hati membuat Lou menunggu,

"Hmm-" Lou membuka matanya. Tampak takjub dengan penampilan Agatha,"aku lupa kalau kamu amnesia. Penampilan mu cukup tidak murahan" puji Lou membuat Rei mengerjapkan kedua matanya.

"Ah— terima kasih" kata Rei kikuk,

"Gatha, aku tidak tau. Apa yang terjadi, aku serius dengan perkataan ku. Aku ingin mengakhiri hubungan kita" Tandas Lou,

"Oh-, baiklah"

"Semudah itu?"Tanya Lou tak terima dengan jawaban Rei yang kini berada dalam tubuh Agatha. Bukankah ini yang Luo mau? Lalu mengapa Luo tampak tak suka dengan keputusan Rei.

"Lalu? Jawaban apa yang kamu inginkan?" Tanya Rei to the point,

"Hah! Sudahlah! Lebih baik kita segera berangkat" Kata Luo mengalihkan pembicaraan mereka,

"Ha?"sahut Rei, "kamu sangat mudah berubah. Aku heran kenapa Agatha menyukaimu" lanjut Rei tanpa merasa bersalah dengan ucapannya.

Tiba-tiba tubuh Rei terhuyung ke belakang, terhimpit antara tembok dan Luo.

"Apa maksudmu Gatha? Bukankah kau terobsesi ke pada ku? Apa kau bosan hingga kau semudah itu menjawab keinginan ku"

"Bukan. Aku hanya tidak ingin mengganggu mu, sepertinya perasaan ku mengusik kehidupan mu. Jadi aku tidak ingin mengganggu—"

"Cih! Sejak kapan kamu peduli? Aku bersyukur kamu kehilangan ingatan mu, atau bahkan aku berharap di dalam dirimu itu orang lain" potong Luo,

"Apakah kamu percaya jika aku memang bukan Agatha?" Tanya Rei dengan binar mata penuh harap, ada seseorang yang percaya jika dia Rei bukan Gatha,

"Jangan mulai! Aku hanya mengutarakan perasaan ku" kata Luo yang akhirnya menyentil dahi Rei,

"Ouch! Sakit!" Teriak Rei begitu mendapatkan sentilan di dahinya.

"Ayo jalan Gatha! Jangan lelet!" Teriak Luo membuat Rei mengikuti langkah pria yang bernama Luo.

——

Luo memberikan sebuah helm untuk Rei pakai, Rei menerima helm itu kemudian memasangnya di kepala. Rei tampak kesulitan mengunci kaitan helm. Dengan sigap dia membantu Rei, Rei tersenyum. Pada dasarnya, Luo baik. Sayangnya dia tidak menyukai Agatha.

Luo melajukan motor-nya dengan kecepatan penuh. Membuat Rei mau tidak mau memeluknya. Ntah mengapa, hal sekecil ini bisa membuat Luo tersenyum. Bahkan dulu dia tidak menyukai kontak fisik yang Agatha lakukan ke padanya.

Butuh waktu setengah jam, untuk mereka sampai di tempat yang Luo maksud. Luo segera turun dari motor-nya. Kemudian dia membantu Rei membuka helm-nya.

"Kita di mana?" Tanya Rei sembari melihat suasana di sekitarnya. Bangunannya tampak usang. Banyak mural di setiap dinding bangunan. Gelap. Tanpa penerangan yang memadai. Sungguh, ini pertama kali Rei berada di tempat seperti ini.

"Basecamp"

"Seram sekali. Kamu gak akan bunuh aku kan? Ini seperti di film-film" cicit Rei yang tampak ketakutan berada di basecamp Talesdo.

"Kamu terlalu banyak berkhayal. Bukannya ini tempat favorit mu Gatha?" Tanya Luo

"Maafkan aku, kalau kamu tersinggung. Tapi aku tidak mengingatnya" Jawab Rei takut, sembari mengeratkan pegangan tangannya di jaket kulit yang Luo pakai,

"Sudahlah! Ayo kita masuk!" Ajak Luo sembari menggandeng tangan Rei.

Rei mengangguk pasrah. Dia hanya bisa mengikuti langkah Luo. Samar-samar terdengar suara keramaian dari dalam gedung. Tampak kobaran api menyala di tengah-tengah gedung. Ada beberapa orang yang berdiri seperti menghakimi orang-orang yang berada di depannya. Bahkan tertunduk lesu. Rei mengeratkan genggaman tangannya. Luo menghentikan langkahnya, dan menatap ke arahnya,

"Di tempat ini kamu tidak perlu takut. Karena ada aku, biasanya kamu selalu melampiaskan amarah mu di sini. Jadi, ayo lampiaskan kekesalan mu ke pada mereka" kata Luo sembari menunjuk ke arah kerumunan orang-orang yang Rei lihat tampak tertunduk pasrah. Seperti menunggu sesuatu yang Rei yakini tidak baik. Rei tidak menjawab. Dia memilih untuk mengikuti langkah kaki Luo. Karena Rei memang tidak tau apa maksud dari perkataan Luo.

Luo duduk di sebuah kursi yang tampak mewah. Begitu Luo duduk di kursinya, dia melepas pegangan tangan mereka. Rei memilih tetap berdiri. Sedangkan Luo membuka jaketnya. Membuat setiap mata dapat melihat tatto naga yang melingkar di tangan kanannya. Rei menatap tatto itu dengan kaget. Matanya terbelalak. Dia memundurkan langkahnya.

"Dia bukan Louis Fernandez kan?" Tanya Rei pada diri nya sendiri.