webnovel

Panggil Aku Suami Dulu

Editor: Wave Literature

Aku pernah mendengar saat gelombang otak manusia berada di frekuensi yang sama dengan energi hantu, maka orang tersebut bisa dirasuki oleh hantu. Sepertinya ketika aku merasakan goyangan di kursi belakang sepeda, ada hantu yang diam-diam melekat pada Xia Qianyang. 

Aku gemetar ketakutan. Aku tidak pernah berada di posisi seperti ini sebelumnya. Meskipun aku bisa mengalahkan hantu perempuan dengan kepalan tangan, tetapi jika harus mengusir hantu dari tubuh seseorang, aku benar-benar tidak tahu caranya. 

Aku berani bersumpah kalau aku benar-benar tidak bisa mengusir hantu. 

Saat aku sedang berpikir, tiba-tiba Xia Qianyang mendekatiku beberapa langkah. Secara naluri aku melangkah mundur dengan ekspresi yang gugup, "Kamu jalan duluan, aku ikut di belakangmu."

Xia Qianyang tiba-tiba berhenti sambil mengunci tatapannya padaku. 

Dengan gerakan cepat dia mendekatiku. Saat hampir tiba di depanku salah satu tangannya maju untuk mencekik leherku. 

Saat melihat ancaman datang, aku langsung meraih pergelangan tangannya, lalu menarik tubuhnya dan menekannya dengan siku tepat di tempat kelemahannya dengan harapan ia akan berhenti menyerangku. 

Aku telah mengerahkan seluruh kekuatanku, tetapi aku tetaplah seorang perempuan. Xia Qianyang adalah seorang lelaki yang tinggi dan besar. Berbagai cara kugunakan untuk menyerangnya tapi ia tetap tidak bergerak sedikitpun. 

Saat aku masih terus berusaha untuk menyerang, hantu itu berkata dengan suara Xia Qianyang, "Kalau kamu bersedia melukai saudaramu, silakan saja. Karena sebenarnya yang sedang kamu lukai bukanlah aku."

Aku langsung menyadari bahwa yang aku serang adalah Xia Qianyang dan seranganku tidak akan melukai hantu itu sedikitpun. 

Sangat menyebalkan! 

Aku dan Xia Qianyang sudah biasa bertengkar di hari-hari biasa, tetapi hubungan persaudaraan kami tetap baik-baik saja. Bagaimana mungkin aku bisa menyakitinya ketika ia berada di bawah kendali makhluk itu?

Hantu itu memanfaatkan kegundahan hatiku. Detik berikutnya, dia mendorongku dengan kuat sampai ke mulut sebuah sumur tua. 

"Segeralah mati!" Ia berteriak kepadaku dengan suara yang kejam. 

Tubuhku didorong hingga masuk ke dalam sumur. Aku berpegangan pada tepian sumur dengan sekuat tenaga untuk bertahan hidup.

Ketika ia melihatku berjuang melawan kematian, ia membungkuk dan menjilati jariku satu-persatu. Dari sorot matanya yang kejam, keinginannya untuk membunuhku nampak begitu jelas.

Aku menghardiknya, "Apakah seperti ini caramu membunuh manusia? Apa kamu tidak takut dengan hukuman di neraka?"

Hantu itu mencibir, "Jika aku tidak membunuhmu, maka aku yang akan dihukum malam ini. Hanya ketika kamu mati, aku baru bisa meninggalkan semua ini." 

Aku tidak mengerti apa yang ia bicarakan. Aku juga tidak tahu kesalahan apa yang telah kuperbuat sehingga dia sangat membenciku dan sangat ingin membunuhku. 

Saat ini, aku merasa hidupku sudah berada di ambang kematian. Hanya satu tanganku yang masih memegang tepian sumur dan aku tahu itu tidak akan bertahan lama. 

Apakah seperti ini caranya mati karena dibunuh oleh hantu? Aku tidak ingin mati seperti ini. Naluri bertahan hidup mendorongku untuk tidak menyerah.

Tiba-tiba terdengar suara dari kegelapan. Suara itu sangat lembut dan merdu. 

"Aku rasa, kamu sangat hebat."

Aku menoleh ke arah asal suara itu dan melihat seorang pria berwajah pucat mengenakan pakaian hitam sedang berdiri dengan senyum yang menawan di bibirnya. Senyumnya membuatku terpana.

Aku segera mengenali wajahnya. Meskipun ia berada dalam kegelapan, tetapi ia tidak pernah kehilangan pesonanya. Ia adalah hantu pria yang selalu hadir di mimpiku. 

Ia benar-benar muncul dan berdiri di hadapanku. 

"Apakah kamu ingin aku menyelamatkanmu?" Pria itu mengerlingkan mata dan tersenyum samar.

Instingku menyuruhku mengangguk. Aku tidak ingin jatuh ke dalam sumur dan tenggelam dalam lumpur. Di titik ini, aku merasa sudah di batas akhir kekuatanku. Aku berpikir aku bisa terjatuh kapan saja. 

Hantu yang merasuki Xia Qianyang berteriak kepada pria itu, "Jangan mencampuri urusanku!" 

Hantu pria itu sama sekali tidak menganggap perkataannya. Ia tetap memandangku dan dengan suaranya yang merdu berbisik, "Panggil aku 'suami' dulu."