webnovel

Obrolan Berat di Pagi Hari

Malu. Itu yang Rei rasakan. Kejadian tadi malam membuat Rei tidak bisa tidur. Rei segera bergegas pergi berangkat sekolah. Rei mencoba menikmati hari-hari yang dia lalui sebagai Agatha. Bukan tanpa alasan Rei melakukan hal itu, selain menebus masa SMA yang dia miliki sebelumnya, bukan tidak indah. Hanya saja, masa-masa itu terlewati dengan belajar di sepanjang waktu.

Rei menutup pimtu kamar dengan pelan, tanpa suara. Dia tidak ingin Luo bangun. Rei sengaja bangun pagi untuk menghindari Luo. Sayangnya semua itu tidak berguna, Luo seakan membaca gerak-gerik Rei alias Agatha. Luo sudah duduk dengan tenang di meja makan dan sudah membuatkan Rei sarapan untuk pagi ini.

"Kamu mau ke mana? Ini masih pagi" tegur Luo dan membuat Rei terpaku di tempatnya.

"Kamu udah bangun?" tanya Rei dengan nada tak enak hati. Seperti tertangkap basah mencuri sesuatu dari Luo. Luo menganggukkan kepalanya. Dia segera menghampiri Rei alias Agatha yang masih tidak bergeming di depan pintu kamarnya sendiri. Luo mengambil tas ransel yang Rei gunakan dan membawanya ke meja makan. Membuat Rei mau tidak mau mengikuti Luo, kini mereka berdusa duduk saling berhadapan. Luo menatap Rei lekat, seolah menilai penampilan Rei saat pergi ke sekolah.

"Apa ada yang salah dengan wajah ku?" tanya Rei,

"Tidak. Aku hanya sedang mencoba menebak isi kepala mu"

"Maksud mu?"

Luo tampak berpikir keras. Satu tangannya menopang dagu Luo dan tangan lainnya tampak mengetuk-ngetuk meja makan,"apa saat ini kamu sedang menghindari aku?' tebak Luo tepat sasaran. Membuat Reitersedak susu strawberry yang Luo sediakan untuknya. Luo yang panic segera menghampiri Rei. Membantu Rei, dengan memukul pelan punggung gadis yang kini berada di depannya.

"Te-terima kasih" sahut Rei, yang disertai dengan anggukan kepala Luo. Membuat Luo kini duduk di sampingnya. Rei merasa Luo sedang mengintimidasi dirinya sekarang. Rei tidak suka akan hal itu. Jujur saja,

"Makan yang benar" sahut Luo yang kini membersihkan sudut bibir Rei yang terdapat remahan roti. Refleks Rei menghindar. Rei tidak ingin dianggap sebagai wanita murahan. Meskipun pada dasarnya Agatha sangat mendamba ke pada Luo. Tapi, tidak ada yang bisa menolak pesona seorang Luois Fernandez, seorang pria dewasa mapan. CEO dari Fernandez Coorp serta calon pemimpin grup Black Hunter. Wajah di atas rata-rata, tubuhnya idaman para pria bahkan sikapnya sangat membuat para wanita dengan sukarela memuja Luo bahkan berlomba-lomba untuk mendapatkan posisi yang saat ini diisi oleh Agatha Gianina.

"Kamu sedang merayu aku? Atau kamu menginginkan sesuatu dari aku?' tanya Rei curiga.

Luo mengerjapkan kedua matanya. Dia tidak menyangka hal itu akan keluar dari mulut Agatha, tunangannya. Sesuatu yang tidak pernah Luo bayangkan, seharusnya Agatha tersipu dan menyukai apa yang Luo lakukan kepadanya. Setidaknya Luo sedang berusaha bersikap semani mungkin di depan tunangannya itu. Ya , walaupun hatinya masih dipenuhi oleh sosok seorang wanita Aneisha Reishana, wanita yang membuat Luo bersedia menukarkan semua miliknya saat ini. Luo hanya ingin menjadi yang terbaik bagi Agatha, karena hanya ini yang bisa Luo berikan kepadanya.

"Kenapa kamu berfikir aku melakukan hal itu karena menginginkan sesuatu dari kamu" sanggah Luo,

"Pertama, kamu mencintai orang lain. Dan itu bukan aku, Rei. Kedua , kita hanya berperan sebagai pasangan di depan orang saja, Ketiga, kamu sangat membenci aku karena ulah ku, kamu tidak dapat bersama wanita pujaan kamu. Seharusnya kamu membuat jarak dengan aku, bukan malahsebaik ini. Hilangnya ingatan aku, adalah sesuatu yang menguntungkan buat kamu. Benar begitu bukan?" jelas Rei panjang lebar, membuat Luo takjub dengan Agatha Gianina di depannya ini.

"Kamu benar-benar berpikir aku seperti itu?" tanya Luo tak percaya,

"Memangnya aku harus berpikir apa? Kamu tidak akan berbuat baik ke padaku tanpa alasan. Bukan begitu?" desak Rei,

Ntah mengapa Luo merasa tidak suka dengan cara pandang Agatha menilai dirinya. Jujur saja, Luo mulai menyukai Agatha, lebih tepatnya perubahan Agatha dalam hal kepribadiannya yang lebih baik. Bukan dalam arti lain. Sayangnya, apa yang Luo harapkan tidak seindah ekspetasinya. Tidak ada senyum bahkan ungkapan terima aksih di wajah Agatha, hanya rasa curiga yang Agatha miliki untuk Luo. Setidaknya, Luo berfikir seperti itu.

"Seburuk itu penilai kamu ke pada ku. Bukannya kita sepakat untuk saling percaya satu sama lain?" tanya Luo,

"Ya, itu benar. Kita memang telah sepakat satu sama lain. Jadi, tolong jaga kepercayaan aku. Jangan buat aku jatuh cinta lagi sama kamu. Meskipun kita berdua pasangan, itu palsu bukan?" papar Rei,

"Aku tidak berfikir untuk-"

"Oh, ayolah! Jangan buat aku bingung. Sikap mu ini bisa membuat aku berfikir kamu mulai menyukai aku!" tandas Rei membuat Luo terdiam/

Luo juga ingin memastikan perasaannya sendiri. meskipun hal itu hanya sedikit. Dia ingin mengukurnya sedikit apa rasa yang dia miliki untuk Agatha, tunangannya.

"Baik. Anggap saja aku mlai menyukai mu. Kita tidak hanya sekedar partner, tapi juga pasangan. Bagaimana jika begitu?" tawar Luo membuat Rei berdecih,

"Cih! Siapa kamu? Hanya karena kamu seorang Louis Fernandez, kamu bisa mengatur hati ku? Dasar pria tidak punya otak!" maki Rei. Rei segera bangkit dari tempat duduknya dan bergegas mengambil tas nya untuk segera berangkat sekolah.

Lagi, Luo dibuat terpanah oleh perilaku Agatha. Memangnya dimana letak kesalahan Luo? Luo hanya ingin membuat Agatha nyaman di sisinya. Kenapa Agatha malah memberikan makian ke padanya?

Tiba-tiba Rei menghentikan langkah kakinya, "aku bukan Agatha Gianina yang dulu. Kamu akan menyesalinya jika kamu jatuh cinta ke padaku. Aku sudah memperingatkan kamu di awal. Jangan salahkan aku, jika akhirnya kamu menyesalinya. Lebih baik, kamu yakinkan isi hati mu. Untuk Agatha atau Rei" jelas Rei sembari menutup pintu apartemen mereka dengan keras.

Emosi. Itu yang Rei rasakan. Bagaimana bisa, Rei dipermainkan oleh sebuah rasa tanpa zat. Rei tidak ingin menjadi bagian dari candaan yang disebut cinta. Jika Luo memang mencintainya, seharusnya dia meninggalkan segala sesuatu yang berkaitan dengan dirinya bukan? Karena masih belum tentu Agatha yang asli sadar dan mereka berdua bertukar tempat kembali. Atau bahkan, selamanya mereka berdua akan terperangkap di tubuh baru mereka.

Rei menyeka air matanya. Dia harus terlihat tegar, menjadi Agatha Gianina tidaklah mudah. Rei segera masuk ke dalam mobil pribadi yang selalu Luo siapkan untuknya. Membuang pandangannya keluar jendela. Menikmati pagi untuk menyembuhkan luka dan keraguan dalam dirinya. Rei masih berharap, hidupnya akan berjalan dengan indah kedepannya, ntah itu sebagai Agatha atau sebagai dirinya sendiri.

Rei ingin seperti burung camar. Bebas tanpa belenggu. Bahagia tanpa batas, tak merana karena sebuah rasa yang dapat membelenggu hatinya.