webnovel

Louis Fernandez

"Akhirnya lo dateng Lou!" Kata Naraka sumringah, dia tidak sabar untuk menghajar orang-orang di depannya.

"Ya—, gue bawa Gatha"

"Hai Gatha! Lo mau main juga?" Tanya Naraka, membuat Rei tersenyum,

"Ka! Jangan aneh-aneh! Gatha belum sembuh benar" kata Aheng mengingatkan sahabatnya,

"Lo resek banget sih Heng! Gue mau ajak Gatha menikmati statusnya sebagai Nyonya di basecamp ini"

"Emm—, aku..."

"Tha? Lo diem aja, cowok lo di pepet Becca dan Clara di pojok sana?" Tanya Naraka sembari menunjuk ke arah Luo yang kini sedang di apit dua wanita cantik dengan busana kurang bahan. Bukannya menghindari mereka, Luo bahkan bermain dengan mereka berdua.

"Oh" sahut Gatha,

"Bagaimana? Apa emosi mu sudah membuncah? Kita buat mereka babak belur?" Tanya Aheng sembari menunjuk ke arah orang-orang yang tertunduk pasrah di depannya.

Rei tidak bisa menolak, ketika Aheng membawa Rei ke hadapan mereka. Rei bisa melihat gurat takut dari wajah mereka, tampak seseorang yang Rei kenal. Dokter rumah sakit, benar. Rei tidak salah ingat. Dokter itu yang membuat Rei hidup. Rei menghampiri dokter itu, tidak ada tatapan takut di matanya. Hanya tatapan kelelahan.

"Dokter?" Panggil Rei, membuat dokter muda itu menatap ke arah lawan bicaranya,

"No—na?"

"Kenapa Dokter di sini?" Tanya Rei,

"Dia di sini karena tidak becus merawat mu. Dia hampir membuat mu mati!"

"Tapi aku masih hidup" bela Rei,

"Benar. Tapi dia membuat luka di tubuh mu Gatha. Bukannya kamu tidak menyukai hal itu?" Tanya Aheng,"aku menangkapnya agar kau bisa menyadarkan—"

Rei berlutut, mengabaikan perkataan Aheng dan segera membukakan tali yang mengikat tangan sang dokter. Membuat seluruh ruangan tertegun termasuk Luo.

"Maafkan aku Dokter. Anda bisa pergi sekarang" kata Rei lirih,

"Gatha! Apa-apaan ini?"

"Aku berhak melakukan hal ini. Dia tidak bersalah" kata Rei, membuat semua orang di sana terdiam. Rei membantu dokter itu untuk berdiri kemudian memapahnya untuk segera ke luar dari gedung ini.

"Tunggu!" Teriak Luo membuat langkah Rei dan dokter itu terhenti.

"Kenapa?" Tanya Rei sembari menatap Luo yang kini menghampiri dirinya.

"Apa yang kamu lakukan? Kamu berubah menjadi baik?" Tanya Luo,

"Ya. Aku memilih berubah menjadi baik. Bukankah kamu ingin membuang ku? Mari segera kita putuskan hubungan kita. Hubungan pertunangan kita berakhir. Aku tidak yakin kita bisa bersama, jadi lakukan apa yang kamu mau. Aku bukan Agatha yang dulu, jangan samakan aku dengan Agatha yang kamu kenal" Jelas Rei sembari meninggalkan Luo.

Sayangnya, semua tidak semudah itu. Luo mengejar langkah kaki Rei. Dia memisahkan Rei dari dokter itu. Membuat dokter itu terjatuh.

"Dokter!" Teriak Rei panik, namun dia tak berdaya karena Luo mengangkat tubuhnya.

"Pergi! Kamu bisa jalan sendiri!" Kata Luo sebelum meninggalkan dokter itu dengan membawa Rei untuk masuk ke dalam bersamanya.

"Lepaskan aku!" Protes Rei," kenapa kamu menggendong ku seperti karung beras! Turunkan aku! Sudah aku bilang, aku tidak butuh kamu lagi!" Teriak Rei.

Sayangnya Luo mengabaikan teriakan Rei. Dia terus menggendong tubuh Rei, hingga akhirnya mereka berdua berada di sebuah ruangan. Yang sepertinya Rei yakini, ruangan itu sebuah kamar. Luo menghempaskan tubuh Rei ke atas ranjang yang berada di ruangan itu.

"Kamu tidak membutuhkan aku?" Tanya Luo,

"Ya! Untuk apa aku bersama orang yang tidak membutuhkan aku juga? Bahkan setelah aku sadar dari koma. Kamu ingin kita putus?" Cecar Rei, mencoba mencari alasan untuk segera berpisah dengan Luo. Dia ingin melarikan diri dari keluarga Fernandez.

"Sejak kapan kamu jadi seperti ini?" Tanya Luo bingung,

"Sejak aku hilang ingatan" Jawab Rei yakin.

"Gatha! Kamu yakin akan mengakhiri hubungan dengan aku semudah ini?" Tanya Luo dengan senyuman khas miliknya.

"Dasar plin-plan!" Cibir Rei membuat Luo menindih tubuhnya,

"Aku semakin yakin, kamu bukan Gatha yang aku kenal" kata Luo sembari mendekatkan wajahnya dengan Rei. Bahkan Rei bisa merasakan hembusan nafas beraroma mint di indera penciumannya.

"Apa yang kamu harapkan dari orang yang baru bangun dari koma? Kenangan manis!" Sindir Rei, membuat Luo merasakan ego-nya terusik.

"Aku berubah pikiran, kamu akan tetap jadi milik ku. Agatha Gianina!" Kata Luo sembari melumat bibir Rei, lebih tepatnya bibir Agatha.

Rei mendorong tubuh Luo. Namun sayangnya, Luo lebih memiliki tenaga yang besar dibandingkan dirinya. Rei yang tidak pernah berciuman semasa hidupnya. Shock dengan perlakuan Luo ke pada dirinya. Dia memilih untuk menggigit bibir Luo hingga dirinya pun merasakan asin di salivanya.

"Shit!" Maki Luo begitu tautan bibir mereka terlepas dan merasakan bibirnya terluka karena ulah Rei.

"Maaf" cicit Rei takut, begitu melihat kilatan amarah di mata Luo.

———

"Lo yakin?" Tanya Naraka ke pada sahabatnya yang kini sibuk dengan luka di bibirnya.

"Apa?" Tanya Luo balik,

"Bukannya lo bilang, Gatha itu terlalu terobsesi dengan lo?" Tanya Naraka lagi,

"Dia bukan Gatha yang gue kenal. Sorot matanya mengingatkan gue sama seseorang" Jawab Luo yang kini sudah mengoleskan salep ke bibirnya.

"Jadi lo bakal lanjutin pertunangan kalian?" Tanya Aheng yang kini ikut penasaran dengan hubungan sahabatnya itu,

"Iya" jawab Luo,

"Lo tau kan? Keluarga Gianina itu sangat berpengaruh di bidang politik dan pemerintahan . Gue sempat ketar-ketir lo mau buang dia" curhat Aheng,

"Bacot!"maki Luo membuat kedua sahabatnya tersenyum sembari mencibir ke arahnya,

"Terus langkah lo selanjutnya apa?" Tanya Aheng

"Bawa Gatha ke rumah gue" jawab Luo santai,

"What?" Aheng tidak menyangka sahabatnya akan melakukan hal itu,

"Terus gimana kabar calon ibu tiri lo?" Tanya Naraka

"Koma" jawab Luo

"Astaga! Bokap lo gak sadar umur. Bisa-bisanya dia jatuh cinta sama gadis yang seharusnya jadi istri anaknya" kata Aheng memberikan komplain ke pada ayah sahabatnya,

"Gue bersyukur dia koma. Setidaknya dia gak akan jadi ibu tiri gue" jawab Luo,

"Astagaa!!!!" Teriak Aheng histeris membuat Naraka dan Luo menutup telinga mereka,

"Kalau dia sadar? Lo mau buang Gatha?" Tanya Aheng lagi,

"Gak tau" Jawab Luo santai,

"Gila! Mentang-mentang, lo sama bokap lo ganteng, kelakuannya sama-sama minus" sindir Naraka. Luo melirik Naraka dengan sinis. Membuat Naraka mengacungkan dua jarinya, meminta perdamaian.

——

Luo merasakan aroma makanan menusuk hidungnya. Hal yang lama hilang dalam hidupnya. Bukankah dini hari tadi, dia pulang bersama Gatha ke apartemen-nya?

Sejak kapan Gatha bisa memasak?

Luo segera membuka mata. Dia berharap semua hanya mimpi. Bahkan dia tidak ingin berekspektasi terlalu tinggi. Dia segera bergegas ke luar dari kamar. Tampak tubuh Gatha membelakangi dirinya, Luo mendekati Gatha. Kemudian memeluk Gatha dari belakang. Membuat Gatha terdiam. Membeku layaknya batu es.

"Selamat pagi Gatha" sapa Luo sembari mengecup pipi gadisnya.

"Pa—pagi" kata Rei terbata-bata,

"Kamu mau membunuh ku?" Tanya Luo membuat Rei kebingungan dan mengubah posisi mereka. Kini mereka berdua saling berhadapan.

"Maksud kamu?"

"Kamu membuat sarapan? Bukannya kamu masak air aja gosong?"

"Lebih baik kamu duduk! Jangan menghakimi kalau kamu belum tau rasanya!" pinta Rei membuat Luo melepas pelukannya dan beralih ke meja makan.