webnovel

SURAT CINTA UNTUK TUHAN

Cinta selalu membuatmu menunggu

Dan kau harus membayarnya dengan sebuah penantian

karena itu setimpal dengan sebuah perasaan

Yang mana selalu membiusmu untuk tetap menunggu

Frans tidak merasa bosan ketika berkali-kalinya cintanya ditolak oleh Laura. Dia tetap menunggu gadis itu sampai memberikan kesempatan baginya. Tapi gadis cantik berwajah oval, mata bulat, berbinar dan bercahaya itu sulit untuk jatuh cinta. Kepada setiap laki-laki yang tertarik kepadanya.

Frans bersabar untuk menantinya. Walaupun dia tahu menunggu adalah pekerjaan yang membosankan. Apalagi menyangkut dengan sebuah perasaan. Untuk melakukan memanglah tidak muda baginya. Tapi dirinya memiliki kesabaran untuk bertahan. Dan, harus rela menerima dua pilihan. Terluka akibat kesia-siaan akan penantian itu atau bahagia, manakala penantiaan itu terbayar dengan cinta yang selalu ditunggunya.

Frans dan Laura merupakan mahasiswa di Universitas yang sama. tetapi berbeda Fakultas. Namun kerap kali pria itu ingin bertemu dengannya. Dia selalu meminta untuk bertemu di sebuah gereja yang terletak di jantung kota. Gereja itu sudah berumur satu abad lebih. karena dirinya tertarik dengan tempat yang sudah menjadi saksi hidup masyarakat kota itu.

Suata ketika keduanya pun lulus dari bangku kuliah. Dibalik kegembiraan yang terpacar di raut wajah Frans. Dia pun mengajak Laura bersama-sama untuk berdoa di gereja. Tempat yang sangat dicintai gadis itu. Tawarannya pun tidak ditolak. Mereka pun pergi untuk berdoa disana.

Cahaya lilin menerangi altar gereja. Semerbak dupa yang harum pun turut melengkapi suasana tempat itu. Frans dan Laura terlihat hening saat menyampaikan syukur dari kelulusan mereka. Dalam ruangan tersebut terlihat juga beberapa suster dan para pengunjung menepatkan diri untuk berdoa.

Satu persatu suster dan para pengunjung pun meninggalkan tempat itu. ketika mereka selesai berdoa. Kini tinggallah Frans dan Laura yang belum beranjak. suasana masing hening. Gadis itu mengeluarlan secarik kertas di sakunya. Kemudian dia menulis sebuah kalimat singkat. Lalu dimasukkan ke dalam amplop putih. Dan, setelah itu memasukannya ke dalam kotak berwarna abu-abu.

Kotak itu selalu disebut dengan gebed box atau kotak doa. Fungsinya untuk memasukan permohonan yang sudah dituliskan oleh pengunjung yang berdoa di situ. Kemudian setiap hari minggu, para imam (Pastor) mengambil kertas tersebut. Mereka akan membaca setiap permohonan yang ditulis. Kemudian membawanya di dalam doa.

"Bisa aku katakan sesuatu kepadamu?" tanya Frans ketika Laura selesai memasukan amplop itu ke dalam kotak tersebut.

"Boleh, aku akan mendengarkannya" jawabnya sambil duduk disamping Frans

Pria itu duduk sambil bersimpuh di depan gadis itu "Laura bisakah kau memberikan aku kesempatan untuk mencintaimu di hari kelulusan ini?"

"Kau tidak pernah jenuh dengan pengharapanmu itu? Bukankah dari dulu sudah kukatakan bahwa aku sulit untuk jatuh cinta?

"Lalu sampai kapan aku harus menunggu?"

"Aku memintamu untuk tidak melakukan itu"

"Laurah aku bersumpah di dalam ruangan yang begitu sakral ini. Aku tidak akan melukaimu, mempermainkan persaanmu seperti Cristian menitipkan itu semua di hatimu"

Cristian adalah seorang pria yang pernah singgah di hati Laura. sebenarnya dia sungguh beruntung. karena pria itu menjadi orang pertama yang hadir dalam hidup gadis itu. Tapi bukan kebahagian yang didapatkan oleh wanita tersebut. Melainkan dirinya harus terluka untuk sekian kalinya.

Semenjak hubungan itu kandas dan harus berahkir karena sebuah luka. Cristian sangat menyesal atas perbuatannya terhadap gadis yang pernah mencintainya dengan tulus hati. Pernah sekali dia datang untuk memohon. Agar hubungan itu bisa terjalin kembali. Tapi wanita itu menolak dan memilih untuk hidup tanpa kekasih.

Sekalipun terluka akibat pengkhiatan yang pernah dialaminya. Namun Laura tak memiliki perasaan dendam kepada Cristian yang telah menjadi masa lalunya. Dia tetap bersikap rama. Dan tetap menjadi dirinya sendiri. Tampa harus dikendalikan perasaan luka untuk membenci mereka yang telah menistai hatinya. karena dirinya belajar dari sebuah lilin yang selalu menyala. Sekalipun terbakar tapi tetap bermakna untuk orang lain.

Semenjak saat itulah Laura tak ingin lagi untuk jatuh cinta. Dia tidak bisa menghadirkan perasaan itu lagi dengan macam-macam sandiwara. Agar dirinya memiliki belahan jiwa yang bisa mencintainya dengan tulus hati. Namun gadis itu ingin berlajar untuk menikmati hari-harinya seorang diri. Walau tampa seorang kekasih. Hidupnya tidak selalu sepi. karena teman-temannya selalu hadir untuk melengkapi hidupnya.

Frans masih teringat saat dia mempersembahkan ketulusan hatinya kepada Laura. Gereja tua itu seolah menjadi saksi bisu. Ketika cintanya mendapat penolakan berkali-kali dari gadis itu. Dia tidak berhenti untuk berharap. Dalam kamus kehidupannya, kata putus asa sungguh tidak berlaku untuk memilik wanita itu.

Suatu sore di sebuah cafe. Frans bercerita kepada temannya, Reynand. Dia berkisah sempai dengan saat ini sulit untuk melupakan Laura. Bahkan jika dirinya memiliki kuasa untuk memutar waktu. Pria itu memilih untuk tidak mengenali gadis itu. Seolah karena pertemuan itu dirinya tidak tahu cara untuk mengajari hatinya yang selalu egois dan tidak tahu diri, yang tidak bisa membuatnya untuk berhenti berharap.

Reynand coba mengingatkan Frans "Aku tahu melupakan sosok wanita yang sangat kau cintai itu tidaklah mudah. Kau hanya seperti kumbang yang tidak akan bisa hidup dari madu sekuntum bunga"

"Lalu? Haruskah aku tetap menjadi kumbang yang menunggu di sudut taman hingga bungga itu mekar?"

"Kau harus melakukan sesuatu untuk gadis itu" Reynand menikmati secangkir Java Arabica Coffee dan melanjutkan "Kau masih ingat dengan Cristian?"

Kali ini Frans hanya terdiam dan menatap hamparan pasir yang menghiasi bibir pantai. Sesekali ombak itu mengamuk dan menampar bebatuan. Kemudian menghasilan busa putih. Yang kian hilang datang berganti seiring pukulan ombak. Sepertinya kemarahan alam sedang mengambarkan suasana hatinya. Mana kala nama Cristian disebut oleh Reynand.

Sebuah nama yang membuatnya sedikit terganggu. Sebenarnya dia tidak suka untuk membahas nama pria itu. cemburu? Ya, itulah perasaan yang dimiliki. Dirinya tahu laki-laki itu menjadi orang yang pertama untuk Laura dan kini menjadi masa lalu bagi gadis berwajah oval tersebut. karena ini tidak pantas untuk dibahas. Apa lagi meyangkut dengan perasaan cintanya.

"Kau marah ketika aku menyebutkan nama pria itu?" tanya Reynand sambil yang menilik wajah Frans yang terlihat berbeda setelah dia menyebutkan nama Cristian.

"Tidak, aku tidak marah Rey"

"Kau bisa menyakiniku tentang ketulusan hatimu kepada Laura. Tapi kau tidak bisa menipuku dengan kecemburuaan yang kau miliki"

"Kau seorang Psikolog? Sehingga kau bisa membaca mimik wajahku!" jawab Frans sambil menjulingkan matanya.

Reynand tertawa terkekeh-kekeh. Seolah pernyataan itu hanya leluconan "Aku bukan Seorang pakar Psikolog dan bukan pula Tuhan yang bisa mengetahui isi hati manusia. Tapi raut wajamu itu mudah untuk diterka Frans" sambil melirik anak-anak yang sedang bermain dengan gulungan ombak "Mungkin bocah-bocah itu bisa menerkanya" tutupnya sambil tertawa terpingkal-pingkal.

Kali Frans terlihat gerah dengan ulah temannya. Entah kenapa disaat dia bercerita mengenai perasaanya. Reynand selalu menangapinya dengan leluconan "Ini bukan film Tom and Jery yang membuat kau tertawa lucu Rey" sambil menunjukan dadanya yang bidang "Tapi ini sebuah keseriusan cinta seorang Frans kepada Laura. Ya, gadis yang selalu kuibaratkan seperti batu dipantai ini. Dimana tidak pernah merasakan gelora ombak yang kerap menyentuhnya".

"Dengarkan aku kawan. Ini akan cukup menjelaskanmu, mengapa gadis itu sulit mencintaimu"

"Apa itu?" Sambil mencondongkan bahunya.

"Kau tahu? Cristian adalah anak seorang pengusaha ternama. Walaupun masih muda dia telah diwarisi aperteman mewah. Kemudian kalau kemana-mana mengunakan mobil Marcedes dengan harga yang cukup fantastis?"

"Apa hubungannya denganku?"

"Aku berkesimpulan. Mungkin saja berkat kemapanannya membuat dia mampu menaklukkan hati gadis itu" sambil menghabiskan secangkir kopinya. Setelah itu dia mencondongkan tubuhnya ke arah Frans dan berbisik "Kau kurang beruntung Frans, kau hanya seorang mahasiswa yang baru lulus di sebuah Universitas".

Apa yang pernah dikatakan Reynand kepadanya. Tidak menyurutkan gelora cintanya kepada Laura. Dia terus melangkah tampa ada yang menghentikan. Pengabdian akan perasan yang dimiliki hanya ingin membuktikan kepada dunia. Cintanya bukalah cinta biasa. Bukan seperti lautan. Dimana muda pasang kemudian surut dan menyisahkan hamparan pasir di bibir pantai.

Pada suatu kesempatan Frans bertemu dengan Laura. Pria itu hanya ingin mengatakan, kalau dirinya akan pergi dan meninggalkan kota ini. Dia ingin melakukan sesuatu sebagai hadiah di ahkir penantiannya itu. Dan, akan membawa sekembalinya nanti.

Pada kesempatan itu pula, Frans berkata jujur kepada Laura. Dia sulit untuk membuang perasaan yang dimilikinya. Jika dirinya berusaha untuk melakukannya. Maka lebih baik memilih untuk tidak hidup di dunia ini lagi. Biarlah perasaan ini bertahan dan menunggu sampai dia tahu batas kelehaan saat dirinya menanti.

Laura meminta agar Frans tidak melakukan hal yang istimewa buatnya. Apa lagi harus mengorbankan perasaan deminya. Dia sangat takut jika dirinya bagaikan mawar yang berduri. Terlalu cantik untuk dilihat, terlalu harum untuk dicium. Tapi sulit untuk disentuh. Jika ada yang memaksa maka itu akan membuatnya terluka.

"Frans aku mohon kepadamu jangan kau terlalu berharap untuk menungguku. karena sampai dengan saat ini aku sulit untuk jatuh cinta. Dan aku pun tidak tahu bagaimana aku bisa melakukannya" pintanya sambil mengengam erat tanggan Frans. Saat pria itu hendak melangkah pergi.

"Laura kau terlalu sempurna buatku. Sesempurna cinta yang aku miliki."

"Kau juga harus tahu cara yang sempurna untuk tidak menungguku" bujuknya.

Tapi Frans tidak memperdulikan semua itu. Pria itu meminta agar Laura tidak terlalu kuatir. Jika sekembalinya nanti altar suci telah menyatuhkan gadis itu dengan laki-laki lain. Dia tidak akan marah. karena ini sudah menjadi resiko semua orang. Ketika mereka terlalu gila untuk menunggu seorang gadis. Walaupun cara ini harus melukai diri sendiri.

Laura tidak bisa berkata banyak dan mencegah apa yang ingin dilakukan Frans. Dia hanya menatap dari kejauhan. Ketika sebuah kapal besar memisahkannya dari lambaian tangan pria itu. Diujung lautan biru hanya terlihat sisa-sisa gulungan ombak. Dan kapal itu pun hilang dari pandangannya. Ketika dihalangi beberapa pulau yang terlihat membiru.

Dermaga itu tidak terlihat lagi "Aku akan membuktikan kepadamu Laura Fulgencya! Aku akan membawa berlian untuk melamarmu dan menjadikannya kado istimewa buatmu! Tunggu aku kembali gadis cantik. Gadis yang sudah meracuniku!" Teriaknya di atas kapal yang berjalan meninggalkan kota itu. beberapa orang yang melihatnya tertawa lucu. Di antara mereka mengatakan.

"Mungkin dia laki-laki setengah gila"

Frans teringat ucapan Reynand. Mungkin dengan memiliki aperterman dan mobil mewah. Pria itu bisa memiliki kesempatan yang sama. Seperti Cristian yang mampu menaklukan hati laura. Dirinya pun nekad berkerja siang dan malam. karena dia tahu untuk memperoleh semuanya itu tidaklah muda. Butuh doa, perjuangan, kemauan dan tekad yang kuat.

Dia pun bekerja dan menjadi seorang eksekutif di sebuah perusahan kecil.

Suka duka turut melengkapi perjalanan hidupnya. Putus asa? Mungkin terlalu mustahil untuk dilakukan. Yang paling terpenting mampu mewujudkan apa yang selama ini diharapkan. karena sebuah hidup harus berawal dari sebuah mimpi. Dan, tinggal bagaimana kita mengusahakannya menjadikan sebuah kenyataan.

Waktu terus berjalan. Mencatat segala prestasi yang dimilikinya. Suatu ketika dia pun mampu mendirikan sebuah perusahan sendiri. Apa yang didapatkannya berkat dari doa, dukungan teman-temannya dan kerja kerasnya.

Frans tidak menyangkah selama enam tahun bekerja, dia mampu memiliki sebuah aperteman. Dirinya mampu menyaingi Cristian. Walaupun ada perbedaan dengan harta yang mereka peroleh. Jika pria yang telah menjadi masa lalu Laura, memiliki apertemen dan mobil mewah dari warisan orang tuanya. Maka dirinya memiliki semuanya itu berkat usah dan kerja kerasnya.

Inilah tahun kesepuluh ketika Frans berada dikota ini. Sudah terlalu lama dia tidak pulang untuk melihat Laura. kemudian dirinya berpikir. Saatnyalah untuk kembali dan membawa gadis itu ke kota ini. Tentunya ingin menunjukan kepadanya. Inilah hasil usaha dan kerja kerasnya selama ini.

Gereja tua itu tidak berubah. Bangunan tersebut tetap berdiri kokoh setelah sepuluh tahun Frans meninggalkannya. Dia melangkah melihat sekeliling tempat itu. Ada beberapa pohon kerstboom yang masih berdiri. Banyak para pengunjung yang berdatangan. Ada juga beberapa suster dan para imam yang sedang berbincang-bincang dengan pengunjung.

Frans mendekati seorang imam yang usianya sudah memasuki setengah abad. Dia adalah Pater Alston Rick atau biasa di panggil dengan Pater Rick. Pria berdarah Francis itu telah lama menetap di kota ini. Bahkan dirinya telah menjadi petugas untuk merawat gereja tua tersebut. karena itu pria tersebut selalu ingat beberapa pengunjung yang selalu datang ke di tempat ini. Baik untuk berdoa maupun mengabadikan tempat tersebut dengan potretan.

"Pater Rick apakah anda masih ingat dengan saya?" sambil mengulurkan tangannya memberi salam.

"Kau…" sambil menyetuh dahinya seolah ingin mengingat sesuatu tentang pria itu "Ohhh pria yang pernah aku jumpa sepuluh tahun yang lalu. Dimana kau selalu datang dengan seorang wanita untuk berdoa di tempat ini. Tapi namamu aku sedikit lupa"

"Aku Frans Antonio Pater. Bisa kah aku bertanya Sesuatu mengenai wanita itu?"

"Maksudmu Laura Fulgencya?" sambungnya tanpa memikirkan lebih lama mengenai nama itu.

Frans mengangguk sambil tersenyum. Dia berbisik dalam hatinya "Mengapa Pater Rick begitu hafal nama gadis itu? sedangkan namaku ibarat menghafal nama orang yang baru dikenalinya".

"Oh gadis yang dulu selalu gemar menulis surat cinta" jelas Pater Rick sambil berjalan dan memperhatikan setiap sudut bangunan itu.

"Untuk kekasihnya?" tanyanya lagi sambil penasaran

"Ya"

Laura adalah gadis yang gemar menulis kalimat yang puitis. Dan kemudian memasukannya kedalam gebed box. Hampir setiap minggu dia tidak pernah absen untuk mengirimnya. Sehingga Pater Rick sangat mengenalinya. Apa lagi wanita itu selalu datang untuk berdoa. Membuat wajahnya pun tidak begitu asing bagi beberapa pengunjung di tempat tersebut.

Suatu ketika Pater Rick sangat tertarik dengan tulisan doanya. Kemudian pria berdarah Francis itu bertanya kepadanya. Mengapa setiap tulisan itu begitu indah. Namun dengan raut wajahnya yang begitu yakin. Laura mengatakan kalau hatinya tidak bisa untuk berbohong dengan sebuah perasaan cinta. karena itu tulisan tersebut adalah gambaran hatinya yang paling tulus. Dengan demikian dirinya mempersembahkan jiwanya secara utuh. Untuk membuktikan bahwa dia tidak akan mengenali sebuah luka dengan apa yang telah dia cintai itu.

Bisik Frans sambil tersenyum di dalam hatinya "Mungkin Pater Rick pernah membaca kalimat doa yang dikirim oleh Laura. Dan pasti tertera sebuah nama, Frans Antonia".

karena terlalu lama Frans tersenyum sambil memikirkan sesuatu. Ketika sebuah hanyalan membawanya terbang. Pater Rick hilang bagaikan meteor yang melintasi langit malam. Mungkin dirinya harus datang lagi ke tempat ini; Untuk bertemu dengan Laura.

Di minggu sore. Frans datang ke gerja itu lagi. ketika dia masuk dirinya melihat para suster dan beberapa pengunjung sedang berlutut dalam keheningan di barisan paling depan. Kali ini dirinya tidak memilih untuk duduk di bangku yang biasanya dia duduk untuk berdoa. Bangku itu terletak paling depan dan dekat dengan altar.

Selesai berdoa Frans menatap sekeliling ruangan itu dengan hati-hati. Ibarat seorang tentara yang mengawasi pergerakan musuh. Namun lagi-lagi dia tidak menemukan Laura dalam ruangan itu. Dirinya menoleh ke belakang. Kemudian matanya tertuju sosok Pater Rick yang sedang duduk.

Dia mendekati Pater Rick dan berbisik pelan. Sehingga Ibu tua yang berada di samping pria berdarah Francis itu tidak mendengar suara tersebut "Pater Rick apakah Laura hadir di tempat ini"

Pater Rick mengamati beberapa orang yang sedang duduk dalam ruangan tersebut. Mereka terlihat sedang berdoa.

"Ada"

"Aku tidak melihat" sambil mengangkat bahunya dan kembali menilik ke depan.

Lalu Pater Rick merangkul bahu Frans dan menekannya dengan pelan. Sebagai isyarat untuk mendengarkan kalimatnya lagi. Dan dia mendekati bibirnya ke telinga pemuda itu.

"Selesai dia berdoa, kau bisa menuggunya"

"Dimana?"

"Di depan gereja"

Frans keluar dan meninggalkan ruangan itu. Pria itu terlihat gelisah. Berkali-kali dia mencoba memperbaiki dasinya yang sudah terlihat rapi. Memang penampilan sudah jauh berbeda. karena dirinya bukan seorang mahasiswa. Sebagimana yang pernah dikatakan Reynand. Tapi seorang pengusaha sukses yang memiliki sebuah perusahan, apertemen, mobil mewah, kemudian Berlian termahal yang sekarang dibawahnya untuk mempersembahkan kepada gadis itu sebagai kado yang pernah dijanjikannya.

Satu persatu para pengunjung dan beberapa suster tampak keluar dari tempat itu. Dia memperhatikannya dengan cermat. Bagaikan seekor Berkut Golden Eagle yang menilik mangsa dengan binar matanya yang tajam.

Tiba-tiba muncul sorang pemuda tampan dari bibir pintu. Yang sedang berbicara dengan seorang wanita. Ketika ditatapnya, Frans sontak terkejut. Tubuhnya terdiam kaku. Seperti patung Liberty yang berdiri tampa nyawa.

Dari bibir pintu Laura menatap Frans yang sedang berdiri dengan raut wajah tidak percaya saat melihat dirinya. Dia pun meninggalkan pemuda itu yang dari tadi asyik berbicara dengannya. Kemudian mendekati pria yang selalu menunggu cintanya.

Laura menyodorkan kedua tangannya sambil memberikan salam. Telapak tangan Frans terlihat dingin bagaikan bongkahan Es. Sambil merunduk "Frans maafkan aku karena tidak bisa menjadi seperti apa yang kau mau"

"Laura apakah aku harus berhenti mencintaimu?" Tanyanya dengan kedua bola mata yang terlihat memerah dan sedikit basah.

"Tidak! kau tidak harus berhenti mencintaiku"

"Lalu?" sambungnya lagi.

"Kau tidak harus melakukannya. karena rasa itu wajar dimiliki semua orang. Tapi kau tidak bisa memilikiku sebagaimana yang kau mau Frans"

Pria itu tertunduk sambil mengeluarkan berlian yang berkilau ketika terkena pancaran mentari senja. Dia mulai menitikan air matanya.

Laura Fulgencya. Seorang wanita yang gemar mengirim tulisan roumantis semenjak terluka karena Cristian. Sehingga dikalangan imam menyebutnya gadis penulis surat cinta untuk Tuhan, yang menjadi kekasih hatinya. Dan, suratnya sungguh terjawab oleh Pencipta alam ini. Ketika dibawahkan dalam doa oleh para imam.

Mungkin Cristian menjadi orang yang terahkir yang mengajari arti luka. Dan Frans menjadi pria yang pertama penuh dengan ketulusan mencintainya. Walaupun dia tidak bisa menerima pria itu untuk menjadi belahan jiwanya. Dirinya pun memilih untuk menjadi seorang suster berkaul kekal. karena dia tidak ingin menodai cintanya kepada Tuhan yang telah membuatnya jatuh cinta.

"Kau tidak marah kan?"

Frans mengelengkan kepalanya "Tidak! karena aku sudah berjanji denganmu waktu aku meninggalkan kota ini"

"Kau masih menungguku?"

"Tidak karena kau milik Tuhan yang tidak bisa kusentuh"

"Kau tidak perlu bersedih Frans. karena kau laki-laki yang baik. Laki-laki yang telah sukses. Dunia ini terlalu luas jika kau mengatakan wanita lebih dari satu. Dan dunia ini akan menjadi sempit jika kau katakan wanita itu hanya satu." Sambil menutup kotak kecil yang berisi berlian yang sedang dipegang Frans. Laura melanjutkan kalimatnya lagi "Berlianmu itu bisa kau simpan untuk melamar gadis yang baik bagi masa depanmu"

Frans harus menerima kenyataann. karena dia menunggu agar Laura jatuh cinta dan membuka pintu hati untuk dirinya, adalah kemustahilan yang tidak pernah dipikirkannya. Dia juga tidak bisa mempersalahkan Tuhan yang telah mencuri wanita itu menjadi seorang suster. Mungkin itu lebih baik. Dari pada melihat altar suci dengan sepasang kekasih. Dan kemudian melihat mereka berjanji untuk hidup semati. Apalagi di antaranya adalah orang yang sangat kau cintai. Kau pun tak bisa membayangi lukanya!.