webnovel

Anak yang Membayar Hutang Ayahnya

Editor: Wave Literature

"Apa kau bilang?!" Kris Tang ingin sekali menerjang lelaki yang saat ini berbicara seakan-akan sedang membacakan berita cuaca itu. Tetapi tindakan Kris Tang sudah dicegah terlebih dahulu oleh Steve yang sudah terlatih.

"Sialan! Apa yang telah kamu lakukan padanya?" sekuat tenaga Kris Tang menyingkirkan Steve dan menunjuk-nunjuk Billy Li sambil meneriaki laki-laki itu.

"Ketika kamu hanya memanfaatkan Shia, apa kamu tidak memikirkan akibatnya? Aku hanya membiarkan semua ini berjalan sebagaimana mestinya. Lalu, memanfaatkan masalah ini saja." Billy Li mencibir, mengatakan seolah-olah jika masalah Shia Tang bukanlah urusannya.

"Billy Li, kamu ingin nyawa Shia sebagai penebus nyawa?" tanya Kris Tang.

"Tidak! Aku hanya ingin semua keluarga Tang lenyap." Billy Li menjawab dengan enteng.

"Kamu bilang semua keluarga Tang lenyap? Lalu, apa akan lenyap begitu saja sesuai kehendakmu? Jangan bercanda!" Kris Tang terlihat tidak bisa lagi menahan amarahnya.

"Kamu tahu? Waktu dan uang yang aku punya kuhabiskan untuk keluarga Tang! Jika tidak, kamu kira selama delapan belas tahun ini hidupku hanyalah tipuan belaka?" Billy Li ternyata memiliki strategi yang matang. 

Billy Li lalu mematikan cerutunya dan membalik foto yang ada di atas meja. Jari-jarinya yang panjang mengetuk lembut foto itu, "Apa kamu mengenalnya? Senyumannya begitu cerah bukan?"

Raut wajah Kris Tang mendadak berubah, tatapan matanya sedikit menghindar. Ia tidak berani melihat foto itu, "Bukan keluarga kami yang membunuhnya, orang yang ingin kamu balaskan dendam, sudah lama masuk ke dalam neraka."

"Apa kamu tidak pernah mendengar istilah 'anak yang akanmembayar hutang ayahnya'?" Billy Li bertanya lagi.

Kris Tang sangat terkejut.

Saat Billy Li membalik foto itu, bibirnya terlihat menyunggingkan senyum. "Bukankah kamu ingin melihat Shia Tang? Boleh, tapi kamu harus serahkan hak kelola keluarga Tang!"

Setelah mendengar pernyataan Billy, Kris Tang tertawa, "Kamu lebih kejam daripada aku! Bahkan istri sendiri bisa kau jadikan negosiasi denganku!"

"Setidaknya aku tidak pernah berpura-pura baik padanya, aku tidak pernah membohonginya. Presdir Tang, dalam hal ini kau tidak sebanding denganku." Billy Li bicara dengan lantang.

Kris Tang sedikit merasa bersalah, tapi dengan segera ia tersenyum dengan percaya diri, "Shia bermarga Tang, sudah seharusnya dia membantu keluarga sendiri. Aku yakin Shia tidak akan menyalahkanku. Aku tidak akan lagi membiarkan dirinya menjadi beban para keluarga Tang. Billy Li, aku rasa kamu hanya membual."

"Sayangnya, percuma. Apa yang akan kamu katakan sekarang, Shia tidak akan mengerti. Kalau tidak, aku akan bertanya sekarang padanya tentang kebenaran penilaianmu tentangnya." Billy Li tanpa sadar melihat layar laptopnya yang menampilkan wanita itu.

Kris Tang datang kesini dan tidak bisa mencapai tujuannya. Ia belum bisa melihat Shia Tang, adiknya. Lalu ia pergi dengan murung.

Di dalam layar laptop, Shia Tang menundukkan kepalanya dan terlihat sedang bersungguh-sungguh melukis dengan Ethan Gu. Kemudian, Ethan Gu akan menilai aktivitas psikologisnya, sesuai dengan apa yang dia lukis. Dari awal sampai akhir Shia Tang tidak mengeluarkan suara yang mengejutkan Billy Li.

"Nyonya Li, terima kasih sudah mau mengobrol dengan saya hari ini." Ethan Gu membereskan semua berkas penilaiannya. Ia mengulurkan tangan untuk menjabat tangan Shia Tang, lalu pergi seperti biasanya.

Benar-benar tidak ada kecacatan sama sekali! Billy Li melihat itu sambil berpikir.

"Steve!" Billy Li mengklik tombol yang tersambung dengan Steve.

Steve segera datang, "Iya, Bos."

"Lepaskan semua kamera cctv di villa itu, kecuali pintu gerbang." Billy Li memberi perintah dengan tegas.

Perintah seperti itu mengejutkan Steve, "Bos, apa tidak masalah jika melepasnya? Nyonya bukan orang biasa sekarang. Jika melepas kamera cctv, di sudut manapun terjadi kecelakaan akan sulit untuk menolongnya."

"Memangnya kenapa? Bukankah masih ada pelayan dan perawat? Jika sesuatu benar-benar terjadi padanya, itu karena dia sendiri yang membuatnya!" Kata-kata dingin dan tidak berperasaan yang keluar dari mulut Billy Li mengejutkan Steve.

Steve berpikir, mungkin saja setelah istrinya menjadi gila, Bos akan lebih peduli pada istrinya. Namun, tidak disangka jika hati Bosnya masih saja keras. Apakah yang aku lihat waktu itu hanyalah halusinasi?

"Baik, saya akan memanggil orang untuk melepaskan kamera cctv dengan segera." Steve diam-diam menghapus keringat dingin yang ada di keningnya dan dengan cepat menarik diri untuk menjalankan perintah.

Setelah Ethan Gu pergi, sebuah mobil sport merah berhenti di persimpangan sisi lain dan mengawasi mobil Ethan Gu sampai menjauh dari pandangannya. Wanita di mobil sport itu perlahan-lahan menurunkan kacamata hitam yang sedang ia pakai, lalu membuka ponselnya...