Ada pria yang setampan itu menjadi suaminya, tampaknya Lin Qianyi lah yang diuntungkan! Walaupun begitu Lin Qianyi hanya memiliki keinginan untuk memandanginya. Ia bahkan tidak memiliki keberanian untuk sampai berbuat hal-hal tidak senonoh semacam itu.
Akan tetapi . menimpa badan suami sendiri ... seharusnya tidak perlu keberanian, kan?
Sambil memikirkan perbuatannya dengan suaminya, Lin Qianyi dengan cepat mengganti baju dan melihat bayangan dirinya di cermin. Ia telah mengenakan celana panjang jeans yang dipadukan dengan kaos putih miliknya sendiri.
Melihat penampilannya yang seperti ini, Lin Qianyi merasa sangat puas dengan penampilannya ini. Ia jadi merasa bahwa selera berpakaian yang disukai suaminya ternyata sangat bagus.
Lin Qianyi dalam hati suka dengan sudut pandang suaminya dalam berpakaian. Kemudian, ia membuka pintu kamar dan segera melangkah turun ke tangga. Lin Qianyi pun mencari tempat untuk makan.
Ketika Lin Qianyi memasuki tempat makan, seorang pengurus rumah yang tua sedang membungkukkan badan dengan hormat. Pelayan tua itu seketika menyapa, "Nyonya Muda, silakan duduk."
Pelayan itu pun menarik tempat duduk disamping Di Yanmo. Ia seakan mengisyaratkan agar Lin Qianyi duduk di sana.
Lin Qianyi agak terkejut dengan perlakuan pelayan yang sangat penurut itu. Padahal pelayan itu merupakan seseorang yang kira-kira seumuran dengan orang tua, namun memberikan rasa hormat yang begitu tinggi kepadanya.
Menyadari hal ini membuat Lin Qianyi merasa sangat tidak terbiasa. Gadis ini pun juga ikut membungkukkan badan dan memberikan rasa hormat padanya.
"Terima kasih, Kakek."
Lin Qianyi tersenyum sambil berjalan ke arah meja makan dan duduk di kursi itu. Ia melihat makanan di atas meja dan dengan senang menyantap sarapan yang tersaji.
"Nyonya tidak perlu sungkan, aku adalah pelayan yang mengurus rumah ini, Nyonya Muda bisa memanggilku Paman Chen."
Senyuman Paman Chen sangat ramah dan hangat, ia pun memperhatikan ekspresi Nyonya Muda yang tidak terlihat terlalu tua darinya ini menjadi sangat senang.
Kesan pertama yang dirasakan Paman Chen adalah, walaupun Nyonya Muda ini bukan putri dari keluarga orang kaya, tetapi memiliki sopan santun dan tidak seperti perilaku gadis kaya lainnya. Sikap istri tuannya ini lebih hormat dan ramah. Lebih dari itu, hal yang paling penting adalah Tuan Mudanya juga menyukainya.
Dari kecil Tuan Muda selalu sangat dingin, ia sangat khawatir bila Tuan Muda seumur hidup akan sendirian. Akan tetapi saat ini ia sudah bersyukur, akhirnya Tuan Mudanya itu mendapatkan pasangannya dan perempuan itu merupakan gadis yang baik. Paman Chen pun merasa bahwa Tuan Muda pasti akan bahagia setelah ini.
Ketika menyadari pandangan Tuan Mudanya menatap kepada istrinya yang langsung berubah lebih hangat dan ramah, dalam hati Paman Chen merasa sangat senang. Ia pun menyuruh beberapa pelayan lain di samping untuk pergi diam-diam dari tempat itu.
Ya, Paman Chen ingin agar Tuan Muda dan Nyonya Muda bisa berbicara dan membangun hubungan yang lebih baik.
Sebaliknya, Lin Qianyi yang sedang makan sama sekali tidak menyadari pengurus dan para pembantu telah meninggalkan ruang makan ini. Ia hanya makan dengan sangat lahap dan bahagia.
Di Yanmo melihat cara makan Lin Qianyi langsung meletakan sumpitnya dan mengambilkan segelas susu ke arahnya, "Tidak ada yang akan berebut denganmu, pelan-pelan makannya."
Lin Qianyi melihat perlakuan Di Yanmo kepadanya yang sangat baik itu membuatnya merasa terharu dan senang, ia langsung memaafkan tindakan pria itu ketika membiarkannya telanjang dada dan tidur dengannya tadi malam.
"Yanmo, aku tidak menyangka bahwa kamu ternyata pria yang begitu perhatian. Padahal dari luar, kamu terlihat begitu dingin. Aku waktu itu sempat mengira bila kamu mungkin akan sangat susah untuk diajak berbicara."
Lin Qianyi mengambil gelas yang ada di dekatnya. Sambil minum, ia juga memberikan senyuman yang lebar kepada pria itu.
Selama menyantap sarapan, Lin Qianyi sungguh merasa bahwa makanan di sini sangat enak, ia seolah sedang makan masakan dari koki restoran bintang lima! Wah, alangkah baiknya bila Lin Qianyi bisa menikmati makanan seperti ini setiap hari.
Lin Qianyi pasti tidak akan mengaku bahwa dirinya sudah tergoda dengan hidangan sarapan pagi ini. Lagi pula, ia juga orang yang pemaaf. Lin Qianyi tentu sudah tidak memikirkan masalah yang terjadi padanya pagi tadi.
Di Yanmo yang mendengar itu langsung menatap ke arah istriya. Tiba-tiba tanpa sadar jari rampingnya mengetuk meja ini.
"Aku sangat susah diajak bicara?" Tanya Di Yanmo dengan suara yang serak dan dalam, disertai tatapan yang gelap.
Lin Qianyi seketika mengedipkan matanya dengan canggung dan langsung merasa jika dirinya telah salah berbicara. Ia pun langsung tersenyum malu dan membalas dengan segan, "Tidak, tentu tidak ... Itu perasaan yang kurasakan saat awal kita bertemu kemarin. Namun sekarang, aku merasa kamu sangat baik dan aku juga sangat senang berbicara denganmu, sungguh!!!"