"Terima kasih untuk sarapan hari ini" kata Lou tulus, baru kali ini ada seseorang yang membuatkan sarapan untuknya. Terakhir kali dia menikmati sarapan di meja makan, tujuh tahun yang lalu. Sebelum ibu-nya meninggal.
"Hmm—," sahut Rei malas, karena sedari tadi Lou selalu meremehkannya.
"Hari ini aku antar kamu sekolah" kata Lou membuat Rei tersedak dan segera mengambil segelas air minum.
"Ha? Sekolah?" Tanya Rei bingung,
"Iya Gatha, kamu tidak lupa kan? Kamu masih sekolah kelas tiga SMA?" Tanya Lou lagi, bahkan mengabaikan rasa kaget yang jelas tergambar di wajah Rei lebih tepatnya wajah Gatha.
"Ke—kelas tiga SMA?" Tanya Rei lagi,
"Kenapa?" Tanya Lou membuat Rei menyerah,
"Ah—, tidak apa-apa. Aku hanya sedikit shock. Aku kira, aku sudah lulus sekolah", sesal Rei, yang kini harus mengulang masa SMA-nya di dalam tubuh Agatha.
"Ya, tahun ini kau bisa lulus. Jika nilai mu bagus" cibir Lou,
"Kenapa sepertinya kamu meremehkan nilai ku? Dan dari tadi aku tidak pernah mendengar kamu memuji apa yang aku lakukan" protes Rei,
"Kamu bodoh. Apa kamu lupa?" Tanya Luo membuat Agatha alias Rei melotot ke padanya.
"Bodoh?" Ulang Rei tak terima dengan apa yang dituduhkan Lou ke pada dirinya,
"Ah—, sudahlah! Percuma aku menjelaskannya. Kamu bisa melihat nilai mu sendiri di sekolah." Kata Lou sembari meninggalkan Rei di meja makan.
Rei mendesah lelah. Seperti apa Agatha di sekolah? Bagaimana Rei melewati harinya dengan damai?
Ntahlah Rei hanya bisa pasrah dengan keadaan. Semoga semuanya berjalan dengan baik. Rei hanya bisa berharap begitu.
———
Rei tidak nyaman dengan rok Gatha yang tampak pendek dan memamerkan kaki jenjangnya. Sungguh Rei ingin sekali mengganti rok lipit pendek yang dia gunakan dengan rok yang lain. Sayangnya, tidak ada rok seragam yang lebih panjang dari ini.
"Ya Tuhan—" desah Rei lelah dengan kehidupan barunya.
"Kenapa?" Tanya Lou yang tiba-tiba muncul dari balik tubuh nya,
"Tidak apa-apa" Jawab Gatha pasrah,
"Kamu terdengar seperti frustasi?" Tanya Lou penasaran
"Tidak" jawab Rei menolak argumen Luo,
"Oh—, baiklah" Sahut Luo yang tidak ingin memperpanjang masalah mereka.
Rei tampak meneliti Lou yang kini tampak menggunakan jas. Bukan Lou yang berpakaian sembarangan seperti tadi malam.
"Kamu mau ke mana?" Tanya Rei penasaran,
"Kerja" Jawab Lou santai,
"Oh-"
"Kamu lupa? Aku CEO Dream's Coorp. Gatha, sebaiknya kita bahas ini nanti. Kamu akan terlambat jika membahas hal ini bersama aku sekarang" kata
"Oh-, baiklah" sahut Rei pasrah.
——
"Nanti, aku akan menjemput mu. Atau Pak Badri yang akan menjemput mu"
"Hmm—, baiklah"
"Gatha—, sebenarnya aku khawatir dengan kamu yang sekarang."
"Kenapa?"
"Kamu berbeda. Tapi aku suka. Kamu lebih penurut dan manis. Seperti Pedro"
"Pedro?" Tanya Rei penasaran,
"Anjingku"
"What?"
"Sampai jumpa nanti. Aku tidak bisa meladeni kamu lebih lama lagi. Bisa terlambat aku" kilah Louis yang kini mengangkat satu sudut di bibirnya.
——
Rei berjalan menyusuri koridor sekolahnya. Semua mata yang berpapasan dengan dirinya menatap Rei lebih tepatnya Agatha dengan beraneka ragam ekpresi yang tersirat di mata mereka. Ada yang menatap takut, benci, bahkan terpesona. Semua itu Rei tangkap. Langkah Rei terhenti ketika tangannya di raih oleh seseorang.
"Gatha!!! Lo udah masuk sekolah?" Tanya gadis dengan rambut berwarna ombre penuh kebahagiaan.
Rei hanya bisa mengerjapkan mata.
"Lo kenapa kaget gitu? Gue kelewatan ya?" Tanya nya lagi, membuat Rei tersenyum.
"Emm—, nggak. Aku —"
"Aku? Sejak kapan lo ngomong seperti itu?" Tanya seorang gadis yang berambut panjang,
"Em—" Rei bingung. Menjadi Agatha belum sepenuhnya dia pikirkan. Rei tidak ingin menjadi orang lain, meskipun nyatanya dia kini berada di dalam tubuh Agatha Gianina.
"Udahlah Stev! Jangan buat Agatha serba salah. Gue dengar dari Kak Raka lo— kena amnesia? Benar?" Tanya gadis yang kini muncul dengan beberapa buku di tangannya. Membuat Rei mengangguk. Dia tidak bisa mengelak. Amnesia alasan terbaik untuk kabur dari karakter Agatha yang belum Rei tau.
"Maaf" ujar Stevi penuh penyesalan,
"Nggak apa-apa." Jawab Rei kikuk,
"By the way, Rion udah nungguin kamu di rooftop." Kata Abel yang menunjuk ke arah rooftop sekolah mereka,
"Ri-On?" tanya Rei lagi.
"Oh My God. Gue lupa, lo kan amnesia! Rion itu pacar lo di sekolah. Bisa dibilang, alat penghilang penat dikala Lou gak butuh lo" jelas Stevi,
"Aku, seperti itu?" Tanya Rei pada dirinya sendiri.
"Em—, Gatha. Gue gak tau apa yang ada di dalam pikiran lo. Tapi, semua yang lo lakuin. Itu ada alasannya. Mending, sekarang lo ketemu Rion dulu" bujuk Abel,
"Oke"
Rei mengikuti apa yang teman-teman Gatha katakan. Dia menyusuri tangga yang membawanya ke tempat Rion berada. Tepat ketika pintu di buka. Seseorang memeluknya.
"Aku kangen kamu Gatha, akhirnya kita bisa bertemu" bisiknya. Membuat Rei terdiam dan mematung.
Seperti apa Agatha? Kenapa hidupnya penuh misteri?
——
"Kamu lupa sama aku?" Tanya Rion putus asa,
"Hmm—"
"Aku paham. Aku akan buat kamu mengingat semuanya. Setidaknya, kamu masih mau bertemu aku semenjak kejadian itu"
"Maaf"
Rion menggenggam tangan Agatha alias Rei. Tersenyum ke arah gadis pujaan hatinya. Rion tau, hubungannya dengan Agatha tidak akan semulus cerita cinta di dalam Novel atau Film yang pernah dia baca atau lihat.
"Hei—, kamu gak salah. Aku yang egois."
"Tapi-, bukannya aku ini tunangan Louise? Lalu apa hubungan ku dengan kamu?" Tanya Rei hati-hati, membuat Rion semakin mengeratkan tangannya.
"Dengarkan aku Gatha! Meskipun Luo itu saudara sepupu ku. Aku akan tetap mencintaimu. Akan aku lakukan apa pun. Asalkan kamu bersama ku"
"Rion?"
"Gatha—, kamu tidak perlu banyak berpikir. Kamu masih amnesia. Cukup ingat aku, pelan-pelan. Aku akan menunggu mu"
"Tapi yang aku lakukan tidak benar!" Elak Rei,
"Lalu? Apa yang Luo lakukan di belakang mu juga benar? Dia mencintai orang lain. Selain kamu! Tunangan nya!" Kata Rion setengah berteriak. Membuat Rei sedikit ketakutan. Hal itu dibenarkan dengan tubuh Agatha alias Rei yang bergetar. Mengetahui hal itu. Rion memeluk tubuh Agatha alias Rei.
"Maafkan aku. Aku sudah membuat kamu takut" kata Rion sembari menyadari kesalahannya,"kamu tau? Dulu—, kalau aku marah. Kamu selalu pergi dan meninggalkan aku" lanjutnya, membuat Rei terdiam.
Rei memutuskan untuk diam. Dia tidak membenarkan apa yang dilakukan Agatha. Tapi, dibalik semua itu. Pasti Agatha menyimpan rasa kesepian dari seorang pewaris keluarga Gianina.
"Sebentar lagi bel masuk akan berbunyi. Kita ke kelas dulu, aku antar kamu ke dalam kelas ya!" Ajak Rion sembari melepas pelukannya dan kini mengganti pelukan menjadi genggaman tangan yang erat.
"Terima kasih"
"Sama-sama" kata Rion dengan tangan kanan yang membelai rambut Agatha.