webnovel

Pembunuh berantai 2

Tengah malam yang dingin seorang gadis berlari dikejar lelaki kekar, tiba-tiba saja tak sengaja gadis itu berguling karena ada batu besar menghantam kakinya hingga membuatnya tersungkur di jalanan.

"Tolong ampuni aku, jangan lakukan itu padaku!." Tubuh gemetar, mata melotot dan tubuh merangkak seorang gadis yang saat ini sedang diburu oleh lelaki kekar di hadapan gadis itu.

Terus saja merangkak sambil menangis ketakutan, dan lelaki kekar berjalan lambat mengikuti gadis yang sekarat itu. "Ah...sungguh menyenangkan, sepertinya mangsaku ini cukup lemah menghadapi ku!."

"Tolong biarkan aku pergi!." Gadis sekarat menghadap dan menyatukan kedua tahannya seraya memohon untuk segera di lepaskan.

Aaaaaaaaaa....Kapak tajam di ayunkan membela tubuh gadis sekarat, darah bercucuran membanjiri got di area gang Munji.

Esoknya, polisi berpatroli dan membuat garis kuning di area TKP pembunuhan brutal, seorang gadis dibunuh dengan sadis dengan tubuh terbelah dua. Terlihat kartu identitas pelajarnya dengan wajah di foto yang terlihat cantik rambut panjang terurai dan kulit putih bersih, gadis berumur 15 tahun, di papan nama tertulis Han-Byul.

"Sepertinya akhir-akhir ini banyak pembunuhan yang terjadi ya senior!." Polisi muda yang bertugas berpatroli di TKP yang bernama Sung-Yong.

"Sepertinya pelaku pembunuhan adalah orang yang sama." Seorang detektif yang sudah berumur 40 tahun bernama Jan-unki yang memeriksa dengan detail mayat gadis malang itu.

"Tidak mungkin, pembunuhan kemaren lokasinya sangat jauh. Bagaimana bisa pembunuh itu dengan cepat datang ke tempat ini!."

"Tanda...!" Sung-Yong terbelalak karena jati telunjuk Jan-unki mengarah pada ibu jari mayat gadis itu. Ada paku kecil yang sengaja ditusuk di tengah-tengah garis ibu jari tangan kanan.

Gadis yang ditemukan di sungai Mudong juga memiliki tanda-tanda yang sama persis dengan tusukan paku di garis ibu jari tangan kanan.

Kemudian, mayat gadis yang ditemukan itu dibawa oleh ambulance untuk dilakukan otopsi menemukan bukti yang lebih detail.

"Baik, semuanya telusuri setiap gang dan temukan beberapa benda yang mencurigakan!." Polisi Sung-Yong menginstruksikan juniornya untuk melakukan penyelidikan lebih lanjut ke setiap sudut gang yang dekat dengan gang Muji.

Sementara itu detektif Jan-unki terus menelusuri area gang Muji, dia melihat ada jejak darah dan memungutnya dengan sebatang ketempat yang baru saja diraihnya dari sakunya dan dimasukkan ke sebuah plastik sampel DNA.

Dia membayangkan sesuatu hal yang tentunya naluri seorang detektif, seorang pemuda bertubuh atletis menyeret gadis dengan cara mencengkram lehernya. Kukunya tajamnya ditusuk ke bagian leher gadis sehingga darahnya menetes ke tanah. Bukti itu semakin kuat, karena sebelumnya detektif sudah melihat ada tanda goresan kuku di leher mayat gadis malang itu.

"Sepertinya pembunuh itu cukup kuat dan memiliki kuku panjang, dan cara mencekik lehernya dengan menggunakan tangan kidal. Ini berarti, kukunya panjang ada di sebelah kiri!." Detektif memiliki firasat yang sangat kuat, karena sebelumnya juga ia pernah mendapat penghargaan berturut-turut menangani penyelidikan kasus pembunuhan di Ittaewon pada tahun 2016 lalu. Jadi, tak heran kalau detektif Jan-unki langsung bisa menganalisa kasus pembunuhan yang baru saja terjadi.

"Jun-pyo, periksa semua pengendara yang ada di pusat kota Gungwo. Kemungkinan pelaku pembunuhan sedang menuju ke pusat kota Gungwo untuk melarikan diri. Kirim tim polisi bergerak ke arah pelabuhan dan bandara Incheon sekarang juga!." Biasanya ketika melakukan pembunuhan berkali-kali, pelaku akan melarikan diri melalui jalur laut atau udara. Detektif Jan-unki cukup lihay menganalisis kasus tersebut, ia menginstruksikan agar semua unit satuan polisi melakukan penyelidikan di berbagai tempat.

_ _ _ _

"Silahkan tunjukkan kartu identitas anda!." Salah satu polisi yang berjaga di perbatasan memeriksa pengendara mobil yang terlihat mencurigakan, karena dia membawa semua barang-barang layaknya seorang yang ingin pindah.

"Ya....brengsek, kau mengganggu perjalananku!. Waktuku tidak banyak lagi, apa kau mau membayar tiket perjalanan ku sialan? Lelaki hidung pesek dan berkacamata dan bertubuh atletis itu mengancam polisi yang berjaga.

"Silahkan turun dari mobil, kami dari pihak kepolisian!." Menunjukkan tanda pengenal, "Kau tidak boleh menolak, ini anjuran dari kepolisian setempat!."

"Ahh sialan!." Lelaki atletis terpaksa turun dari mobil dengan wajah kecut, karena merasa terganggu dan tidak nyaman dengan tindakan yang dilakukan polisi kepda dirinya.

Semua barang-barang di dalam mobil, digeledah polisi dan bagasi mobil juga diperiksa dengan hati-hati.

"Tunjukkan jari jemarimu!." Polisi masih saja belum yakin, meskipun belum menemukan benda yang mencurigakan di dalam mobil lelaki kekar.

"Ah.....yang benar saja, kau mengganggu perjalananku sialan!." Lelaki kekar dengan terpaksa menunjukkan jari-jemarinya. Kukunya pendek dan bersih, tidak terlihat seperti dugaan detektif Jan-unki. "Hei sialan!, awas saja tiket ku hangus karena kau brengsek!." Lelaki kekar melotot dengan tatapan yang bringas dan seram dan mengemudi mobilnya kembali ke dalam kapal yang hendak menyeberang ke arah perbatasan.

Berpindah ke penyelidikan selanjutnya di ruang interogasi penyelidikan polisi.

"Pada saat pukul 03.00 pagi kau berada dimana!." Kepala divisi penyelidikan mengintrogasi seorang lelaki tetangga korban pembunuhan yang bernama Monja, dia di duga sering membuntuti korban karena cukup menyukainya.

" Kenapa aku harus menjawabnya, aku bukan seorang pembunuh sialan!." Monja berteriak kasar, karena merasa dituduh melakukan pembunuhan.

"Jawab saja pertanyaannya!." Kepala divisi Park-Jeyyun bersikap tegas padanya

"Berani-berani kau meneriaki ku sialan!." Monja masih tak mau menjawab, dia sungguh memancing kesabaran para tim di ruang interogasi.

"Kau seorang penguntit mesum!, jawab saja pertanyaannya bodoh." Kepala divisi Park-Jeyyun menarik kerah Monja karena emosinya sudah berada di puncak ubun-ubun sekarang menghadapi seorang Monja yang terbilang bebal.

"Hei....lepaskan kerah bajuku ,kau membuatku tidak nyaman keparat!, gadis jalang itu tidak ada hubungannya denganku. Nasibnya saja yang begitu malang hingga terbunuh secara mengenaskan!." Senyumnya lebar dan tertawa terbahak-bahak seperti seseorang yang hilang akan dan sakit jiwa.

Kepala divisi Park-Jeyyun menatapnya dengan penuh amarah dan kemudian memukulnya dengan sadis, "kau psikopat sialan!, teganya kau membunuh seorang gadis yang lemah dan malang itu!." Pukulannya terus saja menghantam wajah Monja dengan sadis, hingga Kepala polis Joon-Kon menghentikannya.

"Berhentilah memukulinya Jeyyun, kau seorang polisi tidak seharusnya menyerang warga!, kau harus menghentikannya!." Mencoba menghentikan dengan menarik Jeyyun agar tak menyerang Monja lagi.

"Bawa Jeyyun keluar ruangan, amarahnya tidak bisa dikendalikan. Ini akan menjadi penghalang untuk penyelidikan kasus ini!."

Sementara itu, Monja bangkit berdiri dan kembali duduk " Sudah kubilang, aku tidak ada kaitannya dengan gadis itu!." Tetap saja mengelak " Aku tidak ada di lokasi saat pembunuhan terjadi!, bagaimana bisa aku membunuhnya?. Seekor lalat saja tak mambu kubunuh!." Menangis tersedu-sedu karena tak kuat menahan cobaan hidupnya yang dituduh sebagai tersangka.

"Jadi, dimana kau saat itu!." Kepala polisi melanjutkannya dengan pertanyaan yang lebih dalam. Dia juga tidak mudah emosi untuk mendapatkan informasi yang aktual.

"Saat itu, aku tidur di rumahku. Tanya saja pada ibuku, aku bahkan tidak bergerak sama sekali dari tempat tidurku karena malam itu sangat dingin!." Monja kembali melakukan pembelaan pada dirinya karena merasa dia tidak membunuh gadis malang itu.