Dalam sekejap, air mataku turun. Aku akui, aku benar-benar ketakutan sampai menangis. Selama ini aku tidak pernah memiliki kontak sedekat itu dengan benda tajam manapun. Jika anak panah itu mendekat satu milimeter saja padaku, itu akan membunuhku.
Saat itu juga akhirnya aku mengerti.
Ternyata Bei Mingyan membawaku kemari untuk dijadikan sebagai target!
Ternyata inilah yang ia maksudkan untuk berlatih panah dengannya.
Tak berselang lama, aku mendengar langkah kaki Bei Mingyan yang mendekat ke arahku dan menarik anak panah yang menancap di dinding.
Sepertinya saat melihat kain merah itu basah karena air mata, tanpa aba-aba ia langsung menariknya lepas.
Dalam sekejap, seluruh pandanganku kembali.
Detik itu aku melihat Bei Mingyan yang memegang busur dan anak panah, berdiri di depanku dengan wajah tampan yang sedikit merenung dingin.
Ia tidak memegang Asura di tangannya, tetapi busur dan anak panah biasa.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com